- Beranda
- Stories from the Heart
Misteri Posko KKN
...
TS
kiara00
Misteri Posko KKN
Percaya atau tidak, setiap tempat itu ada
penunggunya. Kita diharuskan untuk meminta izin
ketika memasuki setiap tempat baru.
Memang terdengarnya seperti sesutu yang mustahil.
Tapi jika tidak meminta izin maka keusilan sang
penunggu akan membawa petaka.
Index
Pembekalan KKN
Pemberangkatan
Daerah Terpencil
Sambutan Selamat Datang
Izin Pulang
Rumah
Kesurupan
Teror Pertama
Berunding
Penampakan
Nyanyian Di Tengah Malam
Lingsir Wengi
Amarah
Teror Kedua
Tidur Tapi Tak Tidur
Serangan
KuntilAnak
Hilang
Pencarian
Gadis Cantik
Santap Malam
Rute Pencarian
Berpikir
Hutan Pinus
penunggunya. Kita diharuskan untuk meminta izin
ketika memasuki setiap tempat baru.
Memang terdengarnya seperti sesutu yang mustahil.
Tapi jika tidak meminta izin maka keusilan sang
penunggu akan membawa petaka.
Index
Pembekalan KKN
Pemberangkatan
Daerah Terpencil
Sambutan Selamat Datang
Izin Pulang
Rumah
Kesurupan
Teror Pertama
Berunding
Penampakan
Nyanyian Di Tengah Malam
Lingsir Wengi
Amarah
Teror Kedua
Tidur Tapi Tak Tidur
Serangan
KuntilAnak
Hilang
Pencarian
Gadis Cantik
Santap Malam
Rute Pencarian
Berpikir
Hutan Pinus
Diubah oleh kiara00 12-03-2017 13:22
0
51.3K
291
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•51.9KAnggota
Tampilkan semua post
TS
kiara00
#10
[Pemberangkatan]
Rintik-rintik hujan jatuh membasahi jalanan di
pagi hari. Awan hitam menutupi mentari untuk
bersinar menerangi dunia ini. Kendaraan mulai
berlalu lalang dijalanan desa tempatku tinggal.
Tak ada yang istimewa dari suasana di pagi hari
yang dipenuhi dengan rintik-rintik hujan. Tak ada
burung yang bernyanyi merdu menyambut sang
mentari, yang ada hanya semilir angin dingin
memeluk tubuh setiap orang yang tengah mulai
beraktivitas.
Aku baru saja bersiap berangkat ke kampus ketika
handphoneku berbunyi menandakan ada bbm
yang masuk. Aku segera membukanya, ternyata
dari Wilman, kekasihku.
"Di, maaf aku tak bisa mengantarmu ke tempat
KKN. Ada kerjaan yang harus aku selesaikan."
"Ya sudah tak apa, Diona berangkat sama
rombongan dari kampus aaja."
Seperti biasanya aku selalu dinomor duakan oleh
Wilman, baginya pekerjannya adalah yang utama.
Dia adalah seorang abdi negara, tepatnya seorang
Polisi lalu lintas di kotaku. Kesehariannya lebih
banyak disibukkan dengan pekerjaannya
dibandingkan denganku.
"Kak, kamu jadi di antar pacarmu?" tanya adikku.
"Gak dik, dia ada kerjaan. Kamu antar kakak
sampai kampus ya!" pintaku.
Tanpa banyak bicara dia langsung mengiyakan
permintaanku. Sepertinya aneh memdengar dia
langsung mengiyakan perkataanku karena dia
selalu saja mengajakku berdebat sebelum bicara
'ya'.
Rintik-rintik hujan menemani perjalnanku ke
kampus. Aku mengeratkan jaket yang kugunakan
agar aku tak merasa kedinginan. Rasanya pagi ini
memang lebih dingin dari pagi-pagi hiasanya.
Sesampainya di kampus aku langsung turun dari
motor yang dikendari oleh adikku. Lagi-lagi tak
seperti biasanya adikku membawakan semua
barangku ke dekat mobil yang akan digunakan
untuk mengangkut semua barang bawaan.
Suasana kampus di pagi hari masih begitu
lengang, apalagi libur semester telah dimulai.
Hanya ada mahasiswa yang akan mengikuti
semester pendek dan beberapa dosen yang
tengah bersip untuk berangkat KKN.
Dari kejauhan samar-samar aku melihat sebuah
sepeda motor ninja berwarna biru dengan polet
hitam. Aku memicingkan mataku untuk
memastikan apakah itu benar motor Wilman atau
bukan. Ya.....itu motor Wilman, aku sangat
mengenali plat motornya.
"Sedang apa Wilman di kampus? Bukankah dia
bilang dia ada kerjaan," kataku pada diriku sendir.
Dengan hati penuh tanya aku berjalan mendekati
sepeda motornya. Aku berharap dapat surprise
indah dari dia, berharap dia tiba-tiba dapat
mengantarku.
Dan.......aku memang mendapat surprise dari dia,
tapi bukan surprise indah seperti harapanku
tetapi surprise yang sangat menyakitkan. Aku
melihatnya tengah merangkul mesra seorang
gadis. Tunggu....dia adalah gadis yang aku lihat
sebelum aku masuk aula kemarin. Apa mungkin
gadis itu.....ah tidak mungkin.
