- Beranda
- Stories from the Heart
T University 2 (Season 2)
...
TS
anism
T University 2 (Season 2)

Cover Super Keren by Awayaye <Ane minta
> Terima banyak untuk respon positif agan dan aganwati di thread sebelumnya. T University.
Bagi yang belum membacanya. Bisa mengklik judul dibawah ini.
T University
Spoiler for Daftar Isi/Case 1 : Lost Son:
Case 1 Finish
Spoiler for Case 2 : Lativa's Twins Terror:
Case 2 Finish
Spoiler for Case 3 : Arelia And Edward:
Case 3 Finish
Spoiler for Samantha And Mom:
Finish
Spoiler for Case 4 : Johnny Comes Back To China or England:
Case 4 Finish
Spoiler for Case 5 : King Killer's Son:
Case 5 Finish
Spoiler for Case 6 : Losing In A Plane:
Diubah oleh anism 30-05-2019 17:56
anasabila memberi reputasi
1
21.6K
198
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•1Anggota
Tampilkan semua post
TS
anism
#29
Hypnotherapy Started
“Kalau begitu, Anda harus setuju untuk melakukan hipnoterapi.”, ujar Samantha.
“Hipnotis dan membuatku tidak sadar? Siapa yang tahu apa niat kalian?! Aku tidak punya siapa-siapa di sini. Siapa yang akan menjamin keselamatanku dalam keadaan tidak sadar?”, Hugo waspada.
“Tidak ada yang bisa menjamin keselamatan Anda sekarang juga, meskipun Anda sadar. Maafkan ketidak sopananku.”, tegas Brian agak kesal.
“Apa kalian menjamin bahwa aku akan bisa mengingat dan menemukan siapa orang tua ku?” , tanya Hugo serius.
“Kami selalu mengusahakan yang terbaik.”, Arelia tersenyum sangat manis.
Mereka melesat semakin cepat, tiba di rumah praktek mereka. Tepatnya itu adalah markas baru mereka yang merupakan rumah Samantha.
Ini pertama kalinya mereka ke sini. Samantha baru selesai mengurus izin pembukaan tempat praktek.
“Rumah seorang anak kedokteran memang beda. Dia bukan tinggal di apartemen, teman. Dia punya rumah. R-U-M-A-H.”, Arelia menirukan gaya seperti membuat gerakan meniru sebuah rumah.
Samantha tertawa kecil sambil menggelengkan kepalanya.
“Di sini tidak seindah yang kalian pikirkan?”, ujar Samantha.
“Wow sekali. Kamu bilang ini tidak indah. Berikan surat alih kuasa rumahmu. Aku siap menanda tanganinya.”, pinta Johnny.
Samantha tidak bisa menahan tawanya. “Ini soal kehidupan di dalamnya. Ada banyak air mata disini.”
Jawaban Samantha seketika membuat mereka diam.
‘Maaf, Samantha. Kamu tahu Johnny memang blak-blakan.’, Lativa kelihatan menyesal.
“Tidak masalah sayang. Aku tidak memikirkannya. Ayo masuk.”, Samantha membukakan pintu.
Samantha membuka lampu temaram di ruangan prakteknya dengan Hugo di kursi pasien. “Coba tarik nafas yang dalam”, perintah Samantha.
“Dia bisa melakukan hal itu?!”, seru salah seorang dari mereka saat mereka melihat keadaan di ruangan praktek Samantha melalui sebuah kamera pengawas.
Samantha membisik-bisikkan beberapa kalimat yang kelihatannya cukup panjang. Kemudian, dia meletakkan tangan ke pundak pria tua itu.
“Anda bisa mendengar saya?”, tanya Samantha.
“Dia mulai! Sudah mulai!”, ujar yang lain penasaran dari balik layar besar.
“Ya”, jawabnya.
“Siapa namamu, Tuan?”, tanya Samantha.
“Nama saya Hugo…. Hmm, itu bukan namaku. Tapi aku tidak tahu kenapa aku bernama seperti itu?”, jawab Hugo jelas.
