dasadharma10Avatar border
TS
dasadharma10
Yaudah 2: Challenge Accepted




Cover By: adriansatrio


Cerita ini didasari oleh pemikiran otak gue yang banyak orang enggak suka, malah kebanyakan menghujat. Awalnya gue risih juga, otak juga otak gue, kenapa orang lain yang ributin. Tapi aneh bin nyata, enggak tau kenapa, lama-kelamaan gue malah suka setiap kali kena hujat. Nah, demi mendapat hujatan-hujatan itulah cerita ini dibuat. WARNING: 15TAHUN+

Spoiler for QandA:


"Bukannya apatis ato apa, gue cuma males urusan sama hal-hal yang mainstream. Buat lo mungkin itu menarik, buat gue itu kayak suara jangkrik. Kriik... Krikk... bikin geli."
-Calon wakil ketua LEM-


Explanation

Spoiler for Index:
Diubah oleh dasadharma10 15-09-2017 10:22
alejandrosf13
anasabila
imamarbai
imamarbai dan 7 lainnya memberi reputasi
6
374.3K
1.4K
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.5KThread42.2KAnggota
Tampilkan semua post
dasadharma10Avatar border
TS
dasadharma10
#689
PART 28

Sesuai janji yang keceplosan gara-gara martabak, malamnya gue keluar sama Disti. Sebenernya gue udah bener-bener males keluar, tapi karena keluarnya sama Disti, semangat gue pulih lagi.

Mas Freddy kebangetan, bisa-bisanya dia ngelaporin gue. Padahal gue kira dia bakalan ikutin rencana gue sama Uchup, parah banget.

Apalagi si bang Galang. Cuma gara-gara gue godain pake phobia bencongnya dia malah berkhianat. Udah tua, bukannya bantuin malah bikin rusuh, parah banget.

"Di daerah Kota Baru," ucap gue memecah keheningan. "Disitu ada martabak nutellanya."
"Iya, Kak."
"Pernah kesana?"
"Belumlah, baru pertama sama kakak."

Malam ini kita berdua cari martabak manis. Enggak kayak tadi pagi, kita keluar pake mobil Disti. Alasannya dia enggak tahan dingin. Bukannya alergi, tapi emang dia enggak suka segala sesuatu yang dingin. Air es dingin, makanan dingin, bahkan tatapan dan sikap yang dingin dia juga enggak suka.

"Kakak lagi masalah?"
"Yah... begitulah."
"Kayaknya bukan gara-gara semua masalah tadi pagi, ya?"
"Yoi, masalah baru," jawab gue jujur. "Baru tadi sore."
"Mau cerita?"
"Nanti deh, ya? Biar dapet momen curhatnya."
"Oke!"

Tebak apa yang bisa bikin orang banyak masalah ketambahan masalah? Masalah baru ditempat ngedate.

Tebak juga apa yang dilakuin orang ketambahan masalah itu? Enggak ada.

Di kafe martabak itu gue ketemu Arin sama temen-temennya, enggak cuma itu, mereka duduk di meja belakang gue. Waktu kita dateng, mereka memperhatikan kita dengan pandangan yang mengintimidasi, antara beneran serem, apa gue yang ketakutan.

"Itu bukannya mbak Arin, ya?"
"Iya, Arin angkatanku."
"Kakak kenal?"
"Cuma kenal-kenal doang, sih."
"Yakin?"
"Ya... dia pernah deket sama aku."
"Hmmh... pantesan mereka ngeliatinnya gitu banget."
"Kayaknya kita jangan bahas—"
"Kenapa kakak enggak jadian?"
"Ah—"
"Kakak ninggalin dia?"
"Dis..., aku enggak mau cerita masalah hubunganku di masa lalu. Menurutku itu sebaiknya cuma jadi kenangan—"

Baru gue mau menjelaskan isi perasaan gue, mulut gue terhenti karena seseorang menghampiri kita. Arin dateng langsung duduk di sebelah Disti.

"Hei, Dis," sapa Arin.
"Hei, Kak!"
Daripada dikira gue masih dendam, gue ikutan nyapa, "Hei, Rin."
"Gimana kemarin? Udah jadi daftar LEM?"

Bangke! Bisa-bisanya gue dicuekin! Gue padahal udah berrendah hati menyapa dia, Arin kelewatan.

"Udah kok, Kak. Ditemenin temen kakak tadi, diajarin sampe ngerti."
"Bagus deh kalo gitu."

Selanjutnya, gue dicuekin. Mereka berdua ngobrolin banyak masalah LEM yang jelas-jelas gue enggak paham. Mungkin emang itu disengaja sama Arin biar gue berasa kayak obat nyamuk. Dicuekinnya kerasa banget, lebih kerasa kayak nasi basi.

Mereka ngobrol dengan kalimat biasa, yang tersirat dengan rahasia, yang susah gue pahami, secara terus menerus. Susah kan? Mirip-mirip kayak gini. Sampe akhirnya....

"Jangan lupa ya besok pilih aku waktu pilihan ketua LEM!"
"Iya, Kak."
"Kamu juga, Wi."

Kampreeeeet! Tadi gue dicuekin! Giliran dia butuh suara baru diajak ngobrol. Gue enggak bisa diginiin, gue harus kasih dia pelajaran!

"Sorry, ya...." Gue tegapkan posisi duduk gue, "Disti besok mau dukung gue maju jadi ketua LEM."

Gue lihat raut muka Arin berubah, dia kelihatan terkejut, enggak, gue rasa itu raut muka shock.

"Gue bakal jadi rival lo. Dan yang bakal jadi pemenang itu gue!"

Sudut bibir Arin bukannya turun tapi malah naik. Wajah yang gue kira bakalan kecewa malah berubah Jadi seneng.

"Wah! Beneran! Aku juga enggak bakal kalah! Semangat terus!"
"Eh?" Gue manggut-manggut, "I-iya semangat."
"Aku kesana dulu, ya?" pamit Arin.

Sepeninggalan Arin, gue perhatikan Disti yang menatap gue dengan mata berkaca-kaca.

"Ke-kenapa, Dis?"
"Keren! Kakak keren!"
0
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.