Langkah demi langkah aku langkahkan kakiku
mendekati Wilman dan perempuan itu. Rasanya
ada beban berton-ton dikakiku ini hingga aku
berjalan dengan begitu gontai karena beban di
kakiku dan menghampirinya dengan hati yang
remuk redam.
"Wilman?" sapaku seakan masih berharap jika itu
bukan Wilman. Berharap jika laki-laki yang tengah
merangkul perempuan itu adalah laki-laki lain
yang hanya mirip dengan Wilman.
"Diona....kamu...." kata Wilman kaget melihatku
berada disana.
Dan seketika hancur sudah harapanku bersamaan
dengam hancurnya hatiku. Aku melihat senyum
penuh kemenangan tersungging dari perempuan
itu. Ternyata ini alasan tatapan penuh
kebenciannya kemarin.
"Kamu....kamu sedang apa disini?" tanyaku
menahan tangis.
"Mengantarku ke tempat KKN," jawab perempuan
itu sinis.
Rintik-rintik hujan jatuh membasahi jalanan di
pagi hari. Awan hitam menutupi mentari untuk
bersinar menerangi dunia ini. Kendaraan mulai
berlalu lalang dijalanan desa tempatku tinggal.
Tak ada yang istimewa dari suasana di pagi hari
yang dipenuhi dengan rintik-rintik hujan. Tak ada
burung yang bernyanyi merdu menyambut sang
mentari, yang ada hanya semilir angin dingin
memeluk tubuh setiap orang yang tengah mulai
beraktivitas.
Aku baru saja bersiap berangkat ke kampus ketika
handphoneku berbunyi menandakan ada bbm
yang masuk. Aku segera membukanya, ternyata
dari Wilman, kekasihku.
"Di, maaf aku tak bisa mengantarmu ke tempat
KKN. Ada kerjaan yang harus aku selesaikan."
"Ya sudah tak apa, Diona berangkat sama
rombongan dari kampus aaja."
Seperti biasanya aku selalu dinomor duakan oleh
Wilman, baginya pekerjannya adalah yang utama.
Dia adalah seorang abdi negara, tepatnya seorang
Polisi lalu lintas di kotaku. Kesehariannya lebih
banyak disibukkan dengan pekerjaannya
dibandingkan denganku.
"Kak, kamu jadi di antar pacarmu?" tanya adikku.
"Gak dik, dia ada kerjaan. Kamu antar kakak
sampai kampus ya!" pintaku.
Tanpa banyak bicara dia langsung mengiyakan
permintaanku. Sepertinya aneh memdengar dia
langsung mengiyakan perkataanku karena dia
selalu saja mengajakku berdebat sebelum bicara
'ya'.
Rintik-rintik hujan menemani perjalnanku ke
kampus. Aku mengeratkan jaket yang kugunakan
agar aku tak merasa kedinginan. Rasanya pagi ini
memang lebih dingin dari pagi-pagi hiasanya.
Sesampainya di kampus aku langsung turun dari
motor yang dikendari oleh adikku. Lagi-lagi tak
seperti biasanya adikku membawakan semua
barangku ke dekat mobil yang akan digunakan
untuk mengangkut semua barang bawaan.
Suasana kampus di pagi hari masih begitu
lengang, apalagi libur semester telah dimulai.
Hanya ada mahasiswa yang akan mengikuti
semester pendek dan beberapa dosen yang
tengah bersip untuk berangkat KKN.
Dari kejauhan samar-samar aku melihat sebuah
sepeda motor ninja berwarna biru dengan polet
hitam. Aku memicingkan mataku untuk
memastikan apakah itu benar motor Wilman atau
bukan. Ya.....itu motor Wilman, aku sangat
mengenali plat motornya.
"Sedang apa Wilman di kampus? Bukankah dia
bilang dia ada kerjaan," kataku pada diriku sendir.
Dengan hati penuh tanya aku berjalan mendekati
sepeda motornya. Aku berharap dapat surprise
indah dari dia, berharap dia tiba-tiba dapat
mengantarku.
Dan.......aku memang mendapat surprise dari dia,
tapi bukan surprise indah seperti harapanku
tetapi surprise yang sangat menyakitkan. Aku
melihatnya tengah merangkul mesra seorang
gadis. Tunggu....dia adalah gadis yang aku lihat
sebelum aku masuk aula kemarin. Apa mungkin
gadis itu.....ah tidak mungkin.
Langkah demi langkah aku langkahkan kakiku
mendekati Wilman dan perempuan itu. Rasanya
ada beban berton-ton dikakiku ini hingga aku
berjalan dengan begitu gontai karena beban di
kakiku dan menghampirinya dengan hati yang
remuk redam.
"Wilman?" sapaku seakan masih berharap jika itu
bukan Wilman. Berharap jika laki-laki yang tengah
merangkul perempuan itu adalah laki-laki lain
yang hanya mirip dengan Wilman.
"Diona....kamu...." kata Wilman kaget melihatku
berada disana.
Dan seketika hancur sudah harapanku bersamaan
dengam hancurnya hatiku. Aku melihat senyum
penuh kemenangan tersungging dari perempuan
itu. Ternyata ini alasan tatapan penuh
kebenciannya kemarin.
"Kamu....kamu sedang apa disini?" tanyaku
menahan tangis.
"Mengantarku ke tempat KKN," jawab perempuan
itu sinis.
0