Quote:
Sekitar hampir jam setengah 1 ketika itu saat aku memutuskan untuk pulang, mengenai drama penembakan tadi apakah diterima, ya hasilnya adalah diterima, setelah keluar dari pintu gerbang dan berjalan sedikit ke arah utara aku melihat ramai orang disana memenuhi jalan raya, apakah terjadi sebuah kecelakaan? aku kemudian segera memastikanya, berikutnya lututku langsung lemas ketika setelah mengetahui tak jauh dari lokasi terparkir sepeda yang biasa digunakan Agri, sepeda yang sama yang pernah digunakanya dulu waktu memboncengku waktu pertama kali, hanya kini keadaanya telah rusak parah di tepi jalan, astaugfirullah aku kemudian beristigfar, jika memang itu adalah dia semoga aja gak kenapa2 dan semoga senantiasa mendapat lindungan dari Allah
Segera aku membelah kerumunan orang itu dan langsung mendapati bahwa Agri tengah pingsan, sedang pada kepala belakangnya bocor dan banyak keluarin darah, Tuhan apa secepat ini engkau hendak mengambil nya, dia adalah orang yang baik, dan merupakan satu2nya kebahagiaan bagiku saat ini, tak begitu lama datang mobil ambulan yang segera membawanya mendapatkan pertolongan perawatan di rumah sakit, waktu itu kuputuskan untuk ikut dan menemaninya, tentang sepeda nya dan sepedaku kusuruh seorang murid teman kami untuk membawanya kembali ke parkiran sekolah
Setelah tiba di rumah sakit dia segera mendapatkan pertolongan pertama, ada beberapa jahitan yang waktu itu dia terima untuk menutup luka robek dibagian belakang kepalanya, setelah diperban dan disuntik antibiotic, dia pun segera dipindahkan ke ruang perawatan intensif, sambil mencari cara untuk menghubungi orang rumah, aku tak pernah lepas menggenggam tangannya, aku ingin dia tetap terjaga walau dalam kondisinya yang saat itu koma, karena kusadari seandainya dia saat itu menyerah, mungkin aku tak akan bisa melihatnya bangun lagi untuk selama2nya, tak berapa lama datang anggota keluarganya yaitu adalah Nyokapnya, mengetahui keberadaanku disana sempat beliau menanyakan kronologis kejadiannya, karena aku memang tak mengetahuinya pastinya jadi memang tak banyak membantu, beliau juga sempat menanyakan perihal hubunganku dengan Agri, dan kujawab selain sebagai teman sekelasnya kebetulan aku juga adalah pacarnya, beliau tampak berusaha tegar kala itu dengan mencoba menghiburku, Kamu yang sabar ya Nduk! jika terjadi suatu apa2 dengan Agri, ini semua semata2 bukan kesalahan kamu, apapun hasilnya nanti kami insyaallah akan ikhlas, jadi kamu jangan merasa menyesal setelah beberapa lama dekat dengan anak kami, mungkin kamu adalah satu2nya pangalaman berharga yang sempet dia punya di kehidupanya saat ini, kata beliau, tapi saya tidak menginginkan ini Buk biarlah Agri bisa seterusnya sehat seperti sedia kala dan kembali bisa bersatu dengan kita semua, kataku waktu itu, kamipun sama menginginkan yang demikian tapi kita harus realistis, melihat keadaanya sekarang kemungkinan terburukpun kita juga harus sanggup menerimanya, kata beliau, tidak Buk saya belum siap menerima kemungkinan terburuk, saya yakin kedepanya Agri gak akan kenapa2, saya sanggup pastikan, untuk itu ijinkan saya untuk beberapa hari ini yang selalu merawatnya selama dia dirawat disini, kataku selanjutnya, Apakah kamu tak mengapa jika seperti itu, tanya beliau, tentu Buk akan lebih baik begitu mengingat keadaanya yang sekarang akan lebih baik jika saya terus selalu berada di dekatnya, sebab dirumah pun sepertinya saya juga tak banyak berguna, jawabku, baiklah jika itu menjadi keputusanmu Ibuk tak bisa melarang, tapi setidaknya kamu harus ijin dulu ke orang tuamu takut mereka jadi khawatir, Ibuk terharu atas perhatianmu terhadap anak Ibuk, Ibuk gak sangka bahwa masih ada orang sepertimu di dunia ini, betapa beruntungnya anak Ibuk telah memilikimu disampingnya
Berlanjut setelah aku kembali lagi ke rumah sakit, setelah sebelumnya aku pamit ke Nyokap Agri untuk pulang sebentar berganti pakaian sekaligus meminta ijin ke orang tuaku untuk dibiarkan menginap selama beberapa hari disini, setelah kembali aku terus langsung ditanya oleh Nyokap Agri tentang siapa Astri dan Nisa karena kebetulan di waktu sebelumnya saat aku pulang, Agri sempat mengigau dan menyebut kedua nama tersebut
