- Beranda
- Stories from the Heart
Biro Detektif Supranatural PSYCH: Prince Charming #2
...
TS
dianmaya2002
Biro Detektif Supranatural PSYCH: Prince Charming #2
Biro Detektif Supranatural PSYCH: Prince Charming #2
Erick dan Darren kembali dihadapkan dengan seorang psikopat gila pecinta Disney Princess yang menyebut dirinya sebagai PRINCE CHARMING. Korban - korbannya selalu ditemukan dalam berbagai tema Disney Princess, seperti Stella Magnolia yang ditemukan ditepi dermaga dalam balutan kostum mermaid seperti Princess Ariel.
Apakah duo detektif ini dapat menghentikan kegilaan Prince Charming?
Apakah duo detektif ini dapat menghentikan kegilaan Prince Charming?
Hai Agan dan Aganwati...
Ane balik lagi nih buat posting sequel nya Biro Detektif Supranatural PSYCH
Yang masih penasaran sama Mbak Samantha Reindhaard bakal ane buat tambah penasaran lagi...
ini akun wattpad ane Anthazagoraphobia
karya ane:
Biro Detektif Supranatural PSYCH : Pieces #1
The Haunted Hotel La Chandelier
bagi cendol dan rate nya ya
DAFTAR ISI
Spoiler for Index:
Diubah oleh dianmaya2002 07-03-2017 13:20
zeref13 dan 5 lainnya memberi reputasi
6
16.9K
Kutip
80
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
31.6KThread•42.7KAnggota
Tampilkan semua post
TS
dianmaya2002
#49
Spoiler for 21:
***
Jackson berjalan menyusuri koridor panjang lalu ia berhenti didepan sebuah pintu besar yang tertutup rapat. Tangan tuanya yang mulai keriput meraih gagang pintu dan membukanya secara perlahan. Jackson mengerutkan dahinya saat melihat tiga orang pria dewasa tertidur dalam berbagai pose yang menggelikan. Pria tua itu berjalan kearah jendela dan menyingkap tirai tersebut.
Seberkas sinar mentari pagi yang menyilaukan membuat Erick mengerjap – ngerjapkan matanya. Memaksanya untuk terbangun dan kembali ke dunia nyata.
"Bangun gentleman!" keluhnya sambil mengguncang tubuh Darren dan Leon secara bersamaan. "Atau aku akan menyiram kalian dengan segelas air es yang dingin."
Leon dan Darren mengerang bersamaan. Mereka benci jika tidurnya diganggu seperti ini tapi sepertinya Jackson tidak peduli akan hal itu. Setelah tugas membangunkan ketiga pria tersebut selesai, Jackson langsung undur diri. Kembali ke pantry untuk menyiapkan sarapan untuk mereka.
Setengah jam kemudian, tiga bujangan tersebut duduk dimeja konter sambil menikmati sandwich buatan Jackson. Mereka makan dengan hening sampai tidak menyadari sosok wanita muda yang dari tadi berdiri mematung di depan pintu pantry.
"Selamat pagi Nona Alcander! Anda mau sarapan apa?" tanya Jackson sambil tersenyum ramah.
Ketiga pria itu langsung menengok mengikuti arah mata Jackson.
"Duduklah disebelahku." Ujar Erick ramah tanpa kata – kata pedas dan sarkastik yang biasa tersisip disetiap perkataannya. Jujur saja, Erick yang ramah membuat dirinya kebingungan.
Ada sedikit keraguan dalam dirinya tapi tak membuat dirinya berhenti berjalan mendekati Erick.
"Jadi anda mau sarapan apa?" tanya Jackson lagi.
"Apa saja yang kau buat." Jawab Samantha singkat.
Jackson menyodorkan sepiring fritata hangat dan juga segelas jus jeruk pada gadis itu. Tak lama kemudian, ponsel Erick yang ditaruh tepat dihadapannya berbunyi nyaring. Tak ada nama yang tertera dilayar ponsel tersebut. Hal tersebut membuatnya was – was.
"Angkat telepon itu!" ujar Darren yang terganggu dengan deringannya yang menulikan telinga.
Erick pun langsung menyambar ponsel tersebut lalu menekan tombol hijau.
"Halo."
"Kenapa lama sekali? Apa kau takut denganku?"
Pemilik suara tersebut membuat Erick menegang. Kalian pasti dapat menebaknya, siapa lagi kalau bukan Prince Charming. Darren dan Leon menghentikan kegiatan mereka, lalu menatap Erick penasaran. Erick mengedikkan kepalanya, memberikan isyarat pada mereka bertiga untuk mengikutinya. Menjauh dari Jackson dan pelayan lainnya. Ruang perpustakaan kembali menjadi pilihannya.
