- Beranda
- Stories from the Heart
Love (After) Magnitude [TAMAT]
...
TS
fadw.crtv
Love (After) Magnitude [TAMAT]
Quote:
PERINGATAN!
Cerita ini bisa membuat anda baper, ngg bisa tidur, teringat mantan dan gangguan hubungan lainnya.
Cerita ini bisa membuat anda baper, ngg bisa tidur, teringat mantan dan gangguan hubungan lainnya.
Selamat datang di cerita ane yang ke-4. :welcome
Cerita ini adalah cerita lanjutan dari Love Magnitudeyang sudah tamat dan sudah di gembok.
Kenapa buat baru gan? karena cerita di sini akan menceritakan kejadian setelah apa yang terjadi di Love Magnitude.
Jadi harus baca cerita itu dong? ya kalau agan ingin ngerti betul cerita selanjutnya memang wajib baca cerita sebelumnya, karena pasti akan ada keterikatan.

Ucapan dari saya, Selamat menikmati kelanjutan ceritanya. :terimakasih
Quote:
Quote:
Ane menerima segala bentuk komentar dan kritik yang membangun, cendol juga ane terima. 

Diubah oleh fadw.crtv 29-05-2017 20:16
santet72 dan 2 lainnya memberi reputasi
3
27.3K
Kutip
114
Balasan
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
fadw.crtv
#16
Part 3
Quote:
rudika.140817@email.com
kepada anda
16 Agu detail.
---------------------------------------------------------------------------------------------------
Tertidur dalam perjalanan ini
Menuju kasih yang jauh dari diri
Aku terbangun saat matahari terbit
Cahayanya menembus kaca kereta ini
Aku membayangkan wajahmu
Aku tak kuat menahan rindu
Aku tak tahan ingin bertemu
Di kota yang aku tak tahu
Sampai aku melihatnya
Kau duduk dengan wanita
Elok dan cantik rupanya
Aku kalah darinya
Tapi aku ingat
Ingat akan hari ini
Hari dimana kita bahagia
Memulai cerita cinta ini
Akan aku kenang kisah hari ini
Dalam hati sanubari
Karena hari ini
Kita yakin akan cinta ini
Tapi kamu mengusirku menjauh
Saat rinduku masih tersisa
Kau suruh aku lepaskan pelukanku
Dan meninggalkanmu pergi dengan kereta
Aku benci dengan kereta ini
Kereta yang membawa aku menjauh dari dirimu
Aku juga benci dengan diri ini
Karena aku tidak bisa menahan rindu
Kantuk tak kunjung datang
Lelap tak kunjung aku rasakan
Aku menulis puisi ini
Untuk dirimu yang aku cintai
Rudiiii, aku masih kangen, maaf yah tadi aku gitu di stasiun, soalnya kamu nyebelin biar aku cepet-cepet pulang.
Aku ngg bisa tidur, Sayang. Padahal udah jam 11 malam, kamu ma udah tidur pastinya. Hehe.
Makannya aku kirim ini pake e-mail, biar tidur kamu ngg keganggu, alamat e-mailnya lucu yah, aku baru buat loh, passwordnya mau tau ngg? :P
Makasih yah, sayang anniverasynya aku suka, walau awalnya sebel juga, tapi aku sayang kamu.
Happy Anniversary, sayang. I Love You, Love More, Love Forever. :*
---------------------------------------------------------------------------------------------------
Balas Balas ke semua Teruskan
Jujur mataku sekarang penuh dengan air mata, pikiranku sudah jauh terbang menembus semua kenangan yang aku coba untuk lupakan. Aku teringat kembali dengan sosoknya.
Pernah terbersit untuk mengganti e-mailku, tetapi aku terlanjur memasukan e-mailku ini ke perusahaan ini.
Aku mungkin seorang diri di ruangan ini, karena waktu istirahat masih tersisa beberapa menit. Aku lalu mencoba mengusap air mataku lalu pergi ke kamar mandi dan aku membasuh wajahku.
“Kamu harus bisa move on, Rudi.” Ucapku dengan melihat cermin.
