- Beranda
- Stories from the Heart
T University 2 (Season 2)
...
TS
anism
T University 2 (Season 2)

Cover Super Keren by Awayaye <Ane minta
> Terima banyak untuk respon positif agan dan aganwati di thread sebelumnya. T University.
Bagi yang belum membacanya. Bisa mengklik judul dibawah ini.
T University
Spoiler for Daftar Isi/Case 1 : Lost Son:
Case 1 Finish
Spoiler for Case 2 : Lativa's Twins Terror:
Case 2 Finish
Spoiler for Case 3 : Arelia And Edward:
Case 3 Finish
Spoiler for Samantha And Mom:
Finish
Spoiler for Case 4 : Johnny Comes Back To China or England:
Case 4 Finish
Spoiler for Case 5 : King Killer's Son:
Case 5 Finish
Spoiler for Case 6 : Losing In A Plane:
Diubah oleh anism 30-05-2019 17:56
anasabila memberi reputasi
1
21.6K
198
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
anism
#25
Small Part About Emmy Orleans
Mereka kembali harus menerima kenyataan bahwa tidak ada apapun yang didapatkan dari hasil wawancara mereka dengan Hugo Latief. Cindy harus siap melalukan sebuah penantian.
Ini adalah hari ketiga mereka berada didalam penginapan rumah klien mereka sendiri. Mereka memperoleh kamar disebuah puri yang indah. Arelia memperkirakan bahwa puri itu memiliki kamar lebih banyak dari jumlah mereka sehingga seharusnya masing-masing dari mereka bisa tinggal di sebuah kamar.
Namun kini mereka bertiga belas bersama Kleint memilih tiga kamar untuk di tinggali. Itu lebih dari cukup. Keadaan kamar tersebut jauh-jauh lebih baik dari kamar mereka di asrama T University. Desainer muda tersebut tampaknya lebih mempertimbangkan desain dinding daripada kenyamanan kasur.
Samantha, Lativa dan Emmy memilih kamar pertama yang dekat dengan pekarangan bunga. Mereka bisa melihat ada banyak bunga di taman tersebut. Sangat indah. Terlihat beberapa tukang kebun sedang menyapu daun-daun yang berguguran.
“Sayang sekali.”, gumam Emmy. “Apa maksudmu, Emmy?”, tanya Samantha. Lativa hanya ikut mengamati apa yang sedang diperbincangkan.
“Aku selalu memimpikan memiliki hidup seperti ini. Memiliki semuanya, tidak harus bekerja setiap waktu hanya untuk melanjutkan hidup. Namun, sepertinya mereka hanya kaya secara materi. Mereka sangat kesepian.”, ujar Emmy.
“Tunggu, aku jadi ingat pertama kali saat kita menceritakan jati diri kita. Aku agak lupa. Bagaimana kamu bisa masuk penjara?”, tanya Samantha serius.
“Aku mencuri dan terakhir tertangkap saat masuk ke dalam rumah seorang sersan. Aku sangat bodoh saat itu. Harusnya aku tahu kalau dia tidak mungkin benar-benar terlelap.”, sesal Emmy.
“Hanya karena mencuri?”, tanya Lativa tidak percaya.
“Tidak hanya itu. Aku sudah membobol banyak bank. Dan waktu itu hanya kecelakaan kecil. Aku terkejut saat ia sadar. Aku menyayat urat lehernya.”, jelas Emmy enteng.
“Kau terbiasa membunuh?”, tembak Samantha.
“Tidak. Kenapa bicara seperti itu?”, balas Emmy.
“Nada bicaramu…”, Samantha tampak tidak ingin menyelesaikan kalimatnya.
“Aku hanya bertemu banyak kondisi yang mengharuskan aku menghabisi nyawa orang lain. Jika bukan mereka yang mati maka aku yang akan mati. Aku tidak punya dendam secara khusus kepada siapapun.”, jawab Emmy.
“Apa pekerjaan sampinganmu saat liburan kemarin?”, tanya Samantha lagi.
“Hahahahha…. Aku mau tertawa kalau mengingatnya. Benar, Samantha. Kamu pasti sepemikiran denganku. Pekerjaan sampingan kita itu benar-benar sangat tidak terkira. Kenapa bisa pihak universitas merekomendasikan pekerjaan sebagai bank representative.”, gelak Emmy.
Samantha yang tadi bertanya malah tampak seperti tidak tertarik lagi mendalami percakapan itu. Dia seperti tenggelam dalam pikirannya sendiri. Sesekali dia memejamkan matanya dan berdehem.
“Kenapa? Ada yang mengganggu pikiranmu?”, tanya Lativa menyadari Samantha sedari tadi gusar.
“Aku merasa kita tidak bisa berlama-lama disini.”, ujar Samantha.
“Kenapa?”, Emmy tampak terkejut hingga ia terduduk.