"APA MAUMU?" bentak Erick dengan suara keras.
"Jangan marah – marah seperti itu Bung!" ujar Prince Charming santai. "Sebentar lagi kurirku akan tiba disana untuk mengantar undangan Masquerade Party dan juga ada hadiah kecil untuk gadisku."
"..."
"Aku menunggu kedatangan kalian!"
Sambungan telepon itu pun terputus begitu saja. Tidak menunggu lama, terdengar suara bel rumah Erick yang berbunyi nyaring. Mereka berempat pun berlari menuju pintu depan hingga membuat beberapa pelayan yang sedang bersih – bersih kebingungan.
Darren yang sampai duluan langsung memegang gagang pintu dan menariknya hingga pintu terbuka. Tepat dihadapannya telah berdiri seorang pria berseragam jingga terang lengkap dengan logo perusahaan ekspedisi pengiriman. Pria tersebut membawa sebuah kotak besar ditangannya lalu menyerahkannya pada Darren kemudian pingsan begitu saja. Erick dan Leon langsung memapah pria tersebut kedalam rumah dan membaringkannya disofa yang terletak di ruang tamu.
"PANGGIL DOKTER!" teriak Erick pada beberapa pelayan yang ada disana.
Kini kurir tersebut sedang diperiksa oleh Tirta, dokter pribadi keluarga Alcander. Menurutnya kurir tersebut menderita dehidrasi dan kelelahan saja sehingga harus istirahat total untuk mengembalikan kesehatan tubuhnya. Setelah sadar, kurir tersebut seperti kebingungan.
"Kenapa aku bisa disini?"
"Apa kau tidak mengingat apa – apa?" Pertanyaan Erick hanya dijawab dengan gelengan lemah.
"Siapa yang pengirim paket ini?" tanya Darren.
Sekali lagi kurir berjenis kelamin pria tersebut menggelengkan kepalanya sebagai tanda bahwa ia benar – benar tak mengingat apa – apa. Setelah keadaannya membaik, kurir tersebut langsung diperbolehkan pulang. Lagi pula mereka tidak mendapatkan informasi apapun darinya. Kini perhatian mereka bertiga beralih pada kotak besar yang diantar oleh kurir misterius tersebut. Erick pun langsung membukanya.
Didalam kotak besar tersebut terdapat sebuah gaun panjang berwarna hitam beserta topeng berwarna hitam dan juga sebuah amplop kecil berwarna hitam. Erick memberikan amplop hitam tersebut kepada Leon yang berdiri tepat disebelahnya. Leon pun membuka surat itu dan membacanya.
"Untuk gadisku tercinta. Aku harap kau menyukai gaun tersebut. Malam ini aku akan mengajakmu untuk berdansa. Bernostalgia. Mengingat semua kenangan lama antara kita berdua. Aku tidak sabar menunggu kedatanganmu. Dari seorang yang selalu mengagumi dan mencintaimu. Prince Charming."
Semua orang yang berada disana terdiam. Termasuk Samantha.
"Sebenarnya ada hubungan apa antara kau dan Prince Charming?" tanya Leon yang bingung. "Apa kalian saling mengenal?"
Samantha hanya diam tak berminat untuk menanggapi pertanyaan beruntun Leon. Erick dan Darren sekarang tengah menatapnya intens ingin meminta penjelasan mengenai ini semua. Namun sebelum mereka memberikan pertanyaan beruntun pada Samantha, Leon kembali menemukan sebuah surat yang ditujukan untuk PSYCH.
"Hey! Ada surat untuk kalian berdua."
"Baca!" perintah Darren
"Untuk dua detektif pembela kebenaran yang berusaha untuk menangkapku. Kali ini aku akan memberikan kejutan yang berbeda dari yang biasanya. Dipesta itu aku juga mengundang beberapa pengikut DEMONS. Anggap saja pesta ini sebagai ajang perkenalan kami kepada tamu terhormat seperti kalian. Bagaimana? Seru bukan? Oh ya aku juga meninggalkan teka teki untuk korban selanjutnya. Berhubung aku sangat sibuk maka aku tidak sempat untuk meperbarui websiteku."
Leon pun menyodorkan kertas berisi teka teki itu kepada Erick.
"Sial!" umpat Erick setelah membacanya
"Sial!" umpat Erick setelah membacanya. Lalu matanya terpaku pada sebuah quote singkat yang tertulis tepat dibawah barisan teka - teki itu. "No Fear.No Surprise. No Hesitation. No Doubt." ucap Erick lagi. "Apa maksud kata – kata ini?"
"Miyamoto Musashi." Jawab Darren. "Seorang Ronin dan juga ahli pedang berkebangsaan Jepang."
"Lalu untuk apa ia mengutip kata – kata tersebut?" tanya Erick bingