dasadharma10Avatar border
TS
dasadharma10
Yaudah 2: Challenge Accepted




Cover By: adriansatrio


Cerita ini didasari oleh pemikiran otak gue yang banyak orang enggak suka, malah kebanyakan menghujat. Awalnya gue risih juga, otak juga otak gue, kenapa orang lain yang ributin. Tapi aneh bin nyata, enggak tau kenapa, lama-kelamaan gue malah suka setiap kali kena hujat. Nah, demi mendapat hujatan-hujatan itulah cerita ini dibuat. WARNING: 15TAHUN+

Spoiler for QandA:


"Bukannya apatis ato apa, gue cuma males urusan sama hal-hal yang mainstream. Buat lo mungkin itu menarik, buat gue itu kayak suara jangkrik. Kriik... Krikk... bikin geli."
-Calon wakil ketua LEM-


Explanation

Spoiler for Index:
Diubah oleh dasadharma10 15-09-2017 10:22
alejandrosf13
anasabila
imamarbai
imamarbai dan 7 lainnya memberi reputasi
6
374.3K
1.4K
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.5KThread42.2KAnggota
Tampilkan semua post
dasadharma10Avatar border
TS
dasadharma10
#601
PART 22

Gue pernah ketemu sama cewek cakep banget, waktu itu gue kira semua bakalan baik-baik aja, tapi akhirnya, gue freezing.

Waktu itu lidah gue mendadak kelu, mati rasa sampe akar-akarnya. Mata gue mendadak lepas kontrol, terlalu fokus ke satu titik tertentu. Bahkan, kata-kata enggan keluar dari bibir gue, rasanya kayak semua kata tuh disensor.

"Tiiiiiiiittt!"
"Kamu ngomong apa?"
"Tiiiiiiiiiitttt! Tiiiiiiiiiiiiiitttt!"
"Bukannya masih kecepetan, ya?"

Yang barusan, gue mau ngomong mohon maaf lahir dan batin. Iya, gue tau, lebaran masih lama, makanya kena sensor.

Memori itu tersimpan di dalam otak gue dengan sangat aman dan sangat rapi. Layaknya wisudawan ipk 4, kalo ditanya, gue pasti langsung bisa jawab.

"Saudara wisudawan."
"Ya, Pak?"
"Satu pertanyaan terakhir dari saya."
"Silahkan."
"Dua ribu lima ratus tiga puluh empat, di kalikan dengan angka itu sendiri, jawabannya berapa?"
"Lima puluh juta, Pak."
"Lhoh... kok bisa? Katanya ipk 4 bisa menjawab, lha kok salah?"
"Saya menjawab dengan cepat, Pak. Bukan dengan benar."

Ya... gue kan bilang bisa langsung jawab, bukan langsung bener, jadi dimaklumi aja kalo salah.

Gue masih inget banget, waktu freezing, satu-satunya kata yang berhasil keluar dari bibir gue waktu itu cuma satu, "Wow...."

==================

Pagi ini Disti cantik banget, alam bawah sadar gue hampir menyensor kata-kata yang pengin gue ucapkan. Untungnya, gue bisa sadar sebelum semuanya terlambat.

"Kak, langsung ke kampus, ya? Aku udah hampir telat ni."
"Eh... iya, Dis. Kita langsung ke kampus."
"Kakak sih lama, jadi enggak bisa ngobrol dulu."
"Iya maaf, Dis. Tadi lama soalnya aku kejebak di—"

Weits! Hati-hati anak muda! Jangan permalukan dirimu sendiri.

Tenang, gue harus tetap tenang. Gue enggak boleh keceplosan satu kata pun. Disti enggak boleh tau kalo gue tadi kejebak di kamar mandi kosan. Mau ditaruh dimana muka gue, masa iya gebetannya kejebak di kamar mandi kosannya sendiri.

"Kejebak? Kejebak dimana?"
"Kejebak? Kejebak apa?"
"Barusan kakak bilang kejebak gitu."
"Enggak, kok." Gue nyalakan mesin motor gue, "Mungkin kamu salah denger gara-gara suara motor."
"Salah denger? Kan motornya baru dihidupin." Disti menatap gue tajam, "Kalo bukan kejebak, terus tadi kakak bilang apa?"

Mampus! Mau ngeles apa lagi sekarang. Kalo bukan kejebak terus kata apa yang mirip-mirip kayak gitu?!

'Bak', iya... apaling enggak salah satu kata yang suku kata terakhirnya 'bak' juga. Iya, gue cuma butuh kata yang belakangnya pake suku kata 'bak', tapi apa?!

"Kak?"
"Martabak!" Gue lirik tatapan mata Disti, "Kamu tau enggak sih kalo martabak pake nutella itu enak?"
"Martabak?"
"Kapan? Nanti malem? Apa besok malem? Minggu depan juga boleh."

Dengan muka polos yang masih kebingungan karena gebetannya aneh, Disti naik ke motor gue. Kaki kiri di atas, kaki kanan di atas, kepala sama tangan di bawah, dia handstand di atas motor gue.

"LHOH! DIS?! KAMU NGAPAIN?"
"Handstand," jawabnya singkat.
"Yang bener aja, masa iya handstand di atas motor?! Ini kan bahaya, Dis?!"

Enggak, Disti enggak se-freak itu. Enggak mungkin cewek secakep dia handstand di atas motor.

=================

Sesampainya di parkiran kampus, Disti langsung pamit ke kelasnya. Sementara gue, sepeninggalan Disti disamperin sama salah satu mahasiswa angkatan atas.

"Lo Dawi, kan?"
"Iya, kenapa gitu?"
"Lo pacaran sama Disti?"

Beuh...! Gosip tentang gue sama Disti udah nyebar kemana-mana. Yah, enggak heran sih, Disti emang salah satu mahasiswi baru yang kelihatan menonjol diangkatannya. Wajar kalo kabar beginian langsung jadi hot.

"Ah... belum kok, Bro," ucap gue malu-malu. "Doain aja, deh—"
"Heh! Somplak! Gue mau peringatin lo! Bukan mau doain lo!" potongnya.
"Eh?"
"Hah-heh-hah-heh! Denger ya! Disti itu inceran gue dari waktu SMA!" Dia menarik kerah kaos gue, "Kalo sampe lo deketin dia lagi—"
Gue dorong lepas tangan orang itu, "Apa? Lo mau apa?! Basi banget pake ngancem-ngancem kayak gini. Lo pikir drama korea?! Bukan—"
Dia dorong gue balik, "Drama korea darimana?! Ini Indonesia! Pokoknya kalo lo deketin dia lagi—"
Gue dorong dia lagi, "Lo mau ngomong apa?! To the point aja—"
"Heh! Gue belum selesai ngomong, lo jangan main potong aja!"
"Mau apa lo?!"
"Lo yang mau apa?!"
"Nah lo mau apa?!"
"Maju sini lo!"
"Lo yang maju sini!"
"Pukul gue kalo berani!" tantang dia. "Jangan ngomong doang!"
"Lhah... kok gue? Kan lo yang cari masalah, lo yang pukul gue kalo berani!
"Lo aja!"
"Eloo!"
"Yaudah, gue kalo gitu!"
"Gue aja, gue juga gak takut!"

Baru tangan gue ambil ancang-ancang, ada sesuatu yang menahan tangan gue. Sebuah tangan yang gede dan penuh dengan bulu. Sewaktu gue tengok, pak Bustono berdiri di belakang gue.
phntm.7
JabLai cOY
JabLai cOY dan phntm.7 memberi reputasi
2
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.