Quote:
Hari ini aku seperti sudah tak memiliki sebuah kesempatan, terlebih beberapa argumenku telah begitu saja dapat dimentahkan lewat penjelasan2nya, hingga terpikir olehku sebuah cara yang mungkin juga kesempatan terakhir yang kupunya, sebuah jalan agar aku bisa tetap memiliki dia seutuhnya, kutawarkan kehormatanku untuk direnggut olehnya yang tentu saja langsung mendapat penolakan keras darinya, Ning! kita gak seharusnya seperti ini, ingat dosa!, ajaran agama kita melarang yang seperti ini, Maaf Ning jika telah membuatmu jadi seperti ini, aku sangat menyesal, ini semua adalah salahku sejak dari awalnya, jika waktu itu aku tahu akan bakal seperti ini akhirnya, lebih baik kita dulu gak usah deket, biarlah kita dulu gak usah saling mengenal, jika hanya memberikanmu sakit, katanya panjang lebar, tak ada penyesalan bagiku selama itu dapat aku lakukan bersamamu, sekarang tinggal nikmati apa yang sekarang berada di hadapanmu dan jangan lagi kasih alesan, jawabku, Maaf Ning aku gak bisa, kalaupun aku benar2 menginginkannya, aku ingin melakukanya bersama orang yang benar2 tepat, dengan orang yang merupakan jodohku kelak, yang sudah tentu juga telah halal untukku, aku belum siap lakukan sekarang, aku ingin lakukan nanti ketika telah dewasa, dimana telah sanggup bertanggung jawab atas apa yang telah aku perbuat, jawabnya, maaf jika mengecewakanmu karena aku gak bisa ikhlas jika esok lusa dan seterusnya kamu dimiliki oleh orang lain, hanya akulah satu2nya orang yang boleh memilikimu, jadi kapanpun akan terus kupaksa kamu untuk bisa menerimaku jadi pasanganmu dengan cara apapun
Selanjutnya terjadilah peristiwa itu, masih ingat sekali waktu itu aku mencoba menggodanya yang tentunya masih disertai penolakan2nya, entahlah apa yang telah mengubahku menjadi sosok yang sedemikian, aku yang dulunya anak yang alim dan polos bisa sampai melakukan itu, mungkin akibat dari pergaulanku dengan teman se geng ku dulu, serta juga doktrin2 dari Irfan yang dulu turut pula membentuk perilaku ku, memang dahulu ketika masih bersama Irfan aku selalu di doktrin, bahwa seorang wanita yang lembut sama sekali sudah tak memiliki harga bahkan dianggapnya tak berguna, jadi dia selalu menuntutku untuk menjadi sedikit nakal, genit dan penggoda, seperti itulah mungkin aku mulai menjadi terbiasa, beberapa menit telah berlalu dengan aku masih berusaha terus menggodanya untuk menyetubuhiku saat itu juga, namun dia masih bergeming dan tetap teguh pada imanya, jangankan tergoda berpaling padaku pun tidak! tapi bukan Aning namaku jika aku tak berhasil, lewat beberapa upaya yang cukup keras aku hampir saja dapat melakukanya, sampai akhirnya dia tiba2 pingsan dalam pelukanku, ya seperti itulah kejadian yang terjadi selanjutnya, walau sulit sekali aku mengakui kekalahan dan kegagalanku di hari itu, yang sebenarnya terjadi kami belum sempat melakukan apapun, dan itu membuatku sangat menyesal dikemudian hari
Berikutnya kurubah posisi tidurnya yang kini berada diatas pangkuanku, kembali kulihat teduh wajahnya terlelap dalam tidurnya yang damai, wajah itu yang begitu mempesonaku sehingga aku bisa rela berbuat apa saja dan memberikan apa saja untuknya, bagaimana bisa aku sanggup jika harus melepaskanya jadi milik orang lain, masih dalam posisi tersebut, suatu ketika dalam pingsan nya dia terus saja mengigau dan menyebut2 nama Astri, mungkin karena gemas dan gregetan segera saja kubungkam mulutnya supaya berhenti bersuara, kututup pula lubang hidungnya yang sebelumnya telah mimisan, hingga selanjutnya dia tergagap dan kemudian terbangun, selanjutnya tentu saja secara spontan dia langsung menanyakan apa yang telah kami perbuat di waktu sebelumnya, karena melihat keadaan kami berdua sama2 tak berbusana kala itu pasti lantas akan membuatnya bingung, akupun menerangkan padanya bahwa tak sempat terjadi apa2 antara kita tadi, bahkan sampai berulang kali aku harus menjelaskanya, namun tentu saja dia tak lantas percaya begitu saja, dia malah sampai memintaku untuk bersumpah guna memastikan bahwa perbuatan tadi tak benar2 kita lakukan
