Kaskus

Story

User telah dihapusAvatar border
TS
User telah dihapus
YES, I’M A BISEXUAL
Index:
Introduction
Chapter 1
Chapter 1.5
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5

=========================================================================
Introduction

Ok, dari judulnya mungkin semua udah bisa menebak kalo ini adalah another LGBT story di forum ini. And yep, it’s true. Jadi, untuk warga disini yg mungkin ‘alergi’ dengan cerita2 macam tersebut, dengan segala kerendahan hati gue, gue meminta untuk skip bacanya aja. Tapi kalau emang masih ada yg penasaran ya silahkan saja dibaca, hehe.

Well, cerita ini adalah cerita personal gue. 95% terjadi berdasarkan kisah nyata, 5% dengan sedikit perubahan buat menyamarkan identitas orang2 yg ada di cerita ini.

Tujuan gue untuk menceritakan pengalaman pribadi yg ‘dianggap’ sebagai perilaku menyimpang ini sebenernya simple aja. Hanya untuk SHARING. Gue gak memaksa untuk masbro dan mbaksis disini untuk menerima kaum LGBT, dalam konteks ini khususnya untuk para bisexual. Dan gue juga yakin jika para kaskuser disini semuanya adalah orang berpendidikan. Jadi daripada menghujat menggunakan kata2 kasar, ada baiknya buat memilih kata2 lain yg bisa kaskuser gunakan untuk menanggapi cerita gue ini. Cheers~ emoticon-Angkat Beer

Nama gue Marshall (tentu bukan nama sebenarnya), 23 tahun, karyawan swasta. Gue termasuk ke dalam spesies cewek ganteng atau at least julukan itu yg biasa teman2 gue sematkan untuk gue. Gue sendiri sebenernya nggak pernah keberatan mau dipanggil cantik atau ganteng, selama itu adalah hal yg positif gue selalu anggap itu sebagai pujian. Gue berperawakan lumayan tinggi untuk ukuran cewek, 166 cm dan berbadan bongsor menjurus kekar hasil dari rutin ngegym dan olahraga. Well, I’m very concern with health you know!

Ngomongin soal LGBT, pasti gak bisa dijauhkan dari yg namanya lingkungan dan agama. Jadi gue berikan penjelasan singkat mengenai latar belakang keluarga dan lingkungan gue. Yah… sekedar untuk memberikan gambaran dari keseluruhan cerita sih.

Gue lahir dan besar di kota kecil provinsi Jawa Tengah. Gue datang dari keluarga, yah… yang bisa gue akui sebagai OKB alias orang kaya baru. Gue anak terakhir dari dua bersaudara. Dari lahir memang gue sudah beragama Islam, tapi tentu aja bukan Islam KTP dong. Melainkan Islam KTP, SIM, KK, ijazah, dll. Lol, just kidding but not really. Abang gue sekarang masih menyelesaikan studi S1 nya. Bokap gue orang Jawa asli dan bisa dibilang datang dari keluarga priyayi yang masih memegang teguh adat kejawen. Jadi memang di keluarga bokap gue tidak begitu diajarkan agama Islam secara mendalam. Malah bokap gue baru rajin beribadah beberapa tahun belakangan ini. Sedangkan nyokap gue adalah orang Jatim yg besar di lingkungan homogenous, dimana semua penduduknya beragama Islam. Hmm, bisa dibilang sebagai lingkungan santri lah ya. Nyokap gue pun juga dulu sekolahnya di MTS dan MI, jadi ya bisa dibayanginlah seperti apa. Tapi sayangnya nyokap gue ini hanya paham agama di permukaannya aja. Kenapa gue bisa bilang gitu? Karena beliau masih dengan mudahnya percaya dg broadcast message gak jelas terutama jika ada yg ngutip ayat alquran nya. Heleh…

Dari kecil memang gue dan abang gue sudah dididik keras ala militer dan dibiasakan untuk bersikap prihatin. Bisa dimaklumi karena sebagian dari keluarga besar gue berkecimpung di dunia militer. Bahkan gue pernah memutuskan untuk daftar ke militer, walaupun gak lulus karena masalah administrasi. Dari masa kecil yg bisa gue ingat, keluarga gue hanyalah keluarga menengah biasa yg pada saat itu kedua orang tua gue tengah berusaha untuk memperbaiki taraf hidup. Bokap gue kerap bolak-balik ke kota besar tempat dimana dia bekerja, sedangkan nyokap gue kerja untuk pemerintah yg hampir setiap harinya berangkat pagi - pulang sore dan terkadang malampun masih harus balik lagi ke kantornya. Bahkan pada weekend pun nyokap sering harus bekerja, apalagi jika ada hari libur nasional. Holiday? Apa itu holiday?

