aku membuka mata perlahan lahan,
kuperhatikan sekitar,
ternyata aku ada didalam mobil milik pak manager.
setelah cukup lama, barulah aku sadar jika sedang tertidur dipangkuan mbak rina, salah seorang karyawan HRD.
aku sempat berusaha bangun, namun mbak rina menahanku dan memberikan isyarat agar aku tetap meletakan kepalaku dipangkuannya.

kulihat jari telunjuk tangan kiriku yang tadi terjepit,
jariku gepeng dengan ketebalan -+ 1.5 cm, ,
pada ruas kedua, nampak jika terdapat luka sobek yang cukup panjang yang membuat daging disekitar luka itu menonjol keluar.
tidak ada darah mengalir, hanya ada sisa darah yang sudah mengering bercampur dengan cairan lem.
kucoba menggerakan jari telunjuk itu,
namun dia tidak mau bergerak,
terasa pun tidak.
aku kembali lemas setelahnya.
dibayanganku, jariku akan diamputasi.
aku akan menjadi cacat.



mbak rina yang memperhatikanku nampaknya mengerti apa yang kupikirkan.
dia membelai kepalaku dan menghibur jika luka itu tidak parah,
hanya cukup dengan dijahit saja maka sudah selesai.
namun bagiku kata2 mbak rina tidak cukup membuatku merasa lebih baik.
aku kembali merenungi kejadian barusan.

setiba di rumah sakit, aku dibawa keruang UGD untuk menerima pertolongan.
disana seorang dokter dan beberapa perawat yang stand by langsung memberikan pertolongan.
aku dibaringkan dikasur,
dingin lapisan perlak membuatku sedikit ngeri.
dokter langsung memeriksa kondisi tanganku.
dia nampak memperhatikan dengan seksama.
setelah itu dia memberikan isyarat kepada suster agar memberikan penanganan.
suster membersihkan area yang terluka agar steril,
lalu dia menyuntikan bius.
setelah itu, suster menjahitnya.
aku melihat dengan jelas bagaimana jariku yang terluka tadi menyembulkan daging berwarna putih kemerahan.
mirip dengan daging mentah ketika akan dimasak.
ada perasaan ngeri jika itu adalah daging dari tubuhku sendiri.
namun mbak rina kembali mendorong kepalaku agar rebahan dan tidak melihat proses penjahitan.

berdasarkan hasil pemeriksaan, tidak ada kerusakan pada jaringa otot dan tulang.
semua baik2 saja kecuali dagingnya yang sobek oleh himpitan mesin roll.
dokter memberikanku obat dan menyuruhku agar tidak membasahi bagian yang terluka selama belum kering.
setelah semua beres, pakde tukul muncul diruang UGD.
beliau langsung menyusul ke RS setelah mendengar kabar jika aku mengalami kecelakaan kerja.
pakde tukul berterimakasih kepada pak manajer dan mbak rina yang sudah memberikan bantuan.
setelah mereka selesai berbincang2, aku dibawa pulang oleh pakdhe tukul.

===========

dirumah aku merenungi kejadian barusan.
mulai dari ketika pak bejo memulai perdebatan,
hingga akhirnya tanganku masuk kedalam mesin roll.
timbullah perasaan dendam kepada pak bejo.
aku berusaha menyalahkannya atas peristiwa ini.

" jika bukan karena pak bejo mengajakku berdebat, tentu aku tidak akan ceroboh. "

" jika saja dia tidak dipindah kedivisi kami,
tentu ini tak akan pernah terjadi. "

pikiran2 semacam ini menggema didalam kepalaku.

"ASTAGHFIRULLAH!! "

namun aku langsung beristighfar,
aku tersadar jika pikiranku barusan terlalu dipenuhi kebencian.
sehingga aku menyalahkan orang lain atas apa yang menimpaku.
bagaimana jika sudut pandangnya dibalik? aku berandai andai menjadi pak bejo?

" itulah akibatnya jika ngeyel sama orang tua, kualat kejepit mesin. "

" jika kamu nggak ngeyel sama orang tua, tentu kamu baik2 saja. "

tunggu, ini sama saja!

aku berpikiran seakan2 pak bejo juga merasa senang atas kecelakaan ini.
aku sudah berburuk sangka kepadanya.

ahh, sudahlah, semua sudah terjadi.
jika ada yang harus disalahkan atas apa yang menimpaku,
itu karena aku sendiri yang ceroboh dan tidak dapat menguasai emosi.
mungkin ini cara Allah menyadarkanku atas sifat2 burukku.
terlepas pak bejo memang memaksakan metode yang kurang tepat,
tidak seharusnya aku menyalahkannya.

dan setelah merenungi ini cukup lama,
akhirnya aku bisa menerima kenyataan dengan lebih lapang dada.
bahwa ini adalah sebuah pelajaran berharga terhadap bagaimana cara mengontrol emosi.
pelajaran tentang bagaimana bersikap dan menempatkan diri terhadap lingkungan kerja.
yang kadang nyaman,
kadang juga tidak bersahabat.
toh seharusnya aku bersyukur jariku juga tidak sampai diamputasi.
tak lama kemudian aku terlelap.

=======

dua hari setelah kecelakaan kerja, aku berangkat kembali.
pak ris sempat menyuruhku untuk pulang saja dulu karena ini masih dalam masa ijin.
setidaknya sampai lukaku kering.
aku menolak dan memaksa tetap bekerja karena hanya jari telunjuk kiri saja yang tidak dapat digunakan.
akhirnya pak ris mengalah dan membiarkanku masuk kerja.
namun aku dipindah kebagian pemilahan.
tempat dimana kayu2 dipilih dan diseleksi pertama kali.

ditempat baru ini, aku bertemu kawan2 yang baru pula.
mereka lebih bersahabat daripada dibagian clamping.
beberapa dari mereka menyambut kedatanganku dan memberikan ucapan selamat karena ternyata tanganku tidak apa2.
sebab menurut mereka, kemarin sempat beredar isu jika jariku harus diamputasi karena remuk.
aku hanya tertawa dan menjelaskan jika semua itu tidak benar.
kuterangkan kepada mereka jika kemarin memang terluka, namun tidak sampai merusak jaringan tulang dan otot.
para rekan2ku yang baru memperhatikan dan kemudian memberikan dukungan moril agar aku merasa lebih baik.

( bersambung )