- Beranda
- Stories from the Heart
[TAMAT] Saat Senja Tiba
...
TS
gridseeker
[TAMAT] Saat Senja Tiba
Polling
Poll ini sudah ditutup. - 333 suara
Siapa tokoh yang menurut agan paling layak dibenci / nyebelin ?
Wulan
20%
Shela
9%
Vino (TS)
71%
Diubah oleh gridseeker 04-07-2017 19:00
afrizal7209787 dan 31 lainnya memberi reputasi
32
1.4M
5.4K
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•51.9KAnggota
Tampilkan semua post
TS
gridseeker
#3397
Part 81
"Baiklah, aku bakal menuruti permintaanmu. Tapi aku juga minta kamu melakukan satu hal demi aku. " kata Wulan sambil menatap tajam ane.
"Apa itu ? " tanya ane.
"Setelah acaranya Putri, aku minta kamu putus sama Shela. " jawab Wulan.
"Jangan konyol ah, kan udah kubilang aku nggak mungkin putus sama dia. " jawab ane.
"Udah aku duga, jawaban kamu pasti masih sama. " kata Wulan tersenyum penuh arti.
"Kamu sayang sama nyonya kamu ? " tanya Wulan sambil terus menatap ane.
"Kamu kan udah tahu jawabannya, ngapain masih nanya ? " jawab ane sambil membuang padangan ke samping.
"Terus sama aku gimana ? " tanya Wulan lagi.
"Please Lan, kamu jangan bikin aku serba salah. "
"Kenapa ? Aku kan cuma nanya kamu sayang sama aku apa nggak ? "
Mendengar pertanyaan Wulan, ane cuma diem, emang ane sayang sama Shela, tapi disisi lain Wulan adalah first love ane dan ane pernah suka setengah mati sama dia. Tentu saja perasaan itu nggak akan hilang gitu aja.
"Oke kalo kamu nggak mau jawab, tapi aku kasih tahu kamu satu hal. " kata Wulan.
"Pegang dadaku. " pinta Wulan.
"Apa ? " ane kaget mendengar permintaan Wulan.
"Kamu nggak denger. Pegang dadaku. " kata Wulan sembari memegang tangan kanan ane.
"Apaan sih ?! Emoh ah !! " jawab ane sambil mengibaskan tangan ane.
"Iiih nggak papa, disini kan nggak ada orang. " kata Wulan memegang tangan kanan ane lagi. Ane pun kali ini nggak membantah.
"Di sini Vin... " kata Wulan sambil menempelkan tangan ane di dadanya.
"... ada hati yang sepenuhnya milikmu. " kata Wulan.
Ane berkeringat dingin dengan hati yang dagdigdug sambil menatap tangan ane yang menempel di dadanya Wulan. Jelas ane begitu soalnya tangan ane menempel rada ke kanan sehingga nggak sengaja sedikit menyentuh…
Ups, tapi “itunya” Wulan emang montok bener, kalo dikira-kira ukurannya sekitar 34B, lebih gede dari punya Shela, yang mungkin hanya 33. Ya wajarlah kalo Shela ukurannya lebih kecil, kan dia baru kemaren lulus SMU jadi ya belum tumbuh secara…
“Vin ?! Kamu diajak ngomong ngeliat kemana sih ?! “ kata Wulan dengan nada sewot sambil mengibaskan tangan ane.
“Haa eh iya kamu ngomong apa barusan ? “ jawab ane gelagapan.
“Tuh kan diajak bicara serius malah gak dengerin ?! “ Wulan makin sewot.
“Eh aku denger kok, kamu bilang hati sepenuhnya milikmu kan ? “ jawab ane.
“Lagian kamunya juga sih, ngomong pake nempelin tangan di dada segala… “ jawab ane.
“…kan aku jadi nggak fokus, apalagi kamu nempelnya agak ke kanan lagi. “ lanjut ane pelan tapi dengan nada ngedumel.
“Gak fokus gak fokus, semalem ada kesempatan sok-sokan nolak, sekarang pake alasan gak fokus. “ kata Wulan ketus.
Tiba-tiba ada suara HP berbunyi nyaring dan itu bukan suara ringtone HP ane. Rupanya HP Wulan yang bunyi.
“Halo Put ? “ jawab Wulan. Oh ternyata Putri yang menelpon.
“…………………………..”
“Aku di toilet, kamu di mana ? “ tanya Wulan.