Kembali setelah masing2 dari kami telah berpakaian, kami terlibat lagi pada sebuah pembicaraan, atau lebih tepat nya saling lempar argument yang intinya sebuah pembelaan dan pembenaran dari diri kita masing2, aku sepertinya justru yang banyak diam kala itu karena aku sadari memang kesalahan memang ada banyak padaku, sedang dia yang memang sudah tentu dinaungi amarah, terus saja memberondongku dengan pertanyaan2 yang lebih banyak menyudutkanku, menyalahkanku atas segala hal yang terjadi, atas semua yang menyangkut kita
Setelah mungkin dia puas, kemudian dia banyak menasehatiku tentang bagaimana melanjutkan hidup dengan tetap menggunakan nalar bukan dengan sebuah hawa nafsu, senantiasa mengedepankan etika, dan terakhir dia juga memintaku untuk menjaga kehormatanku untuk orang yang benar2 penting bagiku kelak yang tentu saja bukan dirinya, dia juga memintaku agar menjadi lebih baik di pertemuan kita selanjutnya jika memang kita dipertemukan kembali, selanjutnya dia pulang setelah sebelumnya pamit dan mengucapkan selamat tinggal.
Hari ini sudah kuputuskan entah bagaimanapun caranya aku harus menemui Astri secara empat mata, ada sesuatu hal yang memang hendak kusampaikan padanya, hingga disuatu kesempatan setelah pulang di hari pertama ulangan cawu terakhir kelas 1, aku menahan Astri untuk tetap berada di kelasnya, segera kemudian kuceritakan perihal hubunganku dulu dengan Agri, kuutarakan niatanku bahwa aku memutuskan untuk memilih mundur dan menyerah, aku tak akan lagi mengganggu dan mengusik hidup mereka lagi, gak tau kenapa di satu sisi aku benar2 menginginkan kebahagiaan buat Agri, dan di sisi lainya aku juga memikirkan Astri walau biar bagaimanapun dia adalah seorang wanita yang juga sama sepertiku, aku akan turut bahagia jika seseorang dari golonganku juga bahagia, walaupun sumber kebahagiaan itu adalah mungkin orang yang sama yang saat ini juga kucintai, tapi tak mengapa biarlah buah dari pengorbanan ini adalah rasa sakit untukku saja, aku akan dengan ikhlas menerimanya.
Setelah mendengarkan semua ceritaku Astri seperti nampak terharu, bisa kulihat dari matanya yang kala itu sedikit berkaca2 dan disudut matanya tengah tergenang air mata, dia meminta maaf padaku waktu itu karena tak mengetahui sebelumnya tentang kisahku dulu bersama Agri, jika saja dia tahu mungkin dia gak akan pernah berniat menerima Agri dalam hidupnya, Akulah orang yang seharusnya lebih pantas kamu kutuk atas semua perbuatanku Ning karena seakan aku telah tega merebutnya darimu, kata Astri waktu itu, tapi aku sama sekali tak menyalahkanya atas apa yang terjadi, karena semua dikarenakan waktu yang telah usang dimana dahulu ketika aku masih dekat dengan Agri aku tak bersungguh2 dan dengan benar menggunakannya, hingga saat begitu setelah aku kembali tersadar aku sama sekali sudah tak memiliki waktu dan kesempatan, semuanya sudah terlambat bagiku, kembali aku masih berusaha tegar waktu itu walau didepan seorang wanita yang seharusnya lebih pantas untuk kubenci dan kumusuhi ini, sebuah pesan terakhir waktu itu kepada Astri untuk tetap menyayangi Agri semanakala sebelum dia bertemu denganku, cintai dia dengan tulus dan jangan biarkan dia berpaling hati darimu, kataku selanjutnya, pasti Ning akan kupastikan dia tak akan berpaling, tapi andaikan dia mau berpaling aku akan ikhlas jika orang