Aku menjelaskan bahwa Astri juga sama sepertiku, salah satu pacarnya Agri juga, sedang Nisa aku sendiri kurang tahu, karena sepengetahuanku pacar Agri ya cuma Aku dan Astri saja, atau mungkin dia telah mempunyai pacar lagi tanpa sepegetahuan kami berdua, ya mungkin saja tapi aku tak mau banyak bersu’udzon, terlepas andaikan itu tadi benar, siapapun dia aku tak akan menyalahkanya karena kuakui pesona Agri memang sangat luar biasa, bisa memikat siapa saja yang ketika itu berada di dekatnya, Oh jadi begitu, rupanya dia playboy juga ya, tapi kamu yakin masih sanggup seperti itu, kamu pasti telah sering dibikin sakit hati dan dikecewakanya, atas nama Agri anak ibuk, Ibuk meminta maaf yang sebesar2nya, kata beliau, tak pa2 kok buk sebenernya kamilah yang sebelumnya telah mengejar2nya, jadi bukan karena maksud dan kemauan dia pribadi sebenernya menerima kita berdua, kataku, syukurlah jika begitu, kata beliau
Suatu petang ketika menjelang maghrib Nyokap Agri kemudian berniat pamit karena memiliki sebuah urusan, dia menyerahkan beberapa lembar rupiah kala itu padaku, untuk jaga2 semisal aku membutuhkan sesuatu selama disini, tapi segera kutolak karena gak enak adanya aku disini malah jadi merepotkanya, biarlah nanti uang itu bisa dipakai untuk biaya berobat Agri pikirku, tapi beliau tetap berkeras memberikanya padaku, Jadi begini Nak Aning untuk sebelumnya maafkan Ibuk yang sekira lancang, Ibuk sudah sangat percaya kepada Nak Aning jadi jangan pernah menyia2kan kepercayaan Ibuk, atas apapun yang kamu rela telah lakukan dihari ini, Ibuk akan sangat berhutang budi padamu di banyak kesempatan, jadi biarkanlah Ibuk mencicil untuk membayarnya, hari ini mungkin hanya sekedar uang yang mungkin gak seberapa ini, tapi di waktu berikutnya mungkin sesuatu yang sangat berharga tak akan segan kuberikan pada Nak Aning, Agri anak ibuk, kami ingin kamu yang menjaganya suatu hari nanti, uang ini hanya untuk memastikan bahwa calon menantu Ibuk tak kurang suatu apapun dan menderita kelaparan selama disini, kata beliau, sumpah antara shok, kaget, terkejut, seneng, bangga jadi satu rasanya setelah mendengar penrnyataan itu keluar sendiri dari bibir Nyokapnya Agri, sungguh tak bisa dipercaya
Seharian setelahnya aku terus selalu terjaga, mungkin suasana baru dan cukup asing bagiku membuatku sulit menjemput rasa kantuk ku, terlebih perhatian dan kekhawatiranku kini masih tertuju ke Agri yang kala itu belum juga siuman, jam 6 pagi keesokan harinya dimana telah ada seorang suster yang datang membawa baskom berisi air, suster itu berniat untuk memandikan/ menyeka Agri, aduh gimana ini mana keluarganya belum pada dateng lagi karena sore kemaren sebelumnya Agri emang dimandikan oleh Nyokapnya, langsung aja kuminta suster itu berhenti, Sus, maaf biar sama saya aja? kataku, Eh, gak boleh dek! adek kan masih kecil, jawab suster itu melarangku, sungguh sus biar sama saya aja, saya sungguh gak akan rela jika dia dimandiin oleh suster, walau saya mungkin bukan keluarganya, tapi begini2 saya pacarnya sus dan insyaallah juga calon istrinya kelak, kataku, eh tapi sesuai prosedur tidak boleh ada anak kecil memandikan pasien, terlebih kebetulan pasien sekarang adalah laki2 sedang adek sendiri kan perempuan, sanggah suster tersebut, udah gak pa2 kok sus cepat atau lambat saya juga akan melihatnya jadi jangan khawatir, lagipula saya ingin sedikit lebih berguna untuknya selama disini, boleh kan sus, tanyaku, eh, yaudah kalo gitu untuk sekali ini saja tapi ya, dan jangan lupa itu nanti tirainya ditutup semuanya, atau mungkin perlu dibantu dek? tanya suster itu masih coba menawarkan, terima kasih sus, insyaallah saya bisa sendiri