“785 kilometer aku menjauh dari ibukota, tapi kenapa dia tidak bisa pergi dari ingatanku.” Wajahku aku usap dengan air.
“Ingat, kamu sudah mempunyai kekasih baru, jangan kamu kecewakan dirinya, oke Rudi.” Ucapku dengan menunjuk-nunjuk diriku di cermin.
Aku lalu kembali ke ruanganku, dan aku kaget saat semua teman-temanku yang ada di sini melihat layar komputerku.
“Ciyeee, Rudi, pacarnya romantis banget sih, cewek kamu koq puitis gitu.” Ucap seorang yang aku belum kenal namanya.
Aku pun mendekati komputerku, aku duduk dan menutup emailku.
“Maaf, mas. Pacar saya sudah meninggal.” Ucapku sembari menatap layar monitor dan aku melihat folder tugasku.
Satu persatu temanku kembali ke mejanya.
“Oh, maaf ya, Rud, maaf, aku ngg niat gitu.” Ucapannya sedikit memelan.
“Iya ngg apa-apa, Mas, namanya siapa mas?” Tanyaku sambil tersenyum.
“Nama saya Danang, kirain mas udah tahu orang-orang di sini.” Ucapnya.
“Belum Mas, saya baru kenal ini nih Mas Bayu sama itu Mas Wisnu.” Jelasku kepadanya.
“Yaudah saya kenalin satu-satu yah.” Dia lalu menyebutkan enam nama orang yang aku belum tahu.
“Waduh saya ngg inget kalau disebutin satu-satu gitu, Mas.” Jawabku sambil menggaruk kepalau.
“Tenang saja, Mas, nanti juga hapal sendiri.” Ucapnya dan dia kembali ke mejanya.
Aku lalu melihat layar monitorku dan ada dua data yang aku terima dengan tulisan revisi dengan satu buah catatan.
“tolong untuk diperbaiki beberapa bagian karena belum sesuai dan masih ada beberapa kesalahan.”Isi catatan tersebut.
Aku lalu membuka salah satu data yang telah aku kerjakan tadi, dan setelah aku baca, memang ada beberapa kalimat yang typo, beberapa huruf ada yang tidak terketik dan beberapa kalimat yang cukup membingungkan.
“Sialan, katanya re-format, tinggal ganti formatnya, tapi masih berantakan gini, sama aja gue ngerevisi namanya.” Gumamku dalam hati.
Aku lalu membereskan pekerjaanku cepat-cepat. Mataku harus jeli dan pikiranku harus fokus. Cukup membuat aku sedikit pusing.
Jam telah menunjukan jam tiga, dan tugasku sudah aku simpan di folder selesai, serta folder tugasku masih kosong. Aku lalu pergi ke toilet dan ke dapur untuk sedikit membuat minuman.
Kebetulan toilet dan dapur cukup berdekatan. Setelah aku selesai dengan urusan di toilet aku lalu masuk ke dapur dan ada dua orang yang sedang berbincang.
“Eh, maaf mas saya ganggu.” Aku kemudian meraih pintu lemari atas untuk mengambil satu bungkus kopi.
“Sini, biar saya buatin mas.” Ucap seorang dari mereka.
“Iya Mas, kalau mau bikin minuman suruh kita aja.” Jelas seorang lainnya.
“Oh gitu ya, saya juga pegel mas duduk terus di kursi, jadinya biar jalan-jalan sebentar.” Ucapku.
“Ini Mas kopinya, monggo.” Aku lalu mengambil segelas kopi yang disodorkan.
“Makasih ya, Mas.” Ucapku sambil berlalu.
Aku berjalan menaiki tangga dengan membawa segelas kopi, dan tanpa sengaja aku berpapasan dengan Mita dan seorang lelaki yang berpakaian rapi. Aku hanya mengangguk dan tersenyum karena aku pikir dia klien perusahaan ini.
Aku duduk dan sedikit menjelajahi isi komputer yang sebenarnya tidak ada apa-apanya.