itu adalah kamu Ning, jawab Astri kemudian, walau aku sedikit masih bingung tentang makna jawabanya barusan berikutnya kusalami Astri dan kemudian memeluknya, anyway titip Agri ya! jadilah yang tersempurna baginya nanti dan gantikan apa yang dulu belum sempat kulakukan untuknya, kataku, pasti Ning, setidaknya kamu bisa mencoba lakukan itu sendiri nanti jika tak keberatan, akan kupastikan bahwa kamu akan mendapatkan perasaan dan perlakuan yang sama sepertiku, janji! kata Astri waktu itu sambil mengacungkan jari kelingkingnya dan suruh aku mengaitkan pula jari kelingkingku, entah sama sekali tak kumengerti maksudnya waktu itu, gila nih anak! itu saja yang terlontar begitu saja dalam bathinku waktu itu, setelah percakapan itu kami pun berpisah di lorong tempat kami memarkir sepeda, selanjutnya kita pulang kerumah masing2
Disisa hari ulangan umum aku berusaha belajar mati2an, satu2nya alasanku adalah ingin segera meninggalkan kelasku yang sekarang, menjauh dari kumpulan orang2 munafik yang menjadi penghuninya, kelas yang begitu sangat menakutkan buatku dimana banyak terjadi drama pembullyan terhadapku yang membuatku berasa muak dan gak tahan, dengan aku berprestasi harapanku tentu saja dapat diterima di kelas unggulan dimana tentu saja besar kemungkinanya aku akan dapat sekelas lagi dengan Agri, aneh ya! rupanya setelah aku mengucapkan niatku ke Astri tempo hari justru aku kembali harus menelan ludahku sendiri, biarlah dikata munafik aku yang waktu itu berkeras untuk memilih melupakanya rupanya di kenyataanya ternyata sangat sulit bagiku menjalankanya, setelah semakin kupaksakan semakin pula kumenyesali betapa dulu aku pernah menyia2kanya.
Hari ini adalah hari pengambilan raport, aku berharap2 cemas mengenai hasil nilai ulanganku apakah seperti yang sudah kuinginkan, pengambilan raport waktu itu harus diwakilkan kepada orang tua murid jadi waktu itu Papaku yang mengambilnya untukku, kulihat satu persatu anak2 yang beberapa bulan terakhir selalu membulyku mukanya nampak tegang mengetahui bahwa Papaku ternyata adalah petugas Polisi, kebetulan sekali Papa waktu itu datang masih berseragam dinas lengkap, hahaha mau ketawa ngakak waktu itu rasanya melihat reaksi mereka, tiba pada saat penyebutan peringkat kelas dimana namaku yang disebut kala itu sebagai daftar pemuncak nilai raport di kelasku, bangga itulah yang kurasakan saat itu, ternyata jauh2 usahaku rupanya gak sia2
Hari ini setelah melihat daftar nama pembagian kelas 2, aku segera menuju ke kelas dimana terdapat daftar namaku disana, namun sebuah kejutan rupanya sudah menunggu disana, disana telah duduk manis seorang Astri, mengetahui kedatanganku dia pun melambaikan tanganya ke arahku menunjuk bangku sebelahnya untuk aku isi, segera setelah sampai di bangkunya aku pun sedikit berbasa basi, bisa kebetulan banget ya As bisa sekelas, sapaku kepada Astri, akan jauh lebih kebetulan lagi jika Agri juga sekelas dengan kita sekarang Ning, jawabnya balik kala itu, eh masak? tanyaku, iya tunggu aja nanti dia juga akan masuk bentar lagi, jawab Astri, aku tak menduga harapanku terkabul di hari itu, baru kutahu bahwa aku masuk ke kelas unggulan dan kini bisa sekelas lagi dengan Agri
Sukar dipercaya bahwa dihari sebelumnya aku sempat membaca sebuah kolom zodiak di majalah milik Mamaku, dan disana tertulis ramalan zodiak untuk scorpio waktu itu, bahwa dalam waktu dekat aku akan segera bereony kembali dengan seseorang di masa laluku, disana dijelaskan pula untuku bersiap2 menerima khabar baik bahwa kemungkinan akan ada seseorang yang akan juga menyatakan perasaanya padaku semakin asyik ketika itu lalu kucoba membaca pula ramalan shio, shio tikus kala itu juga memprediksi hal yang kurang lebih sama, bahwa di tahun ini tepatnya di bulan ini aku akan berjodoh kembali dengan seseorang di masa laluku bahkan hingga sampai disebutkan ke detail dan ciri2 fisiknya yang sebagian besar terdapat pada diri Agri, apakah sebuah kebetulan, jika memang benar, sungguh kebetulan yang luar biasa
