dasadharma10Avatar border
TS
dasadharma10
Yaudah 2: Challenge Accepted




Cover By: adriansatrio


Cerita ini didasari oleh pemikiran otak gue yang banyak orang enggak suka, malah kebanyakan menghujat. Awalnya gue risih juga, otak juga otak gue, kenapa orang lain yang ributin. Tapi aneh bin nyata, enggak tau kenapa, lama-kelamaan gue malah suka setiap kali kena hujat. Nah, demi mendapat hujatan-hujatan itulah cerita ini dibuat. WARNING: 15TAHUN+

Spoiler for QandA:


"Bukannya apatis ato apa, gue cuma males urusan sama hal-hal yang mainstream. Buat lo mungkin itu menarik, buat gue itu kayak suara jangkrik. Kriik... Krikk... bikin geli."
-Calon wakil ketua LEM-


Explanation

Spoiler for Index:
Diubah oleh dasadharma10 15-09-2017 10:22
alejandrosf13
anasabila
imamarbai
imamarbai dan 7 lainnya memberi reputasi
6
374.3K
1.4K
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.6KThread42.3KAnggota
Tampilkan semua post
dasadharma10Avatar border
TS
dasadharma10
#709
PART 31

Pepy cerita ke gue kalo barusan dia mutusin si Grace. Dia juga cerita kalo udah enggak bakalan lagi mau balikan sama Grace.

"Turn back to your ex is awkward!"

Gue ngerti? Enggak.

"M-maksudnya?"
"Gue juga kurang paham, sih. Tapi setau gue intinya balikan sama mantan itu enggak sebaiknya dilakukan."
"Oh...."
"Oh? Oh doang?" Peppy mendorong bahu gue, "Lo sahabat gue, tapi waktu gue cerita tentang masalah gue jawaban lo cuma 'Oh'?"
"M-maksud gue kenapa lo sampe segitunya? Emang Grace udah ngelakuin kesalahan apa?"
"Lo mau tau? Pepy mengeluarkan sesuatu dan menghentakkannya ke meja, "Gara-gara ini."
"Foto?"
Peppy beranjak dari kursinya, "Dah... gue cabut, bentar lagi Grace dateng. Lagipula masih banyak hal penting yang perlu gue pikirin."
Gue ambil foto yang tadi dia keluarkan, "Yauda, hati-hati di jalan."
"ENGGAK PERLU LO SURUH!" teriaknya dari luar kafe.
"Jangan bunuh diri gara-gara masalah ginian juga!" canda gue.

Begitu Pepy pergi, gue buka foto yang tadi dia berikan. Betapa syoknya gue waktu melihat ada gue sama Grace lagi pelukan di foto itu.

Mampus! Gue salah ngomong. Kalo gini caranya Pepy bisa bunuh diri beneran. Bisa aja bukannya hati-hati di jalan tapi malah sengaja nabrakin diri. Atau lebih parahnya lagi dia nungguin balik dari kafe, dan begitu keluar bakalan langsung kena kepret mobilnya.

Bangke..., kenapa gue enggak kepikiran sampe sana. Bukannya gue—

"Heh!"
"Eh?!" Gue sembunyikan foto tadi ke dalam lengan jaket, "Ngagetin aja lo Grace."
"Lagian... gebetan dimana, ngelamunnya kemana."
"Gue enggak lagi ngelamunin dia kali—"
"Dah..., diem!" potong Grace. "Aku kesini mau cerita, bukannya dengerin cerita."
"Gue udah tau," kata gue penuh percaya diri. "Pepy nemuin sesuatu, terus kalian marahan, abis itu dia mutusin lo, ya kan?"
"Enggak, tuh." Grace menatap gue penuh curiga, "Nemuin apa? Kita marahan tapi enggak sampe putus."
"E-enggak putus?" Gue keluarkan foto yang sempat gue sembunyikan, "Pepy nemu ginian."
"Foto kita? Ya ampun! Ini kan udah lama banget!" Grace mengambil foto itu, "Tunggu, Pepy dapet foto ini darimana? Terus kok bisa di kamu?!"

Headshot! Kena lagi gue, barusan lakinya, sekarang bininya.

"Ah... g-gue bisa jelasin. Lo tenang dulu, lo ambil nafas dalam-dalam, ikutin gue—"
Grace menggebrak meja, "JAWAB AKU!"
"Oke... oke..., gue jawab." Gue menghela nafas perlahan, "Barusan Pepy ke sini, dia bilang kalo udah putus sama lo, dan dia bilang penyebabnya gara-gara ini."
"Jadi dia mutusin aku cuma gara-gara foto ini?! Kocak tuh orang, cemburunya berlebihan banget."

Grace memasukkan salah satu tangannya ke dalam tas, seperti menyalakan sesuatu.

Ini gawat, terakhir kali gue dalam situasi seperti ini dia mengeluarkan stun-gun lalu menyerang dengan membabi buta.

Gue segera menahan tangan Grace, "Cukup! enggak seharusnya lo mengeluarkan alat itu. Lihat baik-baik, yang di depan lo ini Dawi, bukan Pepy. Lihat... ini Dawi, bukan... Pepy."
"Apaan, sih!" Grace menarik tangannya, "Aku cuma ambil hape."
"Ha-hape?"
"Iya, aku mau telepon Pepy."

Grace menekan nomor Pepy dan langsung meneleponnya.

'Halo?'

"S-sabar, Grace."

'Kamu dimana? Sini ke kafe aku jelasin.'

Bujug! Grace nyuruh Pepy dateng! Bisa terjadi keributan besar kalo kayak gini, mana yang nyuruh mereka dateng ke kafe dari awal gue lagi, kalo ada apa-apa gue bisa repot.

Baru Grace menutup teleponnya, pintu kafe terbuka. Dengan muka penuh luka perasaan, Pepy masuk.

"Lhoh? Kok cepet banget, Yang?"
"I-iya! Kok lo cepet banget?!" ucap gue panik. "Bukannya lo tadi pamit mau bunuh diri atau semacamnya?"
"Bunuh diri?" tanya Grace. "Dia mau bunuh diri?!"
"Iya, dia tadi bilang semacam ada urusan penting, bisa jadi bunuh diri!"
"Gue tadi cuma keluar, nunggu di mobil."
"N-nunggu di mobil?" tanya gue. "Lo di mobil nunggu gue keluar?! Lo mau nyerempet gue?!"
Diubah oleh dasadharma10 01-03-2017 10:47
JabLai cOY
JabLai cOY memberi reputasi
1
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.