Perasaanku terhadap Mita memang belum sepenuhnya aku bisa menyayanginya, masih ada nama Riska di dalam hatiku yang ingin aku buang.
Aku bekerja di sini seperti pengangguran yang duduk di depan sebuah layar, hanya menunggu pekerjaan datang yang tidak setiap waktu selalu ada. Mungkin aku di sini harus banyak menyelesaikan pekerjaan, karena aku dibayar untuk pekerjaan yang telah aku selesaikan.
Aku sedikit merasa rindu terhadap tempat kerjaku yang dulu, walau kita tak ada kerjaan aku tetap dibayar. Memang tidak semua perusahaan itu sama enaknya.
Sampai jam lima kurang lima belas menit aku mendapatkan dua buah pekerjaan baru, sekarang mereka tulis lengkap “re-format dan revisií”.
Aku kerjakan salah satu pekerjaan, memang sebentar lagi jam lima sore waktunya pulang kantor, tetapi aku tetap mengerjakannya sekarang.
“Ayo, Rud, kita pulang.” Ajak teman disebelahku.
“Iya, Mas, tanggung.” Ucapku.
“Udah besok lagi aja, kamu ngg akan dibayar lembur koq.” Ucapnya.
Aku lalu menuruti kata-katanya, dan sudah ada beberapa orang yang meninggalkan ruangan ini.
“Kalau di sini enggak perlu dateng gelap pulang gelap, soalnya kita dibayar buat pekerjaan yang selesai aja, bukan buat waktu kita.” Jelas pria yang bernama Anwar.
“Iya, mas.” Jawabku dibarengi senyuman.
“Yaudah saya duluan yah, masih ada si Wisnu tuh di mejanya.” Ucapnya sambil berangkat.
Aku lihat dari kursiku dia pergi sambil berpamitan dengan Wisnu. Aku lalu sejenak mengirim SMS kepada Mita.
“Yang, aku pulang duluan ngg apa-apa?” aku lalu membereskan mejaku dan memastikan komputer suda mati.
Aku menggendong tas dan pergi keluar ruangan.
“Mari Mas, duluan.” Pamitku ke Wisnu.
“Iya, hati-hati Mas.” Ucapnya.
Aku orang baru sehingga panggilan “Mas” selalu melekat denganku. Sampai aku berpamitan dengan keamanan dan keluar ruko, tidak ada pesan dari Mita.
Setelah aku menunggu lima menit di depan, aku akhirnya pulang tanpa kabar dari Mita. Berjalan menyusuri jalan yang aku dulu susuri menuju caffe bersama Mita, dan saat aku sampai depan caffe, aku merasakan seperti deja vu.
Bersambung ...
kepada anda
16 Agu detail.
---------------------------------------------------------------------------------------------------
Tertidur dalam perjalanan ini
Menuju kasih yang jauh dari diri
Aku terbangun saat matahari terbit
Cahayanya menembus kaca kereta ini
Aku membayangkan wajahmu
Aku tak kuat menahan rindu
Aku tak tahan ingin bertemu
Di kota yang aku tak tahu
Sampai aku melihatnya
Kau duduk dengan wanita
Elok dan cantik rupanya
Aku kalah darinya
Tapi aku ingat
Ingat akan hari ini
Hari dimana kita bahagia
Memulai cerita cinta ini
Akan aku kenang kisah hari ini
Dalam hati sanubari
Karena hari ini
Kita yakin akan cinta ini
Tapi kamu mengusirku menjauh
Saat rinduku masih tersisa
Kau suruh aku lepaskan pelukanku
Dan meninggalkanmu pergi dengan kereta
Aku benci dengan kereta ini
Kereta yang membawa aku menjauh dari dirimu
Aku juga benci dengan diri ini
Karena aku tidak bisa menahan rindu
Kantuk tak kunjung datang
Lelap tak kunjung aku rasakan
Aku menulis puisi ini
Untuk dirimu yang aku cintai
Rudiiii, aku masih kangen, maaf yah tadi aku gitu di stasiun, soalnya kamu nyebelin biar aku cepet-cepet pulang.