Bisa dibilang gue dan abang gue adalah anak pembantu. Dimana masa kecil kita lebih banyak dihabiskan bersama dg mbak pembantu. Meskipun memang sering banyak gonta-ganti karena pada gak betah kerja di rumah kita. Mainly karena kita berdua sangat nakal. Tahulah gimana nakalnya anak2 yg kurang kasih sayang dan suka menarik perhatian orang lain dengan cara menjadi badung.

Hubungan gue dan orang tua gue memang tidak dekat. Bahkan jika ada masalah, gue lebih memilih untuk memendam masalah itu sendiri. Pernah beberapa kali gue mencoba curhat tapi ujung2nya selalu gue yg kena marah dan disalahkan. Pokoknya menurut mereka intinya gue kalo ada masalah itu akibatnya karena gue sendirilah. Sebagai anak kecil yg masih labil, siapa yg gak bete coba kalo dibegitukan terus? Sedangkan hubungan gue dengan abang gue pun juga sama aja, gak terlalu dekat. Abang gue selalu menganggap gue sebagai adik cewek yg annoying, yg selalu ngikutin dia kalo dia main. Dia pun juga selalu memperlakukan gue kayak anak cowok, dimana dia gak akan segan buat mukul atau nendang gue, jika gue melakukan hal yg buat dia kesal. Well, disini secara tidak langsung perilaku gue pun mulai terbentuk menjadi lebih boyish/tomboy. Teman2 gue di rumah pun juga kebanyakan anak cowok dan gue juga sering main permainan yg seharusnya dimainkan oleh anak2 cowok macam sepak bola, main2 di kali, mancing, manjat pohon, main PS, tamiya, gasing dll. Well, gue juga ada sih temen2 cewek dan gak jarang juga kok gue main sama mereka. Mainannya pun juga sangat girly macam masak2an, rumah2an, lompat tali, dan permainan cewek tahun 90an lainnya. Uniknya, gue cocok2 aja kok main kedua jenis permainan tersebut.

Ok balik ke keluarga gua. Dalam ilmu psikologi, sebenernya keluarga kita bisa dikategorikan sebagai broken home. Memang perceraian itu tidak pernah ada (hampir terjadi sih sebenarnya), tapi masing2 dari anggota keluarga tidak menjalankan peran masing2 sebagaimana mestinya. Personally, puncak dari ketidakharmonisan keluarga gue muncul ketika gue masih SMP. Seperti yg udah gue ceritakan sebelumnya, bokap gue dulu kerja di luar kota sampai kurang lebih gue kelas 4 SD (yg ini gue lupa2 ingat). Bokap gue ikut kena PHK masal dari perusahaan tempat dia kerja, dan sempat kesulitan mendapat pekerjaan lagi karena memang umurnya sudah tua (bokap gue baru menikah umur 36 tahun, dan nyokap gue masih umur 23 tahun). Kemudian bokap memutuskan untuk buat usaha sendiri. Sempat berjalan mulus tapi hanya beberapa tahun aja, karena usahanya gagal dan kami bangkrut. Dari sinilah pertengkaran2 antara bokap-nyokap gue makin sering terasa. Karena memang waktu bikin usaha tersebut, dananya sebagian besar dari tabungan nyokap gue yg notabene karirnya masih lebih mulus ketimbang bokap. Imbasnya berpengaruh ke anak2nya. Kami seringkali kena lampiasan amarah dari mereka (khususnya nyokap) tiap kali mereka berselisih paham. Padahal masa ketika gue beranjak SMP ini adalah masa2 yg sangat kritis dalam hidup gue.

-continue to chapter 1-
Diubah oleh User telah dihapus 17-03-2017 21:59
anasabilaAvatar border
anasabila memberi reputasi
1
23.8K
81
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread51.9KAnggota
Tampilkan semua post
User telah dihapusAvatar border
TS
User telah dihapus
#44
thanks utk feedbacknya semua... dan akhirnya gue sempetin juga ngelanjutin cerita setengah curhat ini, harap maklum soalnya kerjaan lagi loaded banget emoticon-Angkat Beer
karena ada banyak yg kasih masukan soal konten 18+ jadi untuk update selanjutnya gue akan berusaha kurangin bagian itu. gue pribadi sih sebenernya gak masalah soal nyeritain detail part ini (siapa tau bisa share knowledge ke kalian juga, hehe) tapi untuk lebih amannya gue ngikut saran2 dari kalian kaskuser aja. enjoy the next chapter, cheers~emoticon-Angkat Beer

PS: udah semakin mbulet permasalahannyaemoticon-Frown

=======================================================

CHAPTER 4

Pagi hari setelah malam yg panjang itu, gue masih aja kepikiran soal apa yg gue lamunin semalam. Saat itu juga yg biasanya gue selalu berangkat kuliah mepet jadi bela2in berangkat awal, biar ada excuse buat gak berangkat bareng dia. Entah kenapa, yg ada di pikiran gue saat itu adalah kayaknya gue harus mulai ngejauhin dia. Karena terus terang gue merasa gak nyaman dengan hubungan kita ini. Well, only a week and I felt something was not right at the moment.