“…………………………..”
“Oke oke. Tunggu ya udah aku segera kesitu. “ kata Wulan lalu menutup panggilan.
“Kamu janjian apa sama Putri ? “ tanya ane.
“Dia minta tolong nyarikan jagung buat besok, sekalian bumbu-bumbunya, jadi dia aku ajak ke pasar deket rumah. “ jawab Wulan.
“Iya ding, wajar aja Putri minta tolong kamu belanja. Kamu kan emang punya bakat jadi ibu rumah tangga. “ kata ane sambil nyengir.
“Iya !! Cuma sayangnya sang ayah lagi kecantol sama cewek lain. “ jawab Wulan ketus.
“Haha… bisa aja kamu. “ jawab ane ketawa sambil garuk-garuk kepala.
“Udah ya aku pergi dulu. Yang jelas, aku cuma mau bilang satu hal… “
“…di sini ada cewek yang sepenuhnya sayang sama kamu, tetapi selalu kamu sia-siakan. “ jawab Wulan sambil menatap ane lalu berjalan meninggalkan ane menuju halaman kampus.
Ane menatap Wulan yang berlari-lari kecil menuju ke arah Putri dan Citra yang telah menunggunya di sebuah mobil KIA Piccanto hijau yang terparkir di halaman kampus. Apa iya ane harus putus dari Shela, tapi ane udah terlanjur sayang banget sama dia. Tapi disisi lain ane bener-bener nggak tega ngomong tegas sama Wulan. Ane lalu duduk di bangku lobby, masih jam setengah dua kurang, perut ane udah keroncongan. Enaknya makan siang dimana ya ? Di kantin jam segini pasti udah habis-habisan, sotonya palingan tinggal kuah doang. Apa ke…
“Kamu nggak pulang mas ? “ tiba-tiba ada suara cewek menyapa ane, sebuah suara yang sangat teduh dan menyejukkan.
“Oh kamu Ra ? “ ternyata Rara yang menyapa ane. Dia udah pake tas sama jaket merahnya yang berarti dia udah mau pulang.
“Kamu kenapa mas, kok kayak orang bingung ? “ tanya Rara sambil duduk di sebelah ane.
“Kamu duduk di sebelahku nggak takut sama Wulan, Ra ? “ tanya ane.
“Nggak mas, soalnya tadi aku lihat Mbak Wulan udah pulang naik mobil. “ jawab Rara.
“Kamu sebenarnya kenapa sih mas ? “ tanya Rara lagi.
“Nggak papa, aku cuma…. “ tiba-tiba krucuk krucuk krucuk… perut ane yang sejak tadi udah minta diisi mulai mengalunkan musik keroncong.
“Lho, kamu belum makan ? “ tanya Rara sambil ketawa geli. Duh Rara, kamu manis juga kalo senyum. Ane cuma nyengir malu, kampret bener nih perut, bikin malu aja, gerutu ane dalam hati.
“Kalo kamu mau aku masih ada nasi bekal mas. Belum aku makan soalnya kebetulan tadi di ruangan ada yang ulang tahun terus traktir nasi dus. “ kata Rara sambil membuka tas ranselnya.
“Haa… mau dong !! “ jawab ane dengan antusias, soalnya masakan Rara itu termasuk enak, walaupun masih kalah sama buatannya Wulan.
Rara lalu menyodorkan lunchbox-nya yang berbentuk kotak mungil. Dengan nggak sabar ane lalu membukannya. Wih wihh ternyata isinya komplit juga, selain nasi, ada tumis kangkung, bakmi dan daging goreng dan semua lauknya dibungkus plastik kecil sehingga nggak kecampur sama nasi.
Melihat itu, perut ane yang sejak tadi bermusik keroncong langsung berubah jadi musik jazz. Ane pun dengan lahap langsung memakan bekal Rara tersebut. Hmmm, enak juga persis kayak yang ada di warteg. Rara kayaknya makin pinter masak.
“Kamu masak semua ini Ra ? “ tanya ane.
“Iya mas. Ada yang kurang mas ? “ tanya Rara tersipu malu.
“Ada, kurang banyak. “ jawab ane sambil nyengir. Soalnya kotak bekal Rara sekarang udah licin tandas.
“Bisa aja kamu, mas. “ jawab Rara tersenyum.
“Si Edo masih suka gangguin kamu nggak ? “ tanya ane.