Kembali lagi ke suasana kelas dimana saat itu aku telah duduk sebangku dengan Astri, dan tak berapa lama datang juga akhirnya, some one is only im waiting for this day, kala itu dia melangkah sedikit gontai setelah mengetahui bahwa sekarang aku sekelas denganya terlebih saat ini sebangku pula dengan Astri, dia menghampiri kami dan sejenak menyapa kami berdua sebelum akhirnya menuju bangkunya yang kebetulan hanya satu tersisa waktu itu di belakang kami
Singkat saja kelas pun akhirnya selesai, namun kepulanganku dan Agri segera dicegah oleh Astri waktu itu, dia meminta kita tetep tinggal dikelas hingga semua anak keluar, sama sekali aku tak mengerti apa yang dimaksudkanya waktu itu, tapi dari lagu2nya sepertinya ada sesuatu yang penting hendak dia sampaikan kepada kita, dia ingin berbicara enam mata dengan kita, seperti itulah dia menirukan perkataanku dulu ketika pertama menemuinya, berikutnya apa yang disampaikanya malah justru membuat kita semua terkejut seakan gak percaya, bahwa yang barusan keluar dan berasal dari mulutnya, Jadi waktu itu tanpa rasa bersalah dan sedikitun menyesal dia memintaku untuk memperbaiki hubunganku dengan Agri, sama sekali sesuatu yang sangat mustahil dapat kulakukan, jika hanya dengan kamu Ning, sumpah gak pa2 aku ikhlas diduain, seperti itulah kata2 nya waktu itu, berulang kali terus kutanyakan untuk meyakinkan, tetapi dia masih pada pendirianya bahkan tak sedikit mencoba ingin meralat dan merubah steatmen yang baru saja dia ucapkan, apakah dia seorang malaikat, ya aku sempat memikirkannya seperti itu, jika memang malaikat itu ada dan nyata di dunia mungkin aku dapat menemukanya pada sosok Astri kala itu, bagaimana bisa dia menawarkan sesuatu yang mungkin banyak dari sebagian wanita didunia ini enggan untuk melakukanya, jangankan mencoba membagi cinta dengan orang lain, sempat mempunyai niat untuk melakukanya pun bahkan sepertinya gak mungkin, hingga terakhir kutanyakan kembali tentang maksud keputusan Astri barusan yang bersedia diduakann denganku, dan jawabanya sungguh diluar dugaanku, jadi begini Ning saat ini anggaplah diibaratkan hubungan kita sebuah proses untuk kita saling mengenal satu sama lain, tentang kelanjutan bagaimana kisahnya nanti ya mari kita sama2 pasrahkan kepada sang takdir, sepengetahuanku jodoh itu tak akan mungkin keliru kok, dan jodoh juga tak mungkin tertukar, ada baiknya bagi kita saat ini jalani dulu apa adanya, masalah siapa nanti yang terakhir berjodoh dengan Mas, kita belum bisa mengetahuinya sekarang, aku hanya gak ingin memiliki Mas seorang diri Ning, karena sungguh lancang bagiku bila harus melawan dan mendahului kehendak takdir, makanya aku bersedia membaginya denganmu, siapa yang tau kan karena segala kemungkinan bisa aja terjadi, memang bisa aja aku orang yang beruntung itu, namun bisa juga justru kamu, atau mungkin bisa juga orang lain, Erinda gadis di masa lalunya Mas itu, kita kan sama2 gak tau, aku takut aja dengan posisiku saat ini akan semakin menjauhkanmu dengan sesuatu yang berkemungkinan menjadi hakmu, seseorang yang mungkin juga merupakan jodohmu, aku gak ingin merusaknya Ning, aku gak akan sampai hati dan tega, aku gak mau itu terjadi terlebih atas karena kesalahanku, penjelasanya panjang lebar kala itu, selanjutnya aku hanya dapat terharu, sungguh mulia rupanya hati seorang Astri, jika aku sebagai dia saat itu aku pasti gak sanggup melakukan sepertinya
