- Beranda
- Stories from the Heart
PREMAN DAN WANITA BERCADAR
...
TS
laodetahsin
PREMAN DAN WANITA BERCADAR
Genre: Romantis, Horor, Aksi.
By
Laode Tahsin
Selamat pagi, aku mau minta ijin nulis cerita nih. Kisah romantis yang bercampur horror dan banyak aksi.
Nama-nama aku samarkan, jadi kalau ada kesamaan nama tokoh, peristiwa, dan tempat kejadian, tolong maafin ya guys.
Mau tahu kisah cinta mereka?
So, happy reading sobat dumay.

DAFTAR ISI :
Prolog
Part 1 - Penginapan Pertamaku
Part 2 - Persahabatan
Part 3 - Wanita Asing
Part 4 - Mata Ketiga
Part 5 - Pernikahanku Dengan Wanita Bercadar
Part 6 - Perpisahan Kedua
Part 7 - Cukup Satu Maria Yang Ku Cinta
Part 8 - Selamat Datang Anakku
Part 9 - Maria Dan Cadarnya
By
Laode Tahsin
Selamat pagi, aku mau minta ijin nulis cerita nih. Kisah romantis yang bercampur horror dan banyak aksi.
Nama-nama aku samarkan, jadi kalau ada kesamaan nama tokoh, peristiwa, dan tempat kejadian, tolong maafin ya guys.
Mau tahu kisah cinta mereka?
So, happy reading sobat dumay.

DAFTAR ISI :
Prolog
Part 1 - Penginapan Pertamaku
Part 2 - Persahabatan
Part 3 - Wanita Asing
Part 4 - Mata Ketiga
Part 5 - Pernikahanku Dengan Wanita Bercadar
Part 6 - Perpisahan Kedua
Part 7 - Cukup Satu Maria Yang Ku Cinta
Part 8 - Selamat Datang Anakku
Part 9 - Maria Dan Cadarnya
Polling
Poll ini sudah ditutup. - 2 suara
Sobat mengira, Tina wanita bercadar itu? atau Maria?
Jelas bukan.
0%
Penasaran ya? hehehe..
100%
Diubah oleh laodetahsin 08-03-2017 17:36
anasabila memberi reputasi
1
19.8K
72
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52.1KAnggota
Tampilkan semua post
TS
laodetahsin
#14
Part 4 - Mata Ketiga
Aku terus berlari, dan memasuki taman pemakaman. Aku melihat bangunan kecil di pemakaman itu, lalu bersembunyi di dalamnya.
“Woi dimana kau setan!” teriak polisi itu.
Aku mengambil triplek dan menutupi diriku di baliknya. Di tengah persembunyian ku, tiba-tiba polisi tadi masuk ke bangunan itu.
“Sial, dimana anak itu sembunyi!” gumamnya.
Dia keluar dari bangunan. Seketika aku merasakan hawa dingin yang aneh. Lalu aku mendengar suara pelan memanggil namaku. Aku mendorong triplek untuk melihatnya.
“Wuuaaaaaahh! Siapa lu?” teriakku kencang.
Sosok makhluk menyeramkan berdiri di depanku. Sosok manusia bertubuh besar, yang tidak mempunyai kepala. Aku lari keluar dari bangunan itu.
Tubuhku masih merinding mengingat sosok makhluk halus itu. Dan polisi tadi yang masih berada dipemakaman, langsung menyergap ku dari belakang. Dia memborgol kedua tangan ku. Malam itu aku menginap untuk kedua kalinya di Polsek setempat.
Dua bulan kemudian, aku di pindahkan ke rumah tahanan di Malang. Aku menjalani sidang pertama ku keesokan harinya. Dalam sidang itu, aku melihat seorang wanita yang ku temui di rumah sakit, adikku dan pamanku.
Wanita itu memberikan kesaksian nya pada hakim, mengenai dimana dia menemukanku pertama kali. Setelah sidang, aku menemui keluargaku..
Pamanku: “Ya Allah.. Apa lagi yang sudah kau perbuat Alex?”
Shinta: “ternyata kakak selama ini bekerja tidak halal. Aku menyesal sudah menerima uang dari kakak!” Aku hanya menunduk dalam kebisuan..
Shinta: “kakak tidak kasihan kah sama Shinta? Yang aku harapkan, kita bisa hidup sama-sama kak! Kenapa kakak tega berbuat ini?
Maria: “namamu Alex kan? Aku tidak tau latar belakangmu. Tapi kalau kamu peduli dengan adikmu, ubahlah perlakuanmu ini Lex!”