Selanjutnya aku mulai menyeka bagian2 tubuhnya termasuk bagian paling sensitif yang seharusnya menjadi sebuah rahasia kecil untuknya, padahal sungguh sempat di waktu sebelumnya aku pernah benar2 menginginkanya, hanya yang berbeda sekarang aku sudah gak ada lagi nafsu, satu saja sekarang yang menjadi alasanku karena sebuah bentuk kepedulian dan perhatianku waktu itu merawatnya, kurang lebih setengah jam setelah aku selesai memandikannya dan selanjutnya mengganti juga pakaianya dengan yang baru, setelah tiba2 pintu ruangan diketok dan beberapa waktu berikutnya Nyokapnya kemudian masuk menenteng dua bungkusan plastik, dan setelahnya menawariku sarapan di pagi itu
Gimana Nak Aning apa sudah ada tanda2 dia siuman, ohya sama ini silahkan dimakan! sekalian tadi Ibuk sengaja beliin sarapan buat kamu, tutur beliau, iya sepertinya belum ada tanda2 Buk, eh terima kasih, tapi maaf, melihat dia masih seperti ini, sepertinya saya juga kurang enak makan Buk, biar sekalian saja saya puasa biar dia cepet siuman dan segera sadar, jawabku, Eh gak boleh seperti itu sebelum kamu khawatirin orang lain, kamu juga harus khawatirin diri sendiri dulu, Ibuk tahu dari semalem perut kamu pasti belum terisi makanan kan, dan duit yang kemaren Ibuk kasih juga belum sedikitpun kamu belanjakan kan, jawab beliau kemudian, Eh iya, tapi Buk, yaudah nanti aja saya makannya, sekarang saya pamit mandi dulu jawabku, Lhoh emang kamu gak pulang? kamu pasti sudah lelah dan capek dari semalem nunggu, lagi pula ntar orang tuamu khawatir lo, tanya beliau, sementara saya akan disini dulu Buk,sebelum mendapat kepastian bahwa Agri telah sepenuhnya siuman, kebetulan saya memang udah nadzar sebelumnya, dan tentang keluarga saya jangan khawatir semua sudah saya kondisikan, kemungkinan besok sore juga mereka akan datang kesini untuk menjenguk, kataku, Eh beneran! jadi malah repotin keluarga aja kalo gitu, wah demi apa ya bisa secepat ini ketemu calon besan, lanjut beliau, aku yang barusan denger itu malah jadi tambah ge er dan besar kepala, apa beliau sebegitunya sampek pengen punya mantu seperti aku
Haripun segera berlalu dan berganti ke esok harinya, dan dihari ini aku masih mengerjakan rutinitasku seperti sebelum2nya dimana setiap pagi dan sore aku selalu membantu memandikan Agri dan mengganti pakaianya dengan yang baru, hanya yang berbeda dengan saat hari pertama, kali ini aku sudah tak lagi canggung, hari ini pula beberapa anggota keluargaku akhirnya datang menjenguk beserta pula Astri waktu itu ditemani Nyokapnya, setelah banyak berbincang dan beramah tamah merekapun kemudian pulang menyisakan saat itu hanya Aku dan Astri, Astri memutuskan ikut pula menginap waktu itu bersamaku menunggu Agri walau sempat kularang sebelumnya
Di sepertiga malam aku terbangun setelah mendengar keributan kecil di dekat ranjang Agri, jadi waktu itu aku menemukan Agri tengah siuman dan kini sedang bersenda gurau bersama Astri, walau ada rasa lega setelah berhasil mengetahui bahwa Agri baik2 saja, namun ada pula perasaan kesal karena kenapa bukan aku orang pertama yang dia jumpai, kenapa justru Astri, masalah sekecil itu saja berhasil memicu perselisihanku dengan Astri yang kemudian lagi2 dapat selalu didamaikan oleh Agri, beberapa waktu setelahnya datang berangsur2 beberapa teman kelas kami beserta juga wali kelas kami Bu Yuni, dan juga seorang cew yang tampak kurang begitu familiar buatku mungkin berasal dari kelas yang berbeda, yang belakangan setelah kuketahui bernama Nisa, ya nama yang sama seperti yang pernah disampaikan Nyokap Agri ketika Agri mengigau, dari sedikit cerita yang disampaikan Bu Yuni ketika itu, dapat kutarik kesimpulan bahwa Agri bernasib naas setelah sebelumnya membela si Nisa ini yang kebetulan dihari yang sama sempet ribut dengan pacarnya, nah maksud hati Agri ini hendak menengahi mereka tapi pacarya Nisa justru gak terima hingga berakibat seperti yang sekarang ini menimpa Agri, yang masih bikin aku bingung dan penasaran ada hubungan apa mereka sebelumnya hingga Agri sampai nekat berbuat hal seperti itu untuknya, manalagi Astri nampaknya begitu akrab dengannya, apakah ada lagi sebuah rahasia yang mungkin belum kuketahui?