Kalau gak salah hari itu adalah hari Jumat dan biasanya sore hari Lita dijemput bokapnya buat pulang ke rumahnya. Biasanya juga sebelum bokapnya datang, gue main2 dulu di kamarnya dan you know lah menjalankan ‘ritual’. Tapi waktu itu gue yg biasanya pulang kampus pasti balik ke kost dulu, tetapi tiba2 memutuskan buat main ke kost temen gue yg lainnya. Lita udah sms gue tanya2 kapan pulang dst, tapi gue ngeles aja kalo gue lagi belajar bareng sama teman2 gue yg lainnya. Emang kita jarang banget hang out kalo pas weekend, karena itu tadi. Kalo dia udah di rumah pasti akan susah buat dia keluar2 lagi. Karena somehow, bokapnya ini over protective banget. Fyi aja, mama kandungnya Lita udah lama meninggal dan sekarang dia ada mama tiri. Tapi dia dan adek2nya masih gak mau manggil mama, mereka panggil tante. Karena dari yg dia cerita, sekitar 2 tahun setelah mamanya meninggal, bokapnya ini tiba2 ngajakin dia dan adek2nya pergi ke luar kota tanpa kasih alasan yg jelas. Dan ternyata hari itu juga bokapnya menikah dg mama tirinya itu. Mungkin hal itu yg membuat hubungannya dengan bokapnya jadi sedikit merenggang.

Disaat gue coba menjauhkan diri gue dari Lita, disaat itu juga ada temen cowok gue yg kelihatannya naksir dia. Walaupun kalo ditanyain dia kayak berusaha menghindar gitu sih. Sebut aja namanya Agus. Yang gue perhatiin, dari beberapa waktu lalu saat Lita terlihat down banget, si Agus ini sering banget ngedeketin dia. Entah itu cuma sekedar nemenin dia duduk sebelahan ketika dia gak sekelas dg Ana, atau bahkan ngajakin dia satu grup waktu kita ada tugas kelompok. Gue melihat mungkin ini saat yg tepat buat gue bantuin Agus biar dia bisa makin dekat dengan Lita dan gue bisa kabur. Rencananya sih gitu…

Beberapa hari setelahnya, Lita cerita ke gue kalau Agus ngajakin dia buat nonton semacam pertunjukan musik gitu berdua. Mungkin karena dia takut gue akan cemburu makanya dia tanya dulu ke gue gimana. Ya karena gue emang dalam rencana buat memutuskan hubungan dengannya ya pastinya gue ok2 aja malah pas kebeneran banget. Sebelumnya sih Agus sempat tanya ke gue soal Lita yg sering kelihatan galau ini, berhubung gue teman satu kostnya ya pasti Agus kira gue ngerti lah ada apa dengan Lita. Well, padahal sebenernya lebih dari itu, hahaha. Gue jelasin ke Agus soal konflik dengan Ana dan kenapa kita bisa terbelah jadi dua kubu gini. Gue pun juga minta ke Agus buat ngehibur dia atau ngajakin dia kemana gitu, biar gak galau lagi. Makanya itulah Agus ngajakin buat lihat pertunjukan musik ini.

Tibalah pada malam saat dia pergi dengan Agus. Ya sambil nunggu, dia main dulu ke kamar gue. Mungkin aslinya dia gak mau, tapi setelah gue sedikit paksa buat nerima ajakan Agus akhirnya dia mau juga. Gue bilang aja sih, buat menutupi hubngan kita berdua ini. Jadi dia harus kelihatan sedang jalan dg cowok, jadi gak ada yg curiga dengan kita berdua. Entah kenapa dia ini penurut banget sama gue, makanya dia mau aja jalan sama Agus. Terlihat banget kan seberapa dominannya gue ke dia?

Agus udah sampai di depan kost dan dengan raut muka males2an Lita pun pamit ke gue sambil peluk dan cium gue. Beberapa saat habis dia pergi gue pun lanjut ngerjain tugas kuliah gue. Lalu tiba2 Agus sms gue, gue agak lupa dia ada tanya apa tapi intinya sih soal Lita. Yang bisa gue ingat adalah gue saranin Agus buat sering2 ajak Lita jalan, siapa tau itu bisa bikin dia senang dan nggak murung lagi.