Lima menit kemudian, polisi membawaku ke mobil tahanan. Dan aku kembali ke ruangan yang penuh jeruji besi.Aku terus memikirkan adikku, dan wanita itu.
Di hari jumat, aku memutuskan untuk menghadiri ceramah di masjid. Seorang ustad berceramah tentang penciptaan manusia. Aku sedih karena mengingat kedua orang tuaku. Selesai ceramah, aku menemui ustad itu.
“Silahkan duduk mas.” Kata ustad Ahmad, yang sedang duduk di dekat mimbar.
‘Terimakasih pak ustad. Ada yang mau saya bicarakan.’
“Bicaralah mas. Siapa namamu?”
‘Saya Alex pak. Saya sudah melakukan banyak dosa. Saya tidak tau apa yang saya lakukan, saya hanya mengikuti arus. Dari mana saya harus memulai pak ustad?’
“Mulailah dengan mendoakan orang tuamu.”
‘Dari mana pak ustad tahu, kalau orang tuaku...?’
“Itu tidak penting mas, saya harus tahu dari mana!” Ustad itu memotong kata-kataku.
“Yang terpenting sekarang, kamu harus mulai mendekatkan dirimu pada Allah.” Tambahnya lagi.
Selanjutnya aku di berikan penjelasan agama, mengenai sholat dan lain-lain. Lalu aku kembali ke ruangan.
Aku terbangun di malam hari. Aku melihat teman-teman satu ruangan tertidur pulas. Aku mengambil air wudhu, lalu sholat malam. Aku bersujud seraya meminta ampun pada Tuhan diatas sajadahku. Air mataku membasahi sajadah itu.
Suatu malam, teman satu ruanganku pak Soleh, mendapati ku sedang sholat malam. Dia menghampiriku setelah sholat.
“Lex, kenapa kamu sholat sunah malam saja? Sholat yang wajib ga kamu kerjakan.” Ucapnya membuka pembicaraan.
‘Aku malu mas.’ Jawabku padanya.
“Kamu malu ke siapa? Justru yang wajib itu sholat fardhunya Lex.”
‘Aku malu sama teman-teman disini mas.’
“Hahahaha Alex, Alex. Kita usaha dulu, abaikan mereka yang ada disini! Semua orang disini ga ada yang sempurna, termasuk aku.”
“Apa kau tau Lex, kalau ada jin jahat yang mengikutimu?” tambahnya lagi.
‘Hah? Mas Soleh bicara apa! Aku memang pernah lihat setan di kuburan, tapi aku ga percaya kalau jin itu ada mas.’ Jawabku padanya.
“Apa kamu mau melihat jin yang mengikutimu?”
Aku berusaha meyakinkan diriku, bahwa tak ada jin di dunia ini, apalagi jin yang mengikuti ku. Dan aku menerima tawaran mas Soleh.
Tepat di malam jumat, mas Soleh membangunkan ku. Dia menanyakan kesiapan ku. Setelah aku merasa cukup siap, mas Soleh melakukan suatu ritual.
“Astagfirullah. Apa itu mas?” dahiku mengkerut karena ketakutan.
‘Tenanglah Lex. Dia jin yang aku bilang!’ jawab mas Soleh.
“Cukup mas. Aku ga mau melihatnya lagi. Cepat tutup kembali mata batinku mas!” pintaku padanya.
‘Tidak bisa Lex kalau untuk menutup mata batinmu langsung. Butuh waktu untuk semua itu.’
“Jadi aku harus melihat makhluk ini terus? Kenapa kau ga bilang dari tadi mas? Tanyaku kebingungan.
Belum selesai dengan jin itu, aku melihat makhluk lainnya di dalam ruangan. Hal itu membuatku ketakutan. Aku seperti orang yang tidak waras. Teman-teman pun selalu menyebutku orang aneh.
“Waaaaahh!” Aku melihat sosok kuntilanak di kebun belakang, yang berdekatan dengan masjid.
Aku berlari ke arah masjid. Ada seseorang yang sedang membersihkan lantai masjid di malam itu; “Mas, tolong gue mas. Ada setan mas!” kataku dengan nafas terengah-engah.
‘Hahaha. Kau ini preman, tapi takut ama setan! Lucu kau mas.’
“Hey mas! Hati-hati kalau ngomong!” bentakku padanya.
Dia lantas meminta maaf padaku. Aku langsung kembali ke ruangan, tanpa mempedulikan orang itu. Aku merenungkan nasib yang menimpa diriku, mengenai hidupku yang berantakan, dan kemiskinan yang melekat di keluargaku.
Esok paginya, di tempat yang berbeda..
Ibunya Maria: “Maria, apa kau sudah tidak waras! Kakakmu yang tomboy saja, masih bisa memilih teman.”