Berikutnya datang menyusul keluarga Agri yang lain, setelah sebelumnya aku hanya mengenal Nyokapnya saja, berurutan mereka adalah Bokapnya, Abangnya, dan juga kemudian Adeknya yang waktu itu masih berusia kurang dari 5 tahun, Nawang namanya, melihat dia ibarat seperti sedang melihat Agri dalam bentuk chibi nya, masih imut gitu lucu dan menggemaskan, segera saja dia lekas menjadi mainan baru untukku dan Astri ketika itu, aku mengajaknya ke pusat taman bermain di rumah sakit tersebut, melihat reaksinya menggembungkan pipinya yang tembem dan bibir yang sengaja dimanyun manyunin ketika itu lantas saja membuatku terhibur dari rasa penatnya kebosananku selama disini, melihat langkahnya yang juga begitu gemulai megal megol saat berjalan bak seorang model, jadi ingin membikinya sendiri suatu hari nanti bersama Agri
Sesuai janjiku setelah Agri sepenuhnya siuman aku akan pulang waktu itu, ohya sebelumnya ada sedikit drama yang terjadi dimana Astri mencurigaiku karena telah diam2 mengambil kesempatan untuk dapat mencium Agri, padahal sebenernya aku hanya membisikinya sesuatu kala itu, ya mungkin saja arah pandangan Astri yang membuatnya sedemikian hingga dia salah paham, karena dia melihatku dari sudut arah belakang, seharian di sisa waktu itu dan juga selama dalam perjalanan pulang, Astri terus ngambek padaku, Iiiih curang, curang, aku benci kamu Ning benciiiii, begitulah katanya
Hari pertama di cawu ke 3 dimana Agri tampaknya juga telah mulai masuk seperti biasa, hari itu kembali terjadi lagi sebuah peristiwa yang menghebohkan, betapa tidak, belum juga terjawab rasa penasaranku terhadap sosok Nisa, sekarang ditambah lagi muncul sosok Putri yang waktu itu mengaku baru saja menerima pernyataan cinta dari Agri, berawal dari sekembali aku dan Astri beristirahat, kami mendengar suara gaduh2 dikelas tepatnya berasal dari arah bangku kami, saat itu telah berdiri seorang cew berasal dari kelas kami juga sedang berdiri di hadapan Agri mepertanyakan kejelasan hubungan dengannya, dari cerita yang kami dengar dari si cew tersebut, katanya di waktu istirahat tadi dia telah ditembak di kantin sekolah oleh Agri, dilihat dari Agri yang waktu itu seperti tak berusaha membantahnya hampir2 saja aku percaya, tapi mengapa? atas alasan apa? apa kurang dariku dan Astri sehingga dia masih juga memilih orang lain, terlebih wajah cew tersebut sama sekali tak bisa dibandingkan denganku dan Astri, aku akan maklum jika dia bisa mendapat yang lebih cantik dariku, misalkan saja seperti Nisa, ya Nisa memang dapat kuakui lebih cantik dariku bahkanpun sekalipun Astri, tapi untuk tinggi mungkin dia terlalu pendek, sedang Astri adalah sebenar2nya perempuan, dia sangat ideal menurutku, sedang aku sendiri cukuplah orang lain saja yang menilaiku, bukan kuasaku untuk melabeli diriku sendiri
Sempat beberapa waktu aku turut membela Agri waktu itu yang berujung amarah dari cew tersebut, dia benar2 gak bisa terima diperlakukan seperti itu oleh Agri, dibutuhkan waktu yang panjang untuk mendiskusikan masalah tersebut hingga diputuskan kami akan melanjutkanya lagi nanti setelah jam sekolah telah usai, di waktu yang dijanjikan kita telah berkumpul waktu itu berlima, Aku, Astri, Agri, Doni dan Putri, setelah kita mengkaji dan membahasnya secara mendalam didapatilah bahwa semua ini hanya karena kesalah pahaman saja, Agri waktu itu berkeras bahwa hari itu dia sekedar menjalankan misi yang sebelumnya dikasih Doni dalam rangka skenario penembakan Putri, hanya Putri justru menganggapnya bahwa Agri lah yang secara pribadi yang menginginkan hal tersebut, sedang ada beberapa salah persepsi dalam mengartikan kata2 yang kurang dapat bisa dipahami oleh Putri dari isi pembicaraan Agri waktu itu, Peristiwa itupun akhirnya berakhir happy ending dengan Putri yang waktu itu memutuskan untuk mencoba menerima Doni sebagai pacarnya, seseorang yang telah mengaguminya lebih dari siapapun
