- Beranda
- Stories from the Heart
Pelangi Diatas Laut
...
TS
.raffertha
Pelangi Diatas Laut
Quote:
Aku duduk didepan jendela kamarku.
Melihat langit yang biru dan awan putih yang menghiasi.
Hari ini cukup cerah.
Membuatku ingin sekali pergi keluar hanya untuk berkunjung ke tempat-tempat yang menyenangkan.
Namaku Andrea Raffertha.
Aku biasa dipanggil Rea.
Aku lahir dikeluarga yang berkecukupan, walaupun teman-temanku selalu mengatakan bahwa aku adalah anak orang kaya.
Ya memang ayahku seorang pegawai negeri sipil yang golongannya sudah tinggi dengan jabatan menjanjikan.
Apa lagi ibuku.
Ibuku seorang Sekretaris Direksi Utama disebuah perusahaan milik negara.
Aku duduk dibangku Sekolah Menegah Atas kelas 10.
Dan dari sinilah kisahku dimulai.
Quote:
Spoiler for Sambutan:
Quote:
Quote:
Quote:
Quote:
Polling
0 suara
Siapakah sosok yang abadi dalam hati Andrea Raffertha ?
Diubah oleh .raffertha 14-08-2017 05:52
Arsana277 dan 5 lainnya memberi reputasi
6
838K
4.5K
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•51.9KAnggota
Tampilkan semua post
TS
.raffertha
#3897
Part 105
Quote:
Aku terbangun dari tidurku.
Aku terbangun karena getaran dari HPku ini.
Tanda ada telepon masuk.
Ternyata yang tadi itu cuma mimpi.
Quote:
Aku lihat jam dinding dikamarku.
Waktu masih menunjukkan pukul 4 pagi.
Lebih baik aku bersiap dari sekarang.
Aku akan jemput Calista setelah aku sholat shubuh.
Tetapi, aku tidak lupa untuk mengabarkan Aurel.
Quote:
Teleponku dimatikan sepihak olehnya.
Apakah dia cemburu ?
Aku sudah tidak ada waktu lagi.
Aku langsung turun kebawah untuk bersiap berangkat.
Mama : "Pagi banget, Re ?"
Rea : "Iya.. Janjian sama Calista.."
Mama : "Oh.. Dia udah lama ga main kesini.."
Rea : "Baru kemarin, Ma.. Tapi mama sama papa ga ada.."
Mama : "Ya udah.. Kamu mau jemput dia emang nya ?"
Rea : "Iya.. Dia udah bikinin sarapan buat aku.."
Papa : "Tuh, kan.. Nikahin aja udah habis lulus.."
Rea : "Apa sih, Pa.. Aku masih mau kuliah dulu.."
Mama : "Tau nih.."
Papa : "Hehehehehe.. Ya udah sono berangkat.. Kasian tuh anak perawan nungguin.."
Rea : "Iya.. Aku berangkat ya Pa, Ma.. Assalamu 'alaikum.."
Mama : "Wa 'alaikum salam.."
Papa : "Wa 'alaikum salam.."
Aku segera nyalakan motor papaku dan segera berangkat kerumah Calista.
Suasana masih sepi dan udara dingin menusuk tubuhku.
Mungkin karena aku berangkat pukul 5 pagi.
Tak butuh waktu lama untuk sampai disana.
Aku telah berada didepan rumah Calista dan langsung menelponnya.
Quote:
10 menit aku menunggu, akhirnya Calista keluar dari rumahnya.
Dia terlihat lebih cantik dari biasanya.
Jantungku tiba-tiba berdebar hebat dan membuatku gugup.
Benar-benar perasaan ini muncul kembali.
Rea : "Eh.. Calista.."
Lista : "Ya.."
Rea : "Hhmm.."
Lista : "Cepetan.. Nanti keburu macet.."
Rea : "Eh iya.. Pegangan ya.."
Lista : "Pegangan ?"
Rea : "Iya.. Nanti jatoh kalo ga pegangan.."
Lista : "Hahahahahaha.. Pegangan ya.. Kirain peluk.."
Rea : "Peluk ? Eh peluk boleh.."
Lista : "Hahahahaha.. Kamu kenapa sih ? Udah yuk.."
Dia benar-benar memelukku.
Tetapi aku harus berkonsenterasi dalam berkendara agar selamat sampai tujuan.
15 menit perjalanan, sampailah aku disekolah ini.
Lista : "Mau makan dimana ?"
Rea : "Ditempat biasa aku nongkrong aja.."
Lista : "Hhmm.. Sepi ah.."
Rea : "Dimana-mana juga sepi.. Masih jam 6 kurang.."
Lista : "Oh iya ya.. Ya udah ayo.."
Aku berjalan berdua dengannya menuju tempat dimana aku biasa berkumpul dengan temanku dan duduk berdua dengan Aurel.
Lagi-lagi, kami bergandengan tangan.
Ada rasa bersalahku kepada Aurel disini.
Kalau terus seperti ini, hubunganku dengan Aurel juga tidak bagus kedepannya.
Statusku dengan Aurel, tetapi perasaanku berat kepada Calista.
Lista : "Aku buatin nasi goreng, Re.."
Rea : "Wah enak nih.. Aku boleh cobain ?"
Lista : "Boleh.. Kan emang buat sarapan kita.."
Rea : "Ini satu tempat gede kita makan berdua ?"