“Udah nggak kok. Mungkin dia takut beneran sama kamu. “ jawab Rara ketawa.
“Ya iya lah. Vino dilawan. “ jawab ane sambil membusungkan dada dan Rara lagi-lagi cuma ketawa melihat ane.
“Makasih ya. “ kata ane sembari mengembalikan lunchbox milik Rara. Rara cuma mengangguk pelan.
“Sayang ya Ra, kita sekarang… “
“Udahlah mas. Nggak usah dibahas lagi. “ jawab Rara cepat. Dari nadanya keliatan kalo dia kurang senang.
“Eh… s…sorry Ra, bukan maksudku.. iya aku janji nggak bakal ngungkit-ngungkit lagi. “ jawab ane tergagap melihat Rara rada marah.
“Sorry… kamu jangan marah ya ? “ kata ane ke Rara yang tengah menatap halaman kampus.
“Aku nggak papa kok mas. “ jawab Rara tersenyum, cuma rada kecut.
“Kamu pulang naik apa ? “ tanya ane.
“Aku jalan kaki aja mas. Kan rumahku deket, masa kamu lupa ? “ jawab Rara.
“Mau aku antar ? “ ane menawarkan diri.
“Nggak usah mas. “ jawab Rara sambil menggelengkan kepala.
“Aku nggak enak sama Mbak Shela, lagipula nggak etis juga kalau kamu pulang nganter cewek lain mas. “ timpal Rara.
“Iya deh. “ jawab ane. Duh, ane malah merasa tersindir soalnya ane kan sering ngantar Wulan kemana-mana.
“Dah, pulang yuk. “ ajak ane. Rara pun mengangguk sambil memasukkan lunchbox-nya ke ransel lalu menutupnya. Kami berdua lalu berjalan keluar lobby.
“Sekali lagi makasih ya Ra atas makan siangnya hehe. “ kata ane setelah kami sampai depan parkiran motor.
“Iya sama-sama mas. Aku pulang dulu ya, sampai jumpa besok. “ jawab Rara tersenyum sambil melambaikan tangan, lalu berjalan keluar gerbang kampus.
Duh Rara… masih juga seperti dulu, selalu aja perhatian dan peduli sama orang lain.
"Apa itu ? " tanya ane.
"Setelah acaranya Putri, aku minta kamu putus sama Shela. " jawab Wulan.
"Jangan konyol ah, kan udah kubilang aku nggak mungkin putus sama dia. " jawab ane.
"Udah aku duga, jawaban kamu pasti masih sama. " kata Wulan tersenyum penuh arti.
"Kamu sayang sama nyonya kamu ? " tanya Wulan sambil terus menatap ane.
"Kamu kan udah tahu jawabannya, ngapain masih nanya ? " jawab ane sambil membuang padangan ke samping.
"Terus sama aku gimana ? " tanya Wulan lagi.
"Please Lan, kamu jangan bikin aku serba salah. "
"Kenapa ? Aku kan cuma nanya kamu sayang sama aku apa nggak ? "
Mendengar pertanyaan Wulan, ane cuma diem, emang ane sayang sama Shela, tapi disisi lain Wulan adalah first love ane dan ane pernah suka setengah mati sama dia. Tentu saja perasaan itu nggak akan hilang gitu aja.
"Oke kalo kamu nggak mau jawab, tapi aku kasih tahu kamu satu hal. " kata Wulan.
"Pegang dadaku. " pinta Wulan.
"Apa ? " ane kaget mendengar permintaan Wulan.
"Kamu nggak denger. Pegang dadaku. " kata Wulan sembari memegang tangan kanan ane.
"Apaan sih ?! Emoh ah !! " jawab ane sambil mengibaskan tangan ane.
"Iiih nggak papa, disini kan nggak ada orang. " kata Wulan memegang tangan kanan ane lagi. Ane pun kali ini nggak membantah.
"Di sini Vin... " kata Wulan sambil menempelkan tangan ane di dadanya.
"... ada hati yang sepenuhnya milikmu. " kata Wulan.
