- Beranda
- Stories from the Heart
T University 2 (Season 2)
...
TS
anism
T University 2 (Season 2)

Cover Super Keren by Awayaye <Ane minta
> Terima banyak untuk respon positif agan dan aganwati di thread sebelumnya. T University.
Bagi yang belum membacanya. Bisa mengklik judul dibawah ini.
T University
Spoiler for Daftar Isi/Case 1 : Lost Son:
Case 1 Finish
Spoiler for Case 2 : Lativa's Twins Terror:
Case 2 Finish
Spoiler for Case 3 : Arelia And Edward:
Case 3 Finish
Spoiler for Samantha And Mom:
Finish
Spoiler for Case 4 : Johnny Comes Back To China or England:
Case 4 Finish
Spoiler for Case 5 : King Killer's Son:
Case 5 Finish
Spoiler for Case 6 : Losing In A Plane:
Diubah oleh anism 30-05-2019 17:56
anasabila memberi reputasi
1
21.6K
198
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
anism
#31
The Lost Child Had Been Found
Di ruang Pengawasan
“Johnny Liaw!”, Arelia meneriakkan namanya seakan-akan dia berada beberapa meter dari pria tersebut. Johnny terkejut dan memandang segala arah.
“Kenapa? Kenapa?”, tanyanya.
“Lativa sadarkan dia.”, cibir Arelia.
Lativa tersenyum.
“Matikan perekamnya John.”, tukas Lativa lembut.
“Oh iya. Aku keasyikan.”, Johnny kalang kabut.
“Kamu yang terhipnotis dude? Aku bisa saja mengajak Lativa untuk makan siang bersama di depan matamu dengan refleksmu yang lambat.”, ejek Brian.
Johnny menatap Brian tajam. Brian tertawa namun kembali meringis memegangi perutnya setelah Johnny meninju pelan rusuknya. ‘Jangan macam-macam’.
Brian masih bisa mengoloknya sambil memberikan tanda hormat namun tetap memegangi perutnya.
“Kita setahap lebih dekat dengan jawaban.”, Emmy menggoyangkan sebuah buku catatan.
“Apa itu?”, tanya Arelia.
“Poin-poin penting dari hasil hipnoterapi. Ini benar-benar menarik.”, jawab Emmy.
“Dia sendiri yang membuat dirinya kehilangan anaknya.”, dengus Samantha.
“Ini bukan waktunya kita terbawa emosi pribadi dalam masalah klien kita. Temukan anaknya. Dan kembalikan mereka ke tempat mereka seharusnya. Kita benar-benar harus keluar dari rumah tersebut. Itu tidak bisa kita lakukan selama kita masih terikat kontrak dengan Hugo Latief.”, tegas Arelia.
“Dan pastinya kita dapat bayaran….”, Johnny mengangkat kedua tangannya sembari dilempari tatapan sinis oleh yang lain.
“Hehehehe… Aku bercanda.”, ujar Johnny.
Cindy menghampiri pria tua malang itu dan membantuya duduk di kursinya. “Anda mengingatnya?”, tanya Cindy.
“Iya, aku tahu anak itu. Aku memberinya nama.”, ujar Hugo berkaca-kaca.
“Seharusnya dia masih menggunakan nama itu. Tapi bisa juga tidak. Dia pasti sangat membenciku.”, Hugo cepat-cepat menyeka air matanya.
-- “Siapa namanya?” --
“
Di ruang Pengawasan
“Johnny Liaw!”, Arelia meneriakkan namanya seakan-akan dia berada beberapa meter dari pria tersebut. Johnny terkejut dan memandang segala arah.
“Kenapa? Kenapa?”, tanyanya.
“Lativa sadarkan dia.”, cibir Arelia.
Lativa tersenyum.
“Matikan perekamnya John.”, tukas Lativa lembut.
“Oh iya. Aku keasyikan.”, Johnny kalang kabut.
“Kamu yang terhipnotis dude? Aku bisa saja mengajak Lativa untuk makan siang bersama di depan matamu dengan refleksmu yang lambat.”, ejek Brian.
Johnny menatap Brian tajam. Brian tertawa namun kembali meringis memegangi perutnya setelah Johnny meninju pelan rusuknya. ‘Jangan macam-macam’.
Brian masih bisa mengoloknya sambil memberikan tanda hormat namun tetap memegangi perutnya.
“Kita setahap lebih dekat dengan jawaban.”, Emmy menggoyangkan sebuah buku catatan.
“Apa itu?”, tanya Arelia.
“Poin-poin penting dari hasil hipnoterapi. Ini benar-benar menarik.”, jawab Emmy.
“Dia sendiri yang membuat dirinya kehilangan anaknya.”, dengus Samantha.
“Ini bukan waktunya kita terbawa emosi pribadi dalam masalah klien kita. Temukan anaknya. Dan kembalikan mereka ke tempat mereka seharusnya. Kita benar-benar harus keluar dari rumah tersebut. Itu tidak bisa kita lakukan selama kita masih terikat kontrak dengan Hugo Latief.”, tegas Arelia.
“Dan pastinya kita dapat bayaran….”, Johnny mengangkat kedua tangannya sembari dilempari tatapan sinis oleh yang lain.
“Hehehehe… Aku bercanda.”, ujar Johnny.
Cindy menghampiri pria tua malang itu dan membantuya duduk di kursinya. “Anda mengingatnya?”, tanya Cindy.
“Iya, aku tahu anak itu. Aku memberinya nama.”, ujar Hugo berkaca-kaca.
“Seharusnya dia masih menggunakan nama itu. Tapi bisa juga tidak. Dia pasti sangat membenciku.”, Hugo cepat-cepat menyeka air matanya.
-- “Siapa namanya?” --
“
Quote:
”, jawaban itu sontak membuat nafas mereka tercekat. Diubah oleh anism 06-03-2017 20:25
0