Aku ngg bisa tidur, Sayang. Padahal udah jam 11 malam, kamu ma udah tidur pastinya. Hehe.
Makannya aku kirim ini pake e-mail, biar tidur kamu ngg keganggu, alamat e-mailnya lucu yah, aku baru buat loh, passwordnya mau tau ngg? :P
Makasih yah, sayang anniverasynya aku suka, walau awalnya sebel juga, tapi aku sayang kamu.
Happy Anniversary, sayang. I Love You, Love More, Love Forever. :*
---------------------------------------------------------------------------------------------------
Balas Balas ke semua Teruskan
***
Jujur mataku sekarang penuh dengan air mata, pikiranku sudah jauh terbang menembus semua kenangan yang aku coba untuk lupakan. Aku teringat kembali dengan sosoknya.
Pernah terbersit untuk mengganti e-mailku, tetapi aku terlanjur memasukan e-mailku ini ke perusahaan ini.
Aku mungkin seorang diri di ruangan ini, karena waktu istirahat masih tersisa beberapa menit. Aku lalu mencoba mengusap air mataku lalu pergi ke kamar mandi dan aku membasuh wajahku.
“Kamu harus bisa move on, Rudi.” Ucapku dengan melihat cermin.
“785 kilometer aku menjauh dari ibukota, tapi kenapa dia tidak bisa pergi dari ingatanku.” Wajahku aku usap dengan air.
“Ingat, kamu sudah mempunyai kekasih baru, jangan kamu kecewakan dirinya, oke Rudi.” Ucapku dengan menunjuk-nunjuk diriku di cermin.
Aku lalu kembali ke ruanganku, dan aku kaget saat semua teman-temanku yang ada di sini melihat layar komputerku.
“Ciyeee, Rudi, pacarnya romantis banget sih, cewek kamu koq puitis gitu.” Ucap seorang yang aku belum kenal namanya.
Aku pun mendekati komputerku, aku duduk dan menutup emailku.
“Maaf, mas. Pacar saya sudah meninggal.” Ucapku sembari menatap layar monitor dan aku melihat folder tugasku.
Satu persatu temanku kembali ke mejanya.
“Oh, maaf ya, Rud, maaf, aku ngg niat gitu.” Ucapannya sedikit memelan.
“Iya ngg apa-apa, Mas, namanya siapa mas?” Tanyaku sambil tersenyum.
“Nama saya Danang, kirain mas udah tahu orang-orang di sini.” Ucapnya.
“Belum Mas, saya baru kenal ini nih Mas Bayu sama itu Mas Wisnu.” Jelasku kepadanya.
“Yaudah saya kenalin satu-satu yah.” Dia lalu menyebutkan enam nama orang yang aku belum tahu.
“Waduh saya ngg inget kalau disebutin satu-satu gitu, Mas.” Jawabku sambil menggaruk kepalau.
“Tenang saja, Mas, nanti juga hapal sendiri.” Ucapnya dan dia kembali ke mejanya.
Aku lalu melihat layar monitorku dan ada dua data yang aku terima dengan tulisan revisi dengan satu buah catatan.
“tolong untuk diperbaiki beberapa bagian karena belum sesuai dan masih ada beberapa kesalahan.”Isi catatan tersebut.
Aku lalu membuka salah satu data yang telah aku kerjakan tadi, dan setelah aku baca, memang ada beberapa kalimat yang typo, beberapa huruf ada yang tidak terketik dan beberapa kalimat yang cukup membingungkan.
“Sialan, katanya re-format, tinggal ganti formatnya, tapi masih berantakan gini, sama aja gue ngerevisi namanya.” Gumamku dalam hati.
Aku lalu membereskan pekerjaanku cepat-cepat. Mataku harus jeli dan pikiranku harus fokus. Cukup membuat aku sedikit pusing.
Jam telah menunjukan jam tiga, dan tugasku sudah aku simpan di folder selesai, serta folder tugasku masih kosong. Aku lalu pergi ke toilet dan ke dapur untuk sedikit membuat minuman.