Kurang lebih jam 10 malam, Lita udah balik ke kost. Lalu dia ketuk pintu kamar gue. Waktu gue lihat dia, wajahnya terlihat kayak marah gitu sambil menghindari eye contact gue. Well, gue udah agak caution sih saat itu. Dalam hati gue bicara dg gue sendiri, “mampus, jangan2 si Agus cerita lagi soal percakapan kita sebelumnya.”

Lita hanya duduk terdiam di atas kasur gue. Gue sambil ngetik2 tugas gue, sesekali nanyain gimana tadi acaranya. Jawabannya pun juga singkat2 doang gitu, fix kayaknya dia lagi ngambek. Lalu gue stop ngerjain tugas dan duduk disampingnya. Gue pegang tangannya tapi dia lepas.

“Lit, kamu kenapa? Kok kayak bete gitu?” Gue tanya dia, tapi dia hanya diam aja dan gak mau ngelihat gue. Gue coba pegang pipinya dan ngearahin wajahnya ke gue dan “plak!”. Tiba2 dia menampar pipi gue.
“Kamu bilang apa ke Agus?”
“Hah, maksudnya Lit?” gue pura2 bego.
“Aku lihat tadi dia smsan sama kamu dan aku gak sengaja lihat isinya. Maksud kamu apa buat suruh dia ngehibur aku?” dia udah setengah nangis saat ini. Gue pun hanya diam aja karena gue bingung mau bilang apa ke dia. “Kamu sebenernya sayang gak sih sama aku? Kenapa kamu suruh2 Agus kayak gitu?” dia pun nangis sejadi-jadinya.
“Ok aku minta maaf kalo aku gak bilang ke kamu. Memang aku ada kontak sama Agus. Tapi ya gimana, dia tiba2 sms aku dan nanyain kamu. Dia juga nanya ke April (temen gue) kok tentang kamu. Jadi ya aku cerita aja tentang masalah kita ini dan saat itu dia juga tanya ke aku gimana kalo dia ngajakin kamu jalan. Ya gak mungkin kan aku ngelarang dia karena kamu itu pacarku?” gue berusaha ngeles sebaik mungkin dan berharap kalo dia gak tanya yg macem2 lagi.
“Beneran gitu?”
“Iya sayang, maafin aku ya.” Gue pegang tangannya dan dia langsung memeluk erat gue. Well, kali ini rencana gue fix gagal total.

***

Beberapa hari setelahnya pas tiba hari ulang tahunnya Lita. Hari sebelumnya Ana udah kontak gue kalo dia berencana mau kasih dia surprise dan otomatis gue harus ikutan lah. Surprise itu kita lakukan malamnya, karena siangnya dia ada belajar kelompok buat tugas menjelang UAS. Cukup simple aja sih kue, lilin, dan nyanyian selamat ulang tahun menghiasi malam itu. Selesai kita kasih surprise dan bercanda tawa, akhirnya Ana dan temen gue lagi satunya, sebut aja Windy pamit buat pulang. Setelah mengantarkan mereka pulang, gue langsung balik ke arah kamar gue tapi tiba2 Lita pegang tangan gue dan meminta gue buat ke kamarnya. Well, gue ngikut aja sih karena itu hari spesialnya dia juga. Tanpa basa-basi dia langsung peluk dan deep kiss gue, karena gue lagi gak awas makanya langsung otomatis ambruk ke kasurnya. Posisi gue rebahan di bawah dan dia menjatuhkan badannya di atas badan gue. Untung dia langsing, hehe. Setelah beberapa saat dia langsung menarik wajahnya ke atas dan menatap gue.

“Aku sayang banget sama kamu Shall, aku gak mau kehilangan kamu.” Gue Cuma membalasnya dengan senyuman dan sambil mengelus kepalanya. “Aku rela ngapain aja demi kamu.” Waktu gue denger kalimat terakhir itu gue semakin merasa bersalah ke dia. Karena disaat dia lagi sayang2nya ke gue, gue malah sedang berusaha cari cara supaya bisa putus dari dia. Dan selanjutnya sisi emotional gue yang mengambil alih keadaan.

“Tonight… I’m yours, baby.” Gue langsung tarik badannya ke sebelah gue dan langsung ke atas badannya. Dia udah memejamkan matanya dan mengangkat tangan ke atas kepalanya seolah2 udah menyerahkan kendali keadaan sepenuhnya ke gue. And we got the hottest make out session that night! (part adegan panas cukup sampai disini aja ya agan dan sista, hehe emoticon-Big Grin)

-continue to next chapter-
0
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.