Biro Detektif Supranatural PSYCH: Prince Charming #2
TS
dianmaya2002
Biro Detektif Supranatural PSYCH: Prince Charming #2
Biro Detektif Supranatural PSYCH: Prince Charming #2
Erick dan Darren kembali dihadapkan dengan seorang psikopat gila pecinta Disney Princess yang menyebut dirinya sebagai PRINCE CHARMING. Korban - korbannya selalu ditemukan dalam berbagai tema Disney Princess, seperti Stella Magnolia yang ditemukan ditepi dermaga dalam balutan kostum mermaid seperti Princess Ariel.
Apakah duo detektif ini dapat menghentikan kegilaan Prince Charming?
Hai Agan dan Aganwati...
Ane balik lagi nih buat posting sequel nya Biro Detektif Supranatural PSYCH
Yang masih penasaran sama Mbak Samantha Reindhaard bakal ane buat tambah penasaran lagi...
di wattpad juga baru sampe chapter 26...
baik wattpad maupun kaskus bakal ane apdet sampe ending....
bagi cendol/ratting/share nya ya gan
makasih
Spoiler for 26:
Malam ini cuaca di Metropolis sangat buruk dengan gerimis lebat dan angin malam yang berhembus cukup kencang. Jalanan sepi hanya satu dua mobil saja yang melintas. Pertokoan yang biasanya buka sampai malam pun terlihat tutup. Tidak ada satu orang pun melintas. Sepertinya warga Metropolis tengah bergelung didalam selimut tebal dan hangat.
Hal seperti itu tidak berlaku pada kepolisian, mereka disibukkan dengan penemuan mayat disebuah hotel cinta yang telah terbengkalai di Distrik T. Hotel cinta adalah hotel yang digunakan oleh pasangan muda mudi diera 80-an dimana perselingkuhan, sex bebas, atau sekedar memenuhi rasa penasaran terhadap hotel ini dapat menyewa kamar – kamar dengan tema tertentu seperti penjara, ruang angkasa dan lainnya. Trend ini tak berlangsung lama hingga akhirnya ditinggalkan karena bangkrut.
Jared mendatangi Bayu yang baru saja turun dari mobil dinasnya.
"Jadi apa yang kau dapatkan?" tanya Bayu pada Jared yang berada dihadapannya.
"Korban bernama Ghania Larasati, pemilik dari Healthy Life Hospital. Seorang tuna wisma menemukannya dalam kondisi yang sangat mengenaskan."
Seorang tuna wisma berjenis kelamin laki – laki masih terduduk dimobil patroli kepolisian. Tubuhnya gemetar hemat. Ketakutan tercetak jelas diwajahnya. Bayu mendekati pria tersebut saat sedang ditenangkan oleh salah satu anak buahnya.
"Bukan saya pembunuhnya Pak! Saya berani bersumpah. Saya kemari hanya ingin numpang tidur." Ujarnya sambil meratap.
Bayu berbisik kepada Jared agar membawa pria tersebut ke panti sosial tentunya setelah diinterogasi. Panti sosial Metropolis akan mengurusnya. Jared mengangguk mengiyakan.
"Seberapa mengerikan mayat kita kali ini?" Bayu mengernyit bingung.
"Sebaiknya anda melihatnya sendiri Chief. PSYCH juga sudah didalam."
Mereka berdua langsung memasuki gedung tua tersebut. Menyusuri lorong panjang yang gelap berbekal lampu senter yang menemani langkah mereka. Beberapa kamar sudah tak berpintu hingga terbuka begitu saja. Bayu melongok kedalam salah satu kamar tersebut sambil menyorotkan senter yang dipegangnya kedalam sana.
Ia melihat tempat tidur berbentuk segi enam dengan kain kusam yang teronggok diatasnya
Ia melihat tempat tidur berbentuk segi enam dengan kain kusam yang teronggok diatasnya. Ruangan tersebut didominasi dengan cat berwarna merah hati yang telah memudar dan berjamur disana sini. Lukisan wanita telanjang yang masih tergantung didinding ruangan terlihat dirambati oleh sarang laba – laba.