Semua sudah terucapkan, kini tinggal menunggu konfirmasi dan pernyataan terbuka dari Agri, apakah dia bersedia menerimaku, tentu saja aku kembali harap2 cemas menunggu jawabanya, sedikit rasa optimis yang tersisa namun masih lebih banyak pesimisnya karena bagaimanapun, harapanku akan sangat sulit untuk dapat terwujud kali ini terlebih jika masih ada bayang2 seseorang seperti Astri di belakang Agri, pasti akan sangat sulit bagiku mendapat kesempatan itu, sekitar sejam Aku dan Astri masih menunggu kala itu jawaban dari Agri, sedang dianya nampak bimbang memilih2, hingga sebuah ancaman dari Astri kala itu membuat Agri sepertinya tak memiliki pilihan lain kecuali menerimaku, ya walau kulihat dia tampak terpaksa akhirnya dia mau juga menerimaku dan bersedia membagi perasaanya kepadaku dan Astri secara adil, syukur Alhamdulillah tak berhenti aku memanjatkan syukur atas salah satu nikmat Nya di hari itu
Satu lagi keajaiban demi keajaiban terjadi di hari itu, padahal belum genap sehari ini aku merasakan kebahagiaan dimana untuk pertama kali bisa sekelas lagi dengan Agri, hingga yang kedua statusku yang telah berubah semenjak hari itu, dimana aku sekarang sudah gak jomblo lagi, biarpun bukan menjadi yang pertama dan hanya menjadi madu, sungguh aku telah sangat bersyukur
Awal2 aku menjalani kisah cinta segitiga ini terus terang ada rasa sedikit canggung, hubunganku dengan Agri sendiri berjalan kurang begitu baik, walau sebenernya beberapa kali kita pernah sempat pergi berdua, aku hanya dapat maklum dan sadar diri, siapalah aku yang hanya sebagai madu, aku tak berani menuntut terlalu banyak darinya, aku yakin waktu dan perasaanya juga sudah banyak terkuras untuk berusaha memberikan perhatian dan kasih sayang untukku dan Astri, tak terasa sudah lebih beberapa bulan aku menjalani hubungan ini, Aku dan Agri kini memiliki sebuah kebiasaan untuk bersepeda di hari minggu pagi, itulah yang kemudian mendekatkan jarak antara kami
Hubungan yang terjalin hingga hari ini bukan tanpa aral dan rintangan, ya namanya 2 orang wanita yang disatukan dalam satu gerbong bernama cinta, rasa cemburu dan ngambek2an pasti ada, sempat beberapa kali aku berselisih paham dengan Astri, bahkan pernah kita hampir bertengar hebat suatu waktu, namun seakan amarah dan emosi itu tiba2 saja sirna setelah kita menyadari bahwa kita berdua termasuk beruntung telah memiliki Agri dalam kehidupan kita, sedang mungkin masih ada banyak di luar sana yang bisa saja iri dengan status kita saat ini, tentang kesempatan yang mungkin kita miliki, terlebih Agri adalah tipe yang bijaksana, beberapa kali perselisihanku dengan Astri dapat selalu didamaikan olehnya, dia selalu mampu menjadi penengah yang adil dan tak memihak
Hari terus berganti hingga tak terasa saat ini telah sampai di hari penerimaan raport cawu 2 di kelas 2, setelah masing2 dari kami mengucap selamat atas hasil yang didapat, kita pun pulang masing2, tapi waktu itu aku tak langsung pulang melainkan ada sedikit keperluan, lebih tepatnya aku diminta menemani salah seorang teman sekomplek rumahku yang ketika itu hendak ditembak oleh seseorang yang beberapa hari sebelumnya deket dengannya, sempet iri aku waktu itu, lelaki itu menembak temanku dengan membawa sebuket bunga dan melantunkan puisi dan sajak lagu sambil diiringi petikan gitar, gila romantis banget pikirku waktu itu, coba aja itu adalah aku dan lelaki itu adalah Agri, ah tapi rasanya sungguh gak mungkin banget, boro2 seperti itu sekedar mengutarakan perasaanya bahkan mencari bahan obrolan denganku aja dia sepertinya canggung, apalagi mencoba berniat romantis sungguh tak bisa kubayangkan, tapi tak mengapa karena aku suka dia yang apa adanya