Maria: ‘saya ga berteman dengannya bu. Saya cuman memberikan kesaksian waktu itu.’
Ibunya Maria: “tapi kamu membawa adik napi itu ke rumah ini kemarin! Untung kakakmu tidak tau hal ini!”
Maria: ‘iya bu, maafkan Maria. Saya kasihan ke Shinta bu.’
Ibunya Maria: “sudahlah, dari awal laki-laki itu datang kesini, ibu juga sudah curiga!”
Maria: ‘apa maksud ibu?’
Ibunya Maria: “dulu kau bilang tidak mengenalnya, tapi ternyata kamu bohong kan ke ibu! Buktinya kamu akrab ke keluarganya.”
Maria: ‘astagfirullah bu. Saya memang ga kenal dia, saya cuman menolong dia waktu itu.’
Ibunya Maria: “pokoknya kamu harus jauhin dia. Kalau kakakmu sampai tahu kamu berteman sama napi, ibu ga tanggung jawab.”
Maria terdiam mendengar omelan ibunya. Dia lantas masuk ke kamarnya dan menangis. Dalam hatinya, Maria hanya merasa iba ke Alex dan adiknya, Shinta. Maria mengambil tas kecilnya, dan pergi ke rumah Vina.
Dia menceritakan semua yang dialaminya ke temannya itu. Saat senang atau sedih, Maria memang selalu curhat ke Vina. Vina itu gadis yang baik, dia satu fakultas bersama Maria ketika kuliah dulu, namun Vina dan Maria bekerja di tempat yang berbeda sekarang.
“Hatciin, hatciin. Ah sial, siapa yang bicarain gue nih!” gumamku sendiri.
Esoknya, aku menjalani sidangku yang kedua. Tidak ada keluargaku atau wanita itu yang hadir. Hanya ada jaksa penuntut umum, dan polisi yang menangkap ku di pemakaman.
Sudah empat bulan berlalu, aku menghadiri sidang terakhir. Aku dijatuhkan hukuman dua tahun penjara, dihitung dari pertama kali aku masuk ke penjara di Polsek. Aku menerima hukuman itu, tanpa pembelaan atau dukungan dari keluarga dan dari teman-teman di markas mas Jimmy.
“Pak ustad, tunggu pak.” Ustad Ahmad menoleh padaku.
“Assalamu’alaikum pak. Maaf pak, saya ada perlu sebentar.”
‘Waalikum salam, ada apa Lex?’ tanya ustad Ahmad.
“Begini pak, tolong bantu saya pak. Saya selalu melihat makhluk halus. Temanku satu ruangan yang membuka mata batinku.”
“Saya selalu takut pak!” lanjutku lagi.
‘Perbanyaklah sholatmuLex, supaya kamu kuat. Dan jin yang mengikutimu itu, bisa pergi darimu.’
“Apa mata batin saya ini ga bisa ditutup lagi pak?”
‘Bisa tapi bertahap Lex. Kamu dekatkan dirimu pada Allah, dengan sholat dan ngaji. Nanti kita ketemu lagi jumat depan ya. Saya bantu kamu.’
“Baik pak. Terima kasih pak ustad.”
‘Iya Lex. Assalamualaikum.’
“Waalaikum salam pak ustad.”
Di hari jumat itu, aku mulai di ruqyah oleh ustad Ahmad. Aku juga mulai rutin untuk sholat fardhu, walaupun tidak penuh lima waktu. Dan ruqyah itu dilakukan selama enam bulan.Selama ruqyah itu dilakukan hingga selesai, jin yang mengikuti ku sudah pergi dariku.
Suatu hari, aku melihat seseorang yang tak asing di dapur umum..
“Hey. Kesini lu!” panggilku padanya.
Dia melangkah mundur, ketika aku mendekatinya..
“Gara-gara lu, gue jadi masuk penjara!” Ucapku mencekik lehernya.
‘Ma..maafkan gue Lex. To..long lepasin gue sekarang.’ Bos kobra itu memohon padaku.
“Diem lu. Padahal gue ga pernah kenal nama kobra, tapi gara-gara lu ini. Dasar brengsek!”
“Awas kalau lu berani berulah lagi! Biarpun ada anak buah lu disini, gue ga takut!” ancamku lagi.
‘Iya Lex, gue janji ga akan ganggu lu lagi.’ Jawab bos kobra itu padaku.
Masa tahananku akhirnya selesai. Aku lantas pulang ke rumah menemui Shinta. Aku juga berjanji padanya untuk tidak berbuat kejahatan lagi.
Diubah oleh laodetahsin 08-03-2017 05:30
0