Kaskus

Story

dasadharma10Avatar border
TS
dasadharma10
Yaudah 2: Challenge Accepted

Yaudah 2: Challenge Accepted


Cover By: adriansatrio


Cerita ini didasari oleh pemikiran otak gue yang banyak orang enggak suka, malah kebanyakan menghujat. Awalnya gue risih juga, otak juga otak gue, kenapa orang lain yang ributin. Tapi aneh bin nyata, enggak tau kenapa, lama-kelamaan gue malah suka setiap kali kena hujat. Nah, demi mendapat hujatan-hujatan itulah cerita ini dibuat. WARNING: 15TAHUN+

Spoiler for QandA:


"Bukannya apatis ato apa, gue cuma males urusan sama hal-hal yang mainstream. Buat lo mungkin itu menarik, buat gue itu kayak suara jangkrik. Kriik... Krikk... bikin geli."
-Calon wakil ketua LEM-


Explanation

Spoiler for Index:
Diubah oleh dasadharma10 15-09-2017 17:22
alejandrosf13Avatar border
anasabilaAvatar border
imamarbaiAvatar border
imamarbai dan 7 lainnya memberi reputasi
6
375.4K
1.4K
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread51.9KAnggota
Tampilkan semua post
dasadharma10Avatar border
TS
dasadharma10
#722
PART 33

Waktu itu gue diajak temen deket gue keluar, katanya mau ke pantai gara-gara kalah taruhan soal IPK.

Sialan emang, dia yang kalah malah gue yang kena.

Waktu gue tolak, dia malah bilang, "Kalo enggak sama lo, gimana ceritanya kita bisa sampe ke pantai? Tau arah juga enggak. Lo tega kalo temen lo ini sampe nyasar?"

Harusnya waktu itu gue tolak aja, bodo amat dia mau nyasar apa diumpetin setan. Kalo dipikir-pikir enggak ada dia malah gue lebih bahagia. Nyesel gue temenan sama orang buta arah, kemana-mana pasti gue juga yang direpotin.

"Sebenernya gue males banget nemenin lo, jalan berdua, pake mobil gue, gratis gue yang jadi sopirnya lagi."
"Yaelah... lo sama gue gitu banget."
"Lo yang gitu banget, temen sendiri dijadiin sopir, jadi obat nyamuk juga."
"Obat nyamuk gimana? Nanti tuh Emil enggak sendirian, dia sama temennya."
"Yang bener?"
"Iyalah... gue enggak setega itu sama temen."
"Cakep enggak?"
"Lumayan, kalo gue sih suka—"
"Woe! Jangan rebut jatah gue! Parah lo!"

Berdua sama temen gue, kita langsung menuju ke asrama gebetannya. Kita berangkat sekitar jam sebelas siang, kata dia, gebetannya pengin lihat sunset.

Sesampainnya di tempat tujuan udah ada dua cewek duduk di teras.

"Lama banget, sih!"
"Ah... Pepy tadi pupnya lama, kayaknya dia lagi sembelit."

Dasar Dawi, kelakuan enggak pernah berubah. Dia yang pup, gue yang dituduh, mana pake ngatain sembelit lagi.

"Pep! Keluar kek!" seru Dawi. "Sini gue kenalin cewek cakep!"
"Iya, bentar!" Gue pindahkan persneling ke huruf R, "Lo enggak lihat gue lagi parkir?"

Kelakuan! Tiap gue yang bawa mobil dia pasti turun duluan, ninggalin gue yang belum sempat parkir. Entah medannya kayak apa pasti dia langsung lompat, mungkin lain kali gue harus berhentiin mobil di pinggir sumur, biar kecebur sekalian dia.

"Hei...," sapa gue.
"Hei, Pep," jawab Emil. "Maaf ya kalo Dawi ngerepotin. Sebenernya mobilku ada, cuma Dawi enggak mau jadi sopir."

Gue tarik Dawi terus gue bisikin telinganya.

"Bukannya lo bilang mobilnya Emil masuk bengkel gara-gara nabrak pohon rambutan?!"
"Ah elah..., lo kayak enggak paham gue aja."

Dawi melepaskan diri dari gue dan berjalan ke arah cewek yang di sebelah Emil.

"Oh... iya, Pep, kenalin ini temenku namanya—"
"Amel!" potong cewek itu, "Namaku Amel."
"Aku Pepy, salam kenal."
"Cie... Pepy belum apa-apa panggilnya aku-kamu," sindir Dawi. "Ada yang jatuh cinta, nih."
"Apa sih lo, Wi! Kayak bocah aja," kata gue. "Maaf ya, Mel. Dawi orangnya emang rada kurang."
"Sembarangan!"

Jam setengah dua belas tepat kita berempat berangkat ke pantai. Gue sebagai sopir, Amel navigator, sementara Dawi sama Emil pacaran di belakang.

Bikin kesel? Jelas. Temen sih temen, tapi kelakuannya kadang lebih jahat dari musuh bebuyutan.

Jujur aja, gue suka sama Amel dari pandangan pertama. Menurut gue dia manis, udah gitu orangnya humble. Semisal gue yang tersesat berdua sama Amel, gue enggak keberatan. Tapi kalo tersesatnya berdua sama Dawi, mending gue mati.

Selama perjalanan, di tempat tujuan, bahkan perjalanan pulang pun obrolan gue nyambung banget sama Amel. Gue rasa kita berdua emang suka sama suka, serasa di beri lampu hijau, sewaktu nganterin balik gue minta nomor hape dia. Pucuk dicita ulam pun tiba, dengan senyum manis dia memberikan nomor hapenya.
JabLai cOY
JabLai cOY memberi reputasi
1
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.