- Beranda
- Stories from the Heart
Love (After) Magnitude [TAMAT]
...
TS
fadw.crtv
Love (After) Magnitude [TAMAT]
Quote:
PERINGATAN!
Cerita ini bisa membuat anda baper, ngg bisa tidur, teringat mantan dan gangguan hubungan lainnya.
Cerita ini bisa membuat anda baper, ngg bisa tidur, teringat mantan dan gangguan hubungan lainnya.
Selamat datang di cerita ane yang ke-4. :welcome
Cerita ini adalah cerita lanjutan dari Love Magnitudeyang sudah tamat dan sudah di gembok.
Kenapa buat baru gan? karena cerita di sini akan menceritakan kejadian setelah apa yang terjadi di Love Magnitude.
Jadi harus baca cerita itu dong? ya kalau agan ingin ngerti betul cerita selanjutnya memang wajib baca cerita sebelumnya, karena pasti akan ada keterikatan.

Ucapan dari saya, Selamat menikmati kelanjutan ceritanya. :terimakasih
Quote:
Quote:
Ane menerima segala bentuk komentar dan kritik yang membangun, cendol juga ane terima. 

Diubah oleh fadw.crtv 29-05-2017 20:16
santet72 dan 2 lainnya memberi reputasi
3
27.3K
Kutip
114
Balasan
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
fadw.crtv
#12
Part 2
Quote:
“Selamat pagi, Mas.” Reflek aku mengucapkan kepada Bayu.
Mita lalu memalingkan wajahnya ke arah pintu, terlihat wajahnya dengan ekspresi kaget.
“Eh, kamu, daritadi di situ?” Tanya Mita.
“Enggak koq, tadi aku ke atas dulu nyimpen tas, tumben jam segini masih sepi ya, enak banget kalo...” Dia lalu berjalan mendekatiku.
Tangannya lalu meraih pintu lemari atas, aku rasa dia akan mengambil sebungkus kopi.
“Ini Mas, ada satu, seduh aja.” Ucapku.
“Saya pengen yang baru ah.” Penolakannya cukup membuat perasaanku tidak enak dengan Bayu.
Mita lalu pamit pergi duluan ke tempat kerjanya walau masih ada waktu lima menit lagi.
“Mas, di divisibareng saya yah?” Aku membuka obrolan.
“Iya, pas banget kamu di belakang meja saya.” Ucapnya sambil menuangkan air panas.
“Mas, dari tadi di depan pintu?” Tanyaku sekali lagi penasaran.
“Memang kenapa?”
“Mmm, ngg apa-apa sih Mas.” Jawabku.
“Tadi aku baru dateng pas kamu nyeduh kopi, tumben jam segini udah ada di dapur.” Ucapannya diakhiri dengan meminum kopi yang selesai diaduknya.
Perasaanku sedikit tenang, karena aku tahu Bayu punya perasaan terhadap Mita. Aku pun sebisa mungkin untuk tidak terlalu menunjukan hal yang memancing curiga teman-teman di sini, tapi aku khawatir Mita yang tidak bisa menahan dirinya.
“Kita balik lagi ke atas yu Mas.” Ajakku.
Dia hanya mengangguk dan kami berjalan tanpa ada obrolan.
Aku duduk di mejaku, sudah sebulan aku tidak seperti ini dan kali ini dengan kondisi berbeda. Aku pun tidak tahu apa yang harus aku kerjakan, dan akhirnya aku menanyakan ke Mita melalui SMS.
“Aku dapat tugas darimana?” Pesanku.
“Cari aja di Network, nanti cari tugas dan nama kamu.” Balasnya cepat.
Akupun mencari dan akhirnya menemukannya. Di dalam folder yang bertulisakan namaku, terdapat satu folder contoh, satu folder tugas, dan satu folder selesai.
Aku lihat di dalam folder contoh terdapat enam data yang merupakan contoh dari rekap, revisi dan re-format dengan masing-masing dua contoh.
Dan di folder tugas hanya ada empat, dan semua tugas itu hanya re-format saja. Aku pun mengerjakan sesuai contoh dan aku jadikan lay out saat aku mengerjakannya.
Aku rasa, re-format adalah tugas paling mudah, kita hanya mengubah data yang bisa dibilang masih berantakan atau data yang memang sengaja diubah menjadi format dari perusahaan ini.
Sampai waktu istirahat, aku sudah selesai dengan tugasku, aku tidak tahu apakah cepat atau masih lambat bagi orang baru sepertiku. Aku lalu simpan data yang telah aku selesaikan ke folder selesai, dan sekarang folder tugasku sudah kosong.
Saat teman di divisiku sudah istirahat semuanya, aku yang terakhir keluar untuk istirahat makan siang. Aku tidak tahu akan makan siang dimana, dan saat aku keluar ruko aku menemukan warung angkringan yang aku rasa cocok untuk mengisi perutku.
Aku lalu memesan makanan, dan seorang wanita cantik yang melayaniku, aku tunjuk dengan jemariku makanan yang aku kehendaki dan saat aku mencari tempat duduk, ada lambaian tangan seseorang seperti memanggilku.
Aku lalu mendatanginya dan duduk bersama beberapa orang lainnya.
“Sini, gabung sini, kamu tadi di dalam serius amat ngerjain tugasnya.” Ucap orang yang memanggilku tadi.
Aku hanya membalas senyuman dan anggukan serta aku menyimpan piring yang aku bawa di meja.
“Kerja di sini santai aja, Mas.” Sahut teman yang lainnya.
“Iya, Mas. Kenalin nama saya Rudi.” Aku memperkenalkan diriku.
Ada empat orang yang saat itu berkenalan denganku. Wisnu, nama orang yang memanggilku tadi dan kebetulan kami satu divisi.
Joko dan Alex, mereka berbeda divisi dengan aku tapi mereka merupakan teman Wisnu dari SMA.
“Ouh, jadi tiga serangkai dari SMA yah, Mas.” Bercandaku yang disambut tawa.
Dan satu orang, tepatnya wanita, namanya Ayu dan rupanya seperti namanya, kebetulan dia satu divisi dengan Mita.
“Jadi di sini ada divisi ibu-ibu PKK.” Candaku saat Ayu menceritakan tentang divisinya.
Dia menceritakan bahwa di divisinya, hanya berisi enam orang wanita yang bertugas untuk public relations, mereka bagian penerima tamu. Mulai dari tamu yang tugas sepertiku dulu, tamu yang akan menjalin kerja sama sampai tamu orang penting yang berkunjung ke Perusahaan ini.
“Hebat juga yah, walau pun cuma ruko, tapi ada orang penting juga di sini.” Ucapku heran.
“Sebenernya perusahaan ini lagi bangun gedung, Mas.” Ucap Alex.
“Masih lama jadinya?” Tanyaku.
“Kurang tau sih mas, soalnya gedung yang mangkrak dari dulu ngg dikerjain akhirnya diambil sama perusahaan ini, dan dilanjutin, mungkin sekitar tujuh puluh lima persen sekarang.” Jawabnya.
Obrolan-obrolan ringan menemani makan siang kami, aku senang bisa mendapat teman di sini, dan aku kira di perusahaan ini orang-orangnya kaku dan sulit bergaul.
Tak lama mataku tertutup oleh sebuah tangan, aku kaget dan sontak melawan dengan menarik tangan tersebut menjauh dari mataku.
“Aaa, sakit, Rud.” Teriakan seorang wanita.
“Eh, maaf Mbak.” Ucapku melihat Mita kesakitan.
“Hayoh, Rudi, tanggung jawab kamu.” Ucap Ayu.
“Udah gpp, Rud.” Sambil mengusap-usap tangannya yang kesakitan.
Mita lalu duduk di sebelahku, tanpa membawa makanan.
“Kamu ngg bawa makanan, Mit?” Tanya Ayu.
“Enggak, aku lagi diet.” Jawabnya.
“Langsing gini diet, mau tinggal tengkorak aja ya, Mbak?” Ucapku bercanda.
“Dasar.” Ucapnya sambil mendaratkan pukulan ke lenganku.
“Sakit, Mbak.” Keluhku.
“Biar impas.” Ucapnya, “Aku tadi habis makan sama klien, ngobrolin kerja sama.” Jelasnya.
“Ouh jadi datengnya telat soalnya habis ngedate toh.” Ucap Joko membuat aku sedikit kaget.
“Orangnya ganteng ngg, Mbak?” Tanya Ayu.
“Ngedate apaan, aku risih sama dia, kamu aja yang handle, Yu, lumayan sih mungkin buat kamu.” Ucapnya.
Aku sontak sedikit merasakan perasaan yang tidak enak, “risih” adalah ucapan yang aku artikan seribu perilaku negatif yang diterima oleh Mita, tapi aku coba untuk tahan rasa itu.
“Emang kenapa sampai kamu risih?” Tanya Ayu.
“Coba aja kamu yang handle.” Ucapnya seperti menjaga perasaanku.
Aku mencoba tidak memberikan ekspresi yang mengundang curiga dari teman-teman kantor di sini.
Aku rasa, setahun aku kerja di sini aku sudah bisa mengikuti casting untuk bermain film ataupun sinetron.
“Eh gue duluan yah.” Ucapku.
“Mau kemana, buru-buru amat, lagi butuh duit ya?” Canda Wisnu.
“Saya kan orang baru di sini Mas, harus nunjukin rajinnya.” Ucapku.
“Mau baru mau lama kalau di sini ngg berharga yang namanya rajin.” Tegasnya.
Ucapannya tetap tidak mengurungkan niatku. Aku lalu pergi membayar makananku dan aku kembali ke kantor, tepatnya ke mejaku.
Aku duduk di mejaku, tanpa tau harus melakukan apa karena tugasku masih kosong seperti tadi. Namun, aku iseng mengecek e-mailku.
Aku masukan username dan password, lalu keluar beberapa pesan yang belum aku baca. Kebanyakan pesan sudah berumur sebulan lebih dan pesan terakhir tepat tanggal enam belas Agustus dari alamat e-mail yang tidak aku kenal.
Tak bisa aku tahan emosiku saat aku membacanya.
Bersambung ...
Mita lalu memalingkan wajahnya ke arah pintu, terlihat wajahnya dengan ekspresi kaget.
“Eh, kamu, daritadi di situ?” Tanya Mita.
“Enggak koq, tadi aku ke atas dulu nyimpen tas, tumben jam segini masih sepi ya, enak banget kalo...” Dia lalu berjalan mendekatiku.
Tangannya lalu meraih pintu lemari atas, aku rasa dia akan mengambil sebungkus kopi.
“Ini Mas, ada satu, seduh aja.” Ucapku.
“Saya pengen yang baru ah.” Penolakannya cukup membuat perasaanku tidak enak dengan Bayu.
Mita lalu pamit pergi duluan ke tempat kerjanya walau masih ada waktu lima menit lagi.
“Mas, di divisibareng saya yah?” Aku membuka obrolan.
“Iya, pas banget kamu di belakang meja saya.” Ucapnya sambil menuangkan air panas.
“Mas, dari tadi di depan pintu?” Tanyaku sekali lagi penasaran.
“Memang kenapa?”
“Mmm, ngg apa-apa sih Mas.” Jawabku.
“Tadi aku baru dateng pas kamu nyeduh kopi, tumben jam segini udah ada di dapur.” Ucapannya diakhiri dengan meminum kopi yang selesai diaduknya.
Perasaanku sedikit tenang, karena aku tahu Bayu punya perasaan terhadap Mita. Aku pun sebisa mungkin untuk tidak terlalu menunjukan hal yang memancing curiga teman-teman di sini, tapi aku khawatir Mita yang tidak bisa menahan dirinya.
“Kita balik lagi ke atas yu Mas.” Ajakku.
Dia hanya mengangguk dan kami berjalan tanpa ada obrolan.
Aku duduk di mejaku, sudah sebulan aku tidak seperti ini dan kali ini dengan kondisi berbeda. Aku pun tidak tahu apa yang harus aku kerjakan, dan akhirnya aku menanyakan ke Mita melalui SMS.
“Aku dapat tugas darimana?” Pesanku.
“Cari aja di Network, nanti cari tugas dan nama kamu.” Balasnya cepat.
Akupun mencari dan akhirnya menemukannya. Di dalam folder yang bertulisakan namaku, terdapat satu folder contoh, satu folder tugas, dan satu folder selesai.
Aku lihat di dalam folder contoh terdapat enam data yang merupakan contoh dari rekap, revisi dan re-format dengan masing-masing dua contoh.
Dan di folder tugas hanya ada empat, dan semua tugas itu hanya re-format saja. Aku pun mengerjakan sesuai contoh dan aku jadikan lay out saat aku mengerjakannya.
Aku rasa, re-format adalah tugas paling mudah, kita hanya mengubah data yang bisa dibilang masih berantakan atau data yang memang sengaja diubah menjadi format dari perusahaan ini.
Sampai waktu istirahat, aku sudah selesai dengan tugasku, aku tidak tahu apakah cepat atau masih lambat bagi orang baru sepertiku. Aku lalu simpan data yang telah aku selesaikan ke folder selesai, dan sekarang folder tugasku sudah kosong.
Saat teman di divisiku sudah istirahat semuanya, aku yang terakhir keluar untuk istirahat makan siang. Aku tidak tahu akan makan siang dimana, dan saat aku keluar ruko aku menemukan warung angkringan yang aku rasa cocok untuk mengisi perutku.
Aku lalu memesan makanan, dan seorang wanita cantik yang melayaniku, aku tunjuk dengan jemariku makanan yang aku kehendaki dan saat aku mencari tempat duduk, ada lambaian tangan seseorang seperti memanggilku.
Aku lalu mendatanginya dan duduk bersama beberapa orang lainnya.
“Sini, gabung sini, kamu tadi di dalam serius amat ngerjain tugasnya.” Ucap orang yang memanggilku tadi.
Aku hanya membalas senyuman dan anggukan serta aku menyimpan piring yang aku bawa di meja.
“Kerja di sini santai aja, Mas.” Sahut teman yang lainnya.
“Iya, Mas. Kenalin nama saya Rudi.” Aku memperkenalkan diriku.
