Family time
Quote:
“eh apa”, jawabku kaget
“kamu di panggilin diem aja”, ucap Rathi
“maaf, maaf aku bengong”, jawabku
“woooo, lagi sakit masih aja nyuekin orang”, ucap Luna sambil mengacak rambutku
Akupun langsung rebahan sambil memegang kepala, berpura-pura kesakitan.
“kamu kenapa Teo, tanya Luna agak panik
“sakit lun”, ucapku
“aduh maaf Teo”, ucap Luna
“sakit banget Teo?”, tanya Rathi
Akupun memejamkan mata tidak merespon mereka. Mereka terdengar panik akupun menahan tawa, sesekali ku buka seikit mataku untuk mengintip. Setelah ku pikir cukup ku kagetkan mereka
“DDDOOOORRR”
“TEOOOOOOOOO”, mereka berdua hampir lompat dari kasur
Akupun tertawa melihat nya. Mereka langsung memasang wajah cemberut dan memalingkan badannya dariku.
“Thi. Lun”, ucapku
Tapi mereka tak bergeming
“Rathi. Luna”, ucapku sambil menepuk pundak mereka
“kalian marah ya?”, lanjutku
“yaudah kalau kalian marah, aku lanjut tidur aja kalau gitu, kalau mau pulang nanti hati-hati”, akupun rebahan dan memejamkan mata
“TEOOOOOOOOOOOOOO!!”, mereka berdua berteriak memukul ku
“kamu tuh kenapa sih, aku lagi marah bukannya minta maaf ke, hibur ke, apa ke gitu”, ucap Rathi
“iya nih, kesel nih sama kamu. Kamu malah gitu”, sambung Luna
Aku hanya tersenyum
“Heeeiiiiii, ko sekarang malah diem aja”, ucap Rathi
“kamu jangan diem Teo”, lanjut Luna
Mereka pun memukul pelan badanku. Akupun menutup badanku dengan selimut, aku merasa senang dengan perlakuan mereka.
“malah di tutup selimut. Teooooo”, ucap mereka berbarengan
Akupun membuka selimutn dan tersenyum ke mereka. Reflek akupun memeluk mereka berdua lalu menangis.
“Teo...”, ucap Luna
“Hei kamu kenapa?”, tanya Rathi
Tapi aku tidak merespon apa-apa malah pelukanku semakin erat. Setelah aku merasa sedikit baikan aku pun melepas pelukanku dan langsung menutup badanku dengan selimut
“kamu kenapa Teo?”, tanya Rathi
“Teo, kamu ga apa-apa?”, lanjut Luna
“aku ga apa-apa”, jawabku
“Teo, aku tu ga pernah.....”, belum selesai Rathi berbicara langsung ku potong
“Thi aku ga apa-apa”, ucapku
Akhirnya kami pun terdiam cukup lama sampai akhirnya aku membuka selimutku, dan tersenyum. Ku ambil tangan mereka dan ku arahkan ke bagian kepalaku.
“usapin aku sampai tidur ya”, ucapku
Mereka berduapun tersenyum dan mengusap kepalaku. dari kecil ibuku memang selalu mengusap kepalaku sebelum tidur, tapi semenjak ayahku kerepotan dengan pekerjaannya dan ibuku membantu, sudah jarang ibuku melakukan hal ini. Ada perasaan nyaman dan aman saat ada yang mengusap kepalakku. Tak lama akupun tidur.
Badanku terasa dingin dan hal itu membangunkanku. Ku lihat jam sudah jam 7 malam, perutku pun mulai keroncongan. Sesaat aku langsung bangun dan berjalan keluar kamar.
“bibi, ada makanan?”, ucapku sambil menuruni tangga
Tapi tidak ada jawaban, yang terdengar hanya suara tawa. Aku pun langsung berjalan ke arah dapur, dan ternyata sumber suara dari sana. Kulihat ada ibu, bibi, Rathi dan Luna.
“eh anak ibu udah bangun”, ucap ibuku
“hemh”, jawabku singkat dan aku langsung mengambil piring.
“mas Teo bia bibi ambilin”, ucap bibi
“ga apa-apa bi, biar saya sendiri”,ucapku
Setelah menyiapkan makan akupun langsung berjalan ke arah ruang tamu dan menyalakan TV. Terlihat Rathi dan Luna menghampiriku.
“kalian belum pulang?”, ucapku
“kamu ngusir?”, ucap Rathi
“bukan gitu, kan udah malem nanti di cariin”, ucapku
“ibu kamu udah telp orang tua kita ko dan di izinin disini agak lama”, ucap Luna
“ko bisa di izinin sih?”,ucapku
“ih emangnya kenapa?”, ucap Rathi sambil melipat tangannya dan menatapku tajam
Aku hanya diam dan melanjutkan makan. Sedangkan mereka berdua menonton acara tv dan berkomentar tentang apa yang di tonton. Selesai makan akupun membereskan piring dan gelas lalu duduk di karpet. Saat aku akan bersandar di sofa terasa ada yang mengganjal di punggungku.
“aku mau senderan bu”, ucapku yang ternyata ibuku sedang duduk d sofa, kepalaku di senderkan di lututnya dan kepalaku mulai di usap.
“enak?”, ucap ibuku
“heemh”, ucapku sambil menutup mata
Semakin lama terasa banyak tangan yang mengusap kepalaku saat kubuka mata ternyata ada tangan Rathi dan Luna.
“kebanyakan tangan jadi berat nah”, ucapku
Mereka hanya tersenyum saja
“bu, berat”,ucapku
“kamu kalo lagi sakit manjanya ampun deh”, ucap ibuku yang tiba-tiba berhenti
“ko berenti?”,ucapku
“tadi katanya berat, sekarang berenti ga boleh”, lanjut ibuku
“ya satu orang aja yang usapinnya”, ucapku
“mau sama siapa? Ibu? Luna? Apa Rathi?”, tanya ibuku
“sama ibu lah, mereka belum handal”, jawabku sambil senyum
“wooooo”, langsung Rathi mengacak rambutku dan Luna mencubit pipiku
“ibuuuuuu”, ucapku merengek
“Luna Rathi udah ya kasian nih Teo”, ucap ibuku
“abis lucu tante kaya kucing aja, di usapin langsung merem”, ucap Luna
“kucing juga bisa gigit Lun, hati-hati”, ucapku mengancam
Lalu mereka bertiga tertawa. Tak lama Rathi dan Luna izin pulang, karena pak Jono sudah sampai di gerbang. Aku masih bingung kenapa ibuku bisa cepat akrab dengan mereka dan mereka bisa mendapatkan izin.