Tepat seminggu setelah peristiwa tersebut, Agri mengajaku dan juga Astri ke perayaan hari jadian Doni dan Putri, ya setelah peristiwa tersebut sepertinya mereka benar2 berjodoh, sampai ke hari H dimana hari ini aku seharusnya akan menemani Agri dan Astri dineer untuk pertama kali, karena hari biasanya untuk malam hari di hari sabtu dan minggu memang merupakan giliran Astri sedang giliranku adalah di minggu pagi, sebenarnya aku tak enak bila harus ikut karena aku tahu akan melanggar jadwalku, terlebih menurut ramalan zodiak kala itu, ini sama sekali bukan hari keberuntunganku, disana tertulis usahakan untuk tak keluar karena bisa saja bahaya akan mengancam, kurangi juga bepergian di malam hari karena rawan terkena penyakit terlebih cuaca yang sedang gak menentu, jikapun terpaksa melakukan perjalanan usahakan tak pergi ke pusat2 hiburan dan tempat perbelanjaan, dimana ada banyak terkonsentrasi orang disitu
Walau aku sedikit malas sebenernya waktu itu untuk keluar, tapi aku tetap saja tak bisa menolak ajakan dari Agri, terlebih dia hanya sendiri kala itu, sedang Astri katanya sedang berhalangan hadir dengan alasan yang sedikit berbau2 ghoib, aku jadi tak enak jika harus menolaknya waktu itu juga, terlebih jika alasanku tak lebih baik dari Astri, mau beralasan cuaca hujan karena bulan2 ini seharusnya adalah puncak musim hujan, tapi tampaknya hari itu langit sedang terang benderang sehingga bintang2 pun bangun dari peraduanya untuk memberi sinar redup diangkasa
Langsung setelah kami tiba di tempat yang kami tuju, sedikit berbasa basi dengan si pemilik acara, setelahnya kita lanjut menikmati hidangan yang disuguhkan, sekitar jam 8 waktu itu seharusnya kita tak lagi memiliki urusan di tempat tersebut, namun tiba2 saja perhatian Agri begitu saja tersedot setelah kehadiran Nisa disana kala itu, Doni dan Putri terlebih dulu pulang waktu itu menyisakan hanya tinggal kami berdua, entah gimana ceritanya berikutnya kami justru malah terlibat keributan, diawali oleh kehadiran seseorang di masa laluku yaitu Irfan yang mendatangi meja kami, dia mengajak adu kelahi Agri saat itu, sedang beberapa orang yang semeja dengan Nisa tak luput pula dia hajar waktu itu, melihat dia seperti itu aku jadi takut, aku sama sekali seperti tak mengenalnya, sosok yang kukenal alim bisa setega, senekat dan sebiadab ini, walau aku tahu itu adalah perwujudan balas dendam, ya orang yang duduk bersama Nisa kuketahui adalah orang yang telah bikin Agri dulu harus sempet dirawat intensif di rumah sakit ketika itu, tapi aku tak bisa membenarkanya demikian, sedang sebenarnya masih ada banyak cara menyelesaikanya tanpa harus dengan jalan kekerasan, tanpa harus tertumpah darah
Kengerian itu baru berhenti tatkala kedua musuhnya telah tumbang dan gak sadarkan diri, lekas2 kami menjauh dari tempat tersebut, tapi belum juga berhasil meninggalkan tempat itu, Agri kemudian dihajar oleh Irfan yang kala itu telah siuman, kali ini dengan sebilah balok kayu