“Aku hanya merasa ada yang tidak benar dengan pelayan itu. Aroma makanan yang kita makan….”, Samantha terdiam.
“Beracun?”, tanya Lativa hati-hati.
“Aku tidak bisa memastikan.”, jelas Samantha.
“Kalau dia tidak bisa kita ajak baik-baik. Maka satu-satunya cara adalah… Kita menculiknya.”, suara itu mengejutkan yang lain.
Dan lebih mengejutkan adalah orang yang mengatakannya. Lativa.
Mereka kembali harus menerima kenyataan bahwa tidak ada apapun yang didapatkan dari hasil wawancara mereka dengan Hugo Latief. Cindy harus siap melalukan sebuah penantian.
Ini adalah hari ketiga mereka berada didalam penginapan rumah klien mereka sendiri. Mereka memperoleh kamar disebuah puri yang indah. Arelia memperkirakan bahwa puri itu memiliki kamar lebih banyak dari jumlah mereka sehingga seharusnya masing-masing dari mereka bisa tinggal di sebuah kamar.
Namun kini mereka bertiga belas bersama Kleint memilih tiga kamar untuk di tinggali. Itu lebih dari cukup. Keadaan kamar tersebut jauh-jauh lebih baik dari kamar mereka di asrama T University. Desainer muda tersebut tampaknya lebih mempertimbangkan desain dinding daripada kenyamanan kasur.
Samantha, Lativa dan Emmy memilih kamar pertama yang dekat dengan pekarangan bunga. Mereka bisa melihat ada banyak bunga di taman tersebut. Sangat indah. Terlihat beberapa tukang kebun sedang menyapu daun-daun yang berguguran.
“Sayang sekali.”, gumam Emmy. “Apa maksudmu, Emmy?”, tanya Samantha. Lativa hanya ikut mengamati apa yang sedang diperbincangkan.
“Aku selalu memimpikan memiliki hidup seperti ini. Memiliki semuanya, tidak harus bekerja setiap waktu hanya untuk melanjutkan hidup. Namun, sepertinya mereka hanya kaya secara materi. Mereka sangat kesepian.”, ujar Emmy.
“Tunggu, aku jadi ingat pertama kali saat kita menceritakan jati diri kita. Aku agak lupa. Bagaimana kamu bisa masuk penjara?”, tanya Samantha serius.
“Aku mencuri dan terakhir tertangkap saat masuk ke dalam rumah seorang sersan. Aku sangat bodoh saat itu. Harusnya aku tahu kalau dia tidak mungkin benar-benar terlelap.”, sesal Emmy.
“Hanya karena mencuri?”, tanya Lativa tidak percaya.
“Tidak hanya itu. Aku sudah membobol banyak bank. Dan waktu itu hanya kecelakaan kecil. Aku terkejut saat ia sadar. Aku menyayat urat lehernya.”, jelas Emmy enteng.
“Kau terbiasa membunuh?”, tembak Samantha.
“Tidak. Kenapa bicara seperti itu?”, balas Emmy.
“Nada bicaramu…”, Samantha tampak tidak ingin menyelesaikan kalimatnya.
“Aku hanya bertemu banyak kondisi yang mengharuskan aku menghabisi nyawa orang lain. Jika bukan mereka yang mati maka aku yang akan mati. Aku tidak punya dendam secara khusus kepada siapapun.”, jawab Emmy.
“Apa pekerjaan sampinganmu saat liburan kemarin?”, tanya Samantha lagi.
“Hahahahha…. Aku mau tertawa kalau mengingatnya. Benar, Samantha. Kamu pasti sepemikiran denganku. Pekerjaan sampingan kita itu benar-benar sangat tidak terkira. Kenapa bisa pihak universitas merekomendasikan pekerjaan sebagai bank representative.”, gelak Emmy.
Samantha yang tadi bertanya malah tampak seperti tidak tertarik lagi mendalami percakapan itu. Dia seperti tenggelam dalam pikirannya sendiri. Sesekali dia memejamkan matanya dan berdehem.
“Kenapa? Ada yang mengganggu pikiranmu?”, tanya Lativa menyadari Samantha sedari tadi gusar.
“Aku merasa kita tidak bisa berlama-lama disini.”, ujar Samantha.
“Kenapa?”, Emmy tampak terkejut hingga ia terduduk.
“Aku hanya merasa ada yang tidak benar dengan pelayan itu. Aroma makanan yang kita makan….”, Samantha terdiam.
“Beracun?”, tanya Lativa hati-hati.
“Aku tidak bisa memastikan.”, jelas Samantha.
“Kalau dia tidak bisa kita ajak baik-baik. Maka satu-satunya cara adalah… Kita menculiknya.”, suara itu mengejutkan yang lain.
Dan lebih mengejutkan adalah orang yang mengatakannya. Lativa.
Diubah oleh anism 22-02-2017 22:32
0