“Kalau begitu, dimana Anda sekarang?”, tanya Samantha.
“Saya berada di sebuah ruangan bersama Anda.”, ujar Hugo
“Bagus.”, ujar Samantha.
“Ha?! Dia bilang dia menghipnotis pria itu. Dia masih sadar.”, teriak Brian frustasi sampai Arelia harus menutup telinganya.
“Dia dokter. Dia tahu apa yang harus dilakukannya.”, ujar Arelia justru menaikkan volume suara kamera pengintai beresolusi tinggi tersebut.
“Kalau begitu, Anda harus setuju untuk melakukan hipnoterapi.”, ujar Samantha.
“Hipnotis dan membuatku tidak sadar? Siapa yang tahu apa niat kalian?! Aku tidak punya siapa-siapa di sini. Siapa yang akan menjamin keselamatanku dalam keadaan tidak sadar?”, Hugo waspada.
“Tidak ada yang bisa menjamin keselamatan Anda sekarang juga, meskipun Anda sadar. Maafkan ketidak sopananku.”, tegas Brian agak kesal.
“Apa kalian menjamin bahwa aku akan bisa mengingat dan menemukan siapa orang tua ku?” , tanya Hugo serius.
“Kami selalu mengusahakan yang terbaik.”, Arelia tersenyum sangat manis.
Mereka melesat semakin cepat, tiba di rumah praktek mereka. Tepatnya itu adalah markas baru mereka yang merupakan rumah Samantha.
Ini pertama kalinya mereka ke sini. Samantha baru selesai mengurus izin pembukaan tempat praktek.
“Rumah seorang anak kedokteran memang beda. Dia bukan tinggal di apartemen, teman. Dia punya rumah. R-U-M-A-H.”, Arelia menirukan gaya seperti membuat gerakan meniru sebuah rumah.
Samantha tertawa kecil sambil menggelengkan kepalanya.
“Di sini tidak seindah yang kalian pikirkan?”, ujar Samantha.
“Wow sekali. Kamu bilang ini tidak indah. Berikan surat alih kuasa rumahmu. Aku siap menanda tanganinya.”, pinta Johnny.
Samantha tidak bisa menahan tawanya. “Ini soal kehidupan di dalamnya. Ada banyak air mata disini.”
Jawaban Samantha seketika membuat mereka diam.
‘Maaf, Samantha. Kamu tahu Johnny memang blak-blakan.’, Lativa kelihatan menyesal.
“Tidak masalah sayang. Aku tidak memikirkannya. Ayo masuk.”, Samantha membukakan pintu.
Samantha membuka lampu temaram di ruangan prakteknya dengan Hugo di kursi pasien. “Coba tarik nafas yang dalam”, perintah Samantha.
“Dia bisa melakukan hal itu?!”, seru salah seorang dari mereka saat mereka melihat keadaan di ruangan praktek Samantha melalui sebuah kamera pengawas.
Samantha membisik-bisikkan beberapa kalimat yang kelihatannya cukup panjang. Kemudian, dia meletakkan tangan ke pundak pria tua itu.
“Anda bisa mendengar saya?”, tanya Samantha.
“Dia mulai! Sudah mulai!”, ujar yang lain penasaran dari balik layar besar.
“Ya”, jawabnya.
“Siapa namamu, Tuan?”, tanya Samantha.
“Nama saya Hugo…. Hmm, itu bukan namaku. Tapi aku tidak tahu kenapa aku bernama seperti itu?”, jawab Hugo jelas.
“Kalau begitu, dimana Anda sekarang?”, tanya Samantha.
“Saya berada di sebuah ruangan bersama Anda.”, ujar Hugo
“Bagus.”, ujar Samantha.
“Ha?! Dia bilang dia menghipnotis pria itu. Dia masih sadar.”, teriak Brian frustasi sampai Arelia harus menutup telinganya.
“Dia dokter. Dia tahu apa yang harus dilakukannya.”, ujar Arelia justru menaikkan volume suara kamera pengintai beresolusi tinggi tersebut.
Diubah oleh anism 05-03-2017 17:54
0