Kebetulan toilet dan dapur cukup berdekatan. Setelah aku selesai dengan urusan di toilet aku lalu masuk ke dapur dan ada dua orang yang sedang berbincang.
“Eh, maaf mas saya ganggu.” Aku kemudian meraih pintu lemari atas untuk mengambil satu bungkus kopi.
“Sini, biar saya buatin mas.” Ucap seorang dari mereka.
“Iya Mas, kalau mau bikin minuman suruh kita aja.” Jelas seorang lainnya.
“Oh gitu ya, saya juga pegel mas duduk terus di kursi, jadinya biar jalan-jalan sebentar.” Ucapku.
“Ini Mas kopinya, monggo.” Aku lalu mengambil segelas kopi yang disodorkan.
“Makasih ya, Mas.” Ucapku sambil berlalu.
Aku berjalan menaiki tangga dengan membawa segelas kopi, dan tanpa sengaja aku berpapasan dengan Mita dan seorang lelaki yang berpakaian rapi. Aku hanya mengangguk dan tersenyum karena aku pikir dia klien perusahaan ini.
Aku duduk dan sedikit menjelajahi isi komputer yang sebenarnya tidak ada apa-apanya.
Perasaanku terhadap Mita memang belum sepenuhnya aku bisa menyayanginya, masih ada nama Riska di dalam hatiku yang ingin aku buang.
Aku bekerja di sini seperti pengangguran yang duduk di depan sebuah layar, hanya menunggu pekerjaan datang yang tidak setiap waktu selalu ada. Mungkin aku di sini harus banyak menyelesaikan pekerjaan, karena aku dibayar untuk pekerjaan yang telah aku selesaikan.
Aku sedikit merasa rindu terhadap tempat kerjaku yang dulu, walau kita tak ada kerjaan aku tetap dibayar. Memang tidak semua perusahaan itu sama enaknya.
Sampai jam lima kurang lima belas menit aku mendapatkan dua buah pekerjaan baru, sekarang mereka tulis lengkap “re-format dan revisií”.
Aku kerjakan salah satu pekerjaan, memang sebentar lagi jam lima sore waktunya pulang kantor, tetapi aku tetap mengerjakannya sekarang.
“Ayo, Rud, kita pulang.” Ajak teman disebelahku.
“Iya, Mas, tanggung.” Ucapku.
“Udah besok lagi aja, kamu ngg akan dibayar lembur koq.” Ucapnya.
Aku lalu menuruti kata-katanya, dan sudah ada beberapa orang yang meninggalkan ruangan ini.
“Kalau di sini enggak perlu dateng gelap pulang gelap, soalnya kita dibayar buat pekerjaan yang selesai aja, bukan buat waktu kita.” Jelas pria yang bernama Anwar.
“Iya, mas.” Jawabku dibarengi senyuman.
“Yaudah saya duluan yah, masih ada si Wisnu tuh di mejanya.” Ucapnya sambil berangkat.
Aku lihat dari kursiku dia pergi sambil berpamitan dengan Wisnu. Aku lalu sejenak mengirim SMS kepada Mita.
“Yang, aku pulang duluan ngg apa-apa?” aku lalu membereskan mejaku dan memastikan komputer suda mati.
Aku menggendong tas dan pergi keluar ruangan.
“Mari Mas, duluan.” Pamitku ke Wisnu.
“Iya, hati-hati Mas.” Ucapnya.
Aku orang baru sehingga panggilan “Mas” selalu melekat denganku. Sampai aku berpamitan dengan keamanan dan keluar ruko, tidak ada pesan dari Mita.
Setelah aku menunggu lima menit di depan, aku akhirnya pulang tanpa kabar dari Mita. Berjalan menyusuri jalan yang aku dulu susuri menuju caffe bersama Mita, dan saat aku sampai depan caffe, aku merasakan seperti deja vu.
Bersambung ...
Diubah oleh fadw.crtv 04-03-2017 06:46
pulaukapok memberi reputasi
1
Kutip
Balas