Ane berkeringat dingin dengan hati yang dagdigdug sambil menatap tangan ane yang menempel di dadanya Wulan. Jelas ane begitu soalnya tangan ane menempel rada ke kanan sehingga nggak sengaja sedikit menyentuh…
Ups, tapi “itunya” Wulan emang montok bener, kalo dikira-kira ukurannya sekitar 34B, lebih gede dari punya Shela, yang mungkin hanya 33. Ya wajarlah kalo Shela ukurannya lebih kecil, kan dia baru kemaren lulus SMU jadi ya belum tumbuh secara…
“Vin ?! Kamu diajak ngomong ngeliat kemana sih ?! “ kata Wulan dengan nada sewot sambil mengibaskan tangan ane.
“Haa eh iya kamu ngomong apa barusan ? “ jawab ane gelagapan.
“Tuh kan diajak bicara serius malah gak dengerin ?! “ Wulan makin sewot.
“Eh aku denger kok, kamu bilang hati sepenuhnya milikmu kan ? “ jawab ane.
“Lagian kamunya juga sih, ngomong pake nempelin tangan di dada segala… “ jawab ane.
“…kan aku jadi nggak fokus, apalagi kamu nempelnya agak ke kanan lagi. “ lanjut ane pelan tapi dengan nada ngedumel.
“Gak fokus gak fokus, semalem ada kesempatan sok-sokan nolak, sekarang pake alasan gak fokus. “ kata Wulan ketus.
Tiba-tiba ada suara HP berbunyi nyaring dan itu bukan suara ringtone HP ane. Rupanya HP Wulan yang bunyi.
“Halo Put ? “ jawab Wulan. Oh ternyata Putri yang menelpon.
“…………………………..”
“Aku di toilet, kamu di mana ? “ tanya Wulan.
“…………………………..”
“Oke oke. Tunggu ya udah aku segera kesitu. “ kata Wulan lalu menutup panggilan.“Kamu janjian apa sama Putri ? “ tanya ane.
“Dia minta tolong nyarikan jagung buat besok, sekalian bumbu-bumbunya, jadi dia aku ajak ke pasar deket rumah. “ jawab Wulan.
“Iya ding, wajar aja Putri minta tolong kamu belanja. Kamu kan emang punya bakat jadi ibu rumah tangga. “ kata ane sambil nyengir.
“Iya !! Cuma sayangnya sang ayah lagi kecantol sama cewek lain. “ jawab Wulan ketus.
“Haha… bisa aja kamu. “ jawab ane ketawa sambil garuk-garuk kepala.
“Udah ya aku pergi dulu. Yang jelas, aku cuma mau bilang satu hal… “
“…di sini ada cewek yang sepenuhnya sayang sama kamu, tetapi selalu kamu sia-siakan. “ jawab Wulan sambil menatap ane lalu berjalan meninggalkan ane menuju halaman kampus.
Ane menatap Wulan yang berlari-lari kecil menuju ke arah Putri dan Citra yang telah menunggunya di sebuah mobil KIA Piccanto hijau yang terparkir di halaman kampus. Apa iya ane harus putus dari Shela, tapi ane udah terlanjur sayang banget sama dia. Tapi disisi lain ane bener-bener nggak tega ngomong tegas sama Wulan. Ane lalu duduk di bangku lobby, masih jam setengah dua kurang, perut ane udah keroncongan. Enaknya makan siang dimana ya ? Di kantin jam segini pasti udah habis-habisan, sotonya palingan tinggal kuah doang. Apa ke…
“Kamu nggak pulang mas ? “ tiba-tiba ada suara cewek menyapa ane, sebuah suara yang sangat teduh dan menyejukkan.
“Oh kamu Ra ? “ ternyata Rara yang menyapa ane. Dia udah pake tas sama jaket merahnya yang berarti dia udah mau pulang.
“Kamu kenapa mas, kok kayak orang bingung ? “ tanya Rara sambil duduk di sebelah ane.
“Kamu duduk di sebelahku nggak takut sama Wulan, Ra ? “ tanya ane.
“Nggak mas, soalnya tadi aku lihat Mbak Wulan udah pulang naik mobil. “ jawab Rara.
“Kamu sebenarnya kenapa sih mas ? “ tanya Rara lagi.
“Nggak papa, aku cuma…. “ tiba-tiba krucuk krucuk krucuk… perut ane yang sejak tadi udah minta diisi mulai mengalunkan musik keroncong.
“Lho, kamu belum makan ? “ tanya Rara sambil ketawa geli. Duh Rara, kamu manis juga kalo senyum. Ane cuma nyengir malu, kampret bener nih perut, bikin malu aja, gerutu ane dalam hati.
“Kalo kamu mau aku masih ada nasi bekal mas. Belum aku makan soalnya kebetulan tadi di ruangan ada yang ulang tahun terus traktir nasi dus. “ kata Rara sambil membuka tas ranselnya.
“Haa… mau dong !! “ jawab ane dengan antusias, soalnya masakan Rara itu termasuk enak, walaupun masih kalah sama buatannya Wulan.
Rara lalu menyodorkan lunchbox-nya yang berbentuk kotak mungil. Dengan nggak sabar ane lalu membukannya. Wih wihh ternyata isinya komplit juga, selain nasi, ada tumis kangkung, bakmi dan daging goreng dan semua lauknya dibungkus plastik kecil sehingga nggak kecampur sama nasi.
Melihat itu, perut ane yang sejak tadi bermusik keroncong langsung berubah jadi musik jazz. Ane pun dengan lahap langsung memakan bekal Rara tersebut. Hmmm, enak juga persis kayak yang ada di warteg. Rara kayaknya makin pinter masak.
“Kamu masak semua ini Ra ? “ tanya ane.
“Iya mas. Ada yang kurang mas ? “ tanya Rara tersipu malu.
“Ada, kurang banyak. “ jawab ane sambil nyengir. Soalnya kotak bekal Rara sekarang udah licin tandas.
“Bisa aja kamu, mas. “ jawab Rara tersenyum.
“Si Edo masih suka gangguin kamu nggak ? “ tanya ane.
“Udah nggak kok. Mungkin dia takut beneran sama kamu. “ jawab Rara ketawa.
“Ya iya lah. Vino dilawan. “ jawab ane sambil membusungkan dada dan Rara lagi-lagi cuma ketawa melihat ane.
“Makasih ya. “ kata ane sembari mengembalikan lunchbox milik Rara. Rara cuma mengangguk pelan.
“Sayang ya Ra, kita sekarang… “
“Udahlah mas. Nggak usah dibahas lagi. “ jawab Rara cepat. Dari nadanya keliatan kalo dia kurang senang.
“Eh… s…sorry Ra, bukan maksudku.. iya aku janji nggak bakal ngungkit-ngungkit lagi. “ jawab ane tergagap melihat Rara rada marah.
“Sorry… kamu jangan marah ya ? “ kata ane ke Rara yang tengah menatap halaman kampus.
“Aku nggak papa kok mas. “ jawab Rara tersenyum, cuma rada kecut.
“Kamu pulang naik apa ? “ tanya ane.
“Aku jalan kaki aja mas. Kan rumahku deket, masa kamu lupa ? “ jawab Rara.
“Mau aku antar ? “ ane menawarkan diri.
“Nggak usah mas. “ jawab Rara sambil menggelengkan kepala.
“Aku nggak enak sama Mbak Shela, lagipula nggak etis juga kalau kamu pulang nganter cewek lain mas. “ timpal Rara.
“Iya deh. “ jawab ane. Duh, ane malah merasa tersindir soalnya ane kan sering ngantar Wulan kemana-mana.
“Dah, pulang yuk. “ ajak ane. Rara pun mengangguk sambil memasukkan lunchbox-nya ke ransel lalu menutupnya. Kami berdua lalu berjalan keluar lobby.
“Sekali lagi makasih ya Ra atas makan siangnya hehe. “ kata ane setelah kami sampai depan parkiran motor.
“Iya sama-sama mas. Aku pulang dulu ya, sampai jumpa besok. “ jawab Rara tersenyum sambil melambaikan tangan, lalu berjalan keluar gerbang kampus.
Duh Rara… masih juga seperti dulu, selalu aja perhatian dan peduli sama orang lain.
jenggalasunyi dan 5 lainnya memberi reputasi
6
![[TAMAT] Saat Senja Tiba](https://s.kaskus.id/images/2017/05/28/9056684_20170528125804.jpg)
Setelah sekian lama jadi SR di forum SFTH ane memberanikan menyusun cerita ini. Sebenarnya cerita ini sudah lama ane pendam bertahun-tahun, meski begitu cerita ini sempat ane posting disini pake ID lain tapi dalam format plesetan komedi karena ane nggak PD kalau membikin versi real/sesungguhnya.
Pokoknya just enjoy the story hehe biar sama-sama enak
Dan karena ane masih nubi disini mohon maaf jika terjadi banyak kesalahan ya gan