"Dekorasinya bagus
"Dekorasinya bagus." Celetuk Bayu. "Tempat ini berjaya pada masanya."
"Apa anda pernah mengunjungi tempat ini?"
"Dulu sekali!" jawabnya singkat lalu keluar dari ruangan tersebut. "Sebaiknya kita bergegas! Bukan waktunya untuk bernostalgia."
Setibanya disana mereka berdua langsung disambut oleh PSYCH.
"Kau telat Chief!" cemooh Erick.
"Ya... Ya... Ya... terserah." Jawab Bayu sambil memutar kedua bola matanya jengah. "Aku akan mengecek korban kita yang cantik itu."
"Chief! Kuatkan hatimu!" ujar Darren sambil menepuk bahunya pelan.
"Memangnya apa yang terjadi dengan korban cantik kita? Apa hancur berkeping – keping seperti mayat Rosyanne? Pliss! Ini hanya seonggok mayat!"Bayu sesumbar.
Ia pun melangkah masuk ke dalam kamar yang menjadi tempat kejadian perkara tersebut. Darren, Erick, Jared dan beberapa polisi lainnya yang tergabung dalam koroner berdiri diluar kamar. Tak sampai satu menit terdengar suara Bayu yang memuntahkan isi perutnya.
"Sudah kuduga." Ujar mereka bersamaan.
Tubuh Ghania Larasati ditemukan terikat dalam keadaan kedua tangan terikat diatas ranjang berbentuk hati yang dilapisi kain putih kotor yang kini telah memerah akibat darah dari tubuh gadis itu. Pada dinding ruangan tertulis "Beauty and The Beast" menggunakan darah. Yang paling mengerikan adalah dada Ghania yang dibelah menjadi dua lalu semua jeroannya dikeluarkan dari dalam sana dan digantung satu per satu disebuah pengait daging yang entah bagaimana dapat terpasang disana.
Anehnya wajah Ghania tidak menampilkan ekspresi ketakutan maupun kesakitan. Sebuah senyuman tercetak jelas diwajahnya yang cantik. Sepertinya Ghania benar – benar menikmati semua penderitaannya sebelum malaikat maut datang menjemputnya.
"Shit!" umpat Bayu setelah keluar dari kamar tersebut. Ia masih terus menutupi hidung dan mulutnya menggunakan sapu tangan putih yang terus dibawanya kemana pun. "Apa kalian tidak mendapatkan petunjuk apa – apa?"
"Tidak ada jejak kaki. Tidak ada sidik jari. Bersih!" ujar Raga seorang koroner kepolisian. "Aku baru saja mengecek website itu dan foto – foto korban telah diunggah kesana dua jam yang lalu."
"..."
"Korban telah mati dua jam yang lalu. Sekilas aku menemukan tusukan benda tumpul pada kemaluannya. Sepertinya korban dan si pembunuh sempat bercinta terlebih dulu sebelum ia dibunuh dengan cara mengerikan seperti ini."
"Bawa mayatnya ke rumah sakit. Siapa tahu saja kita mendapatkan DNA si brengsek Prince Charming itu."
Perbincangan mereka terhenti saat ponsel Erick berdering sangat keras hingga membuat Bayu dan lainnya terdiam. Erick mengeluarkan ponselnya dari dalam saku jaket kulitnya. Ponsel itu berpendar dan pada layar tertera nomor asing yang menghubunginya.
"Halo." Ujarnya setelah menekan tombol hijau dan mengeraskannya dengan mode loudspeaker.
"Akhirnya kau mengangkatnya juga Mr. Detective. Aku kira kau sudah tidak mau menerima telepon dariku lagi." Ujarnya dengan nada bicara yang dibuat – buat. Pria yang meneleponnya tidak lain adalah Prince Charming.