Lista : "Iya.. Biar kayak orang-orang.. Sepiring berdua biar mesra.. Hahahahahahaha.."
Dia tersenyum.
Senyum yang dulu sempat menghilang kini hadir kembali.
Canda-tawanya kembali seperti dulu.
Dia kembali menjadi Calista yang aku kenal dulu, bukan Calista yang cuek dan acuh tak acuh kepadaku.
Lista : "Kok diem, Re ?"
Rea : "Ah.. Ngga.. Lagi menikmati masakan kamu.."
Lista : "Menikmati apa.. Nyuap juga jarang-jarang.. Sini aku suapin.."
Rea : "Suapin ?"
Lista : "Nih.. Buka mulutnya.. Aaa.."
Wajahnya mendekat.
Aku tak percaya dia benar-benar menyuapiku dengan sesendok nasi bekas mulutnya.
Aku hanya bisa menatap matanya yang indah.
Lista : "Enak ?"
Rea : "Hhmm.. Enak kok.. Masakan kamu kan emang enak.."
Lista : "Ya udah habisin.."
Aku dan Calista segera menghabiskan sisa sarapan kami.
Setelah itu, aku melihat layar HPku untuk melihat jam.
Lista : "Masih lama ya ?"
Rea : "Lumayan.. setengah jam.."
Lista : "Kamu ga belajar buat nanti ?"
Rea : "Fisika ? Aku ga bisa.. Aku pasrah aja nanti atau nyontek temen didepanku.."
Lista : "Hehehehehe.. Kamu bener-bener IPA Sastra ya, Re ? Hahahahahaha.."
Rea : "Hhmm.. Lista.."
Lista : "Iya.."
Rea : "Aku seneng deh hari ini.."
Lista : "Aku juga seneng.."
Rea : "Seneng kenapa ?"
Lista : "Kamu dulu.. Kan kamu yang bilang duluan kalo kamu seneng.."
Rea : "Aku seneng.. Liat senyum kamu.. Liat mata kamu.. Kayak kembali kayak dulu.."
Lista : "Aku juga seneng.. Bisa deket kamu lagi.. Hahahahahaha.."
Rea : "Masalah kemarin aku ketemu Vania.."
Lista : "Kenapa sama Vania ?"
Rea : "Dia bilang kalau jodoh, mau terpisah keadaan atau jarak, pasti akan ketemu lagi dengan cara yang tak terduga.."
Lista : "...."
Rea : "Kayak kita.."
Lista : "...."
Suasana menjadi hening.
Aku dan Calista tak berkata apa-apa.
Sepertinya aku salah untuk membahas hal ini sekarang.
Rea : "Lista.."
Lista : "...."
Rea : "Maaf.. Harusnya aku ga bahas ini.."
Lista : "Ga apa-apa.. Sekarang kita fokus kelulusan aja dulu.. Untuk masalah yang tadi, nanti dipikirin lagi.. Kamu masih punya pacar kan ?"
Rea : "Iya.."
Lista : "Kamu pertahanin dulu aja dia.. Masalah kita berjodoh atau ngga, pasti ketahuan nantinya.."
Rea : "Masuk, yuk.."
Lista : "Ayo.."
Kali ini Calista yang menarik dan menggandeng tanganku.
Kelas kami terpisah jauh.
Kami berjalan bersama hanya sampai di lantai dua saja.
Setelah itu, kami berdua berpisah kekelas masing-masing.
Aku duduk dibangku yang sudah disiapkan oleh panitia ujian.
Didepanku ada teman sekelasku bernama Andisha Laura.
Dia sangat pintar dalam pelajaran IPA, tetapi lemah dalam pelajaran bahasa.
Andhisa : "Re.."
Rea : "Oit.."
Andisha : "Bantuin gw nanti.."
Rea : "Iya tenang aja.. Tapi lo bantu gw Fisika.."
Andhisa : "Ah, gampang.."
Bel sekolah sudah berbunyi.
Tandanya kami semua harus memulai ujian kali ini.
Pelajaran pertama, aku sibuk mengerjakan soal dan menyebar kunci jawaban ke semua teman-temanku.
Aku juga sambil membantu Andhisa menjawab soal.
Hingga akhirnya ujian bahasa Inggris selesai dan berganti pelajaran lain.
Aku tidak bisa mengerjakan soal satupun.
Aku hanya bisa pasrah dan hanya tidur-tiduran saja diatas meja.
Lama kelamaan, aku tertidur pulas.
Andhisa : "ANDREA !"
Rea : "Aduh.. Apa sih.."
Andhisa : "Setengah jam lagi waktu habis.. Lo belom ngisi sama sekali ?"
Rea : "Gw bingung, Dhis.."
Andhisa : "Ini jawaban gw.. Cocokin sama soal lo.."
Rea : "Wah lo bener-bener dewi penyelamat gw, Dhisa.."
Andhisa memberikan lembar soal yang sudah dilingkari jawabannya.
Aku cocokkan dengan lembar soalku.
Hingga akhirnya, aku selesai sebelum bel berbunyi.
Beginilah kisahku pada saat ujian nasional.
Tak usah ditanya bagaimana aku pada saat ujian dihari berikutnya.
Jawabannya sudah pasti dibantu oleh Andhisa.
Bisa dikatakan aku lulus berkat bantuannya.
JabLai cOY memberi reputasi
1