Ada empat orang yang saat itu berkenalan denganku. Wisnu, nama orang yang memanggilku tadi dan kebetulan kami satu divisi.
Joko dan Alex, mereka berbeda divisi dengan aku tapi mereka merupakan teman Wisnu dari SMA.
“Ouh, jadi tiga serangkai dari SMA yah, Mas.” Bercandaku yang disambut tawa.
Dan satu orang, tepatnya wanita, namanya Ayu dan rupanya seperti namanya, kebetulan dia satu divisi dengan Mita.
“Jadi di sini ada divisi ibu-ibu PKK.” Candaku saat Ayu menceritakan tentang divisinya.
Dia menceritakan bahwa di divisinya, hanya berisi enam orang wanita yang bertugas untuk public relations, mereka bagian penerima tamu. Mulai dari tamu yang tugas sepertiku dulu, tamu yang akan menjalin kerja sama sampai tamu orang penting yang berkunjung ke Perusahaan ini.
“Hebat juga yah, walau pun cuma ruko, tapi ada orang penting juga di sini.” Ucapku heran.
“Sebenernya perusahaan ini lagi bangun gedung, Mas.” Ucap Alex.
“Masih lama jadinya?” Tanyaku.
“Kurang tau sih mas, soalnya gedung yang mangkrak dari dulu ngg dikerjain akhirnya diambil sama perusahaan ini, dan dilanjutin, mungkin sekitar tujuh puluh lima persen sekarang.” Jawabnya.
Obrolan-obrolan ringan menemani makan siang kami, aku senang bisa mendapat teman di sini, dan aku kira di perusahaan ini orang-orangnya kaku dan sulit bergaul.
Tak lama mataku tertutup oleh sebuah tangan, aku kaget dan sontak melawan dengan menarik tangan tersebut menjauh dari mataku.
“Aaa, sakit, Rud.” Teriakan seorang wanita.
“Eh, maaf Mbak.” Ucapku melihat Mita kesakitan.
“Hayoh, Rudi, tanggung jawab kamu.” Ucap Ayu.
“Udah gpp, Rud.” Sambil mengusap-usap tangannya yang kesakitan.
Mita lalu duduk di sebelahku, tanpa membawa makanan.
“Kamu ngg bawa makanan, Mit?” Tanya Ayu.
“Enggak, aku lagi diet.” Jawabnya.
“Langsing gini diet, mau tinggal tengkorak aja ya, Mbak?” Ucapku bercanda.
“Dasar.” Ucapnya sambil mendaratkan pukulan ke lenganku.
“Sakit, Mbak.” Keluhku.
“Biar impas.” Ucapnya, “Aku tadi habis makan sama klien, ngobrolin kerja sama.” Jelasnya.
“Ouh jadi datengnya telat soalnya habis ngedate toh.” Ucap Joko membuat aku sedikit kaget.
“Orangnya ganteng ngg, Mbak?” Tanya Ayu.
“Ngedate apaan, aku risih sama dia, kamu aja yang handle, Yu, lumayan sih mungkin buat kamu.” Ucapnya.
Aku sontak sedikit merasakan perasaan yang tidak enak, “risih” adalah ucapan yang aku artikan seribu perilaku negatif yang diterima oleh Mita, tapi aku coba untuk tahan rasa itu.
“Emang kenapa sampai kamu risih?” Tanya Ayu.
“Coba aja kamu yang handle.” Ucapnya seperti menjaga perasaanku.
Aku mencoba tidak memberikan ekspresi yang mengundang curiga dari teman-teman kantor di sini.
Aku rasa, setahun aku kerja di sini aku sudah bisa mengikuti casting untuk bermain film ataupun sinetron.
“Eh gue duluan yah.” Ucapku.
“Mau kemana, buru-buru amat, lagi butuh duit ya?” Canda Wisnu.
“Saya kan orang baru di sini Mas, harus nunjukin rajinnya.” Ucapku.
“Mau baru mau lama kalau di sini ngg berharga yang namanya rajin.” Tegasnya.
Ucapannya tetap tidak mengurungkan niatku. Aku lalu pergi membayar makananku dan aku kembali ke kantor, tepatnya ke mejaku.
Aku duduk di mejaku, tanpa tau harus melakukan apa karena tugasku masih kosong seperti tadi. Namun, aku iseng mengecek e-mailku.
Aku masukan username dan password, lalu keluar beberapa pesan yang belum aku baca. Kebanyakan pesan sudah berumur sebulan lebih dan pesan terakhir tepat tanggal enam belas Agustus dari alamat e-mail yang tidak aku kenal.
Tak bisa aku tahan emosiku saat aku membacanya.
Bersambung ...
Diubah oleh fadw.crtv 03-03-2017 10:48
pulaukapok memberi reputasi
1
Kutip
Balas