"Apa yang ia lakukan sampai kau membunuhnya dengan keji seperti itu?" tanya Erick menahan amarah.
"Kau menanyakan alasannya?" Prince Charming balik bertanya.
"Jangan menjawab pertanyaan dengan pertanyaan bodoh!"
Terdengar tawa renyah dari ponsel tersebut.
"Kalian harusnya bersyukur karena aku membunuh monster seperti dirinya."
"Apa maksudmu?" tanya Bayu geram.
"Aku akan memberitahu semuanya. Tentunya jika waktunya telah tiba! Ah ya Erick Alcander! Jangan khawatir karena aku menjaganya dengan sangat baik dengan perlakuan yang baik pula."
Sambungan telepon pun terputus.
"Kau tahu arti dari kalimat terakhirnya Erick?" tanya Bayu sambil menatap Erick yang berdiri dihadapannya. "Siapa yang dijaga olehnya?"
"Itu bukan urusanmu Chief." Jawab Erick singkat sebelum melangkah pergi keluar dari gedung tua tersebut.
***
Erick menatap nyalang jalan panjang yang terhampar dihadapannya. Mereka berdua memutuskan untuk pulang saja dan membiarkan polisi mengambil alih investigasi. Sesekali Darren yang duduk dibelakang kemudi menengok kearahnya. Memastikan bahwa sahabatnya ini sedang tidak sedang kesurupan.
"Apa yang ada dipikiranmu?" tanyanya
"Banyak hal."
"Salah satunya?"
"Kekuatan clairvoyance-ku yang tidak dapat digunakan sama sekali. Sepertinya si brengsek itu sengaja memasang penghalang agar aku tidak dapat melihat kejadian masa lalu yang terjadi pada si korban."
"..."
"Ia seperti tidak ingin aku mengetahuinya atau mungkin si brengsek itu tengah menyiapkan kejutan besar untuk kita. Jujur saja sampai saat ini pun aku belum tahu motif apa yang membuat para gadis itu dijadikan sebagai korban ritual terkutuk ini."
"Tujuh dosa mematikan! Semua manusia tidak luput dari ketujuh dosa ini walaupun ia seorang pemuka agama tersuci sekalipun. Aku yakin para gadis itu memiliki sisi kelam yang tidak diketahui orang lain dan itu yang menyebabkan mereka menjadi korban Prince Charming."
"Jadi kau membelanya?" cibir Erick.
"Bukan begitu! Aku hanya menempatkan diriku pada posisi si pembunuh. Jika hal itu benar maka ia akan dianggap pahlawan oleh seluruh rakyat Metropolis."
***
Gadis itu tengah memandangi rintik – rintik hujan yang jatuh membasahi Metropolis dari balik jendela kaca besar sebuah apartemen mewah. Jari – jari lentiknya mengusap kaca yang memantulkan refleksi dirinya. Seorang pria bertelanjang dada berjalan mendekatinya dan memeluk tubuhnya dari belakang. Pria itu menelusupkan kepalanya dicerukan leher sang gadis. Menghirup aromanya dalam – dalam. Memeluknya erat seakan enggan melepaskannya sedetik pun.
"We both have demons, that we can't stand! I love your demons, like devils can." bisiknya lembut tepat ditelinga gadis itu.
Ia hanya tersenyum singkat. Memejamkan matanya sambil mengusap lembut kepala si pria. Memejamkan matanya sebelum akhirnya si pria membawa gadis tersebut kedalam gendongannya. Gadis tersebut adalah Samantha dan si pria adalah salah satu dari orang yang berperan sebagai Prince Charming.
***
Sori lama apdetnya ...
dikit amat thor... makin kesini dikit aja apdetnya, udah mau ending sih XD
ane mau tanya gimana ya caranya ganti judul? mau ane tambahin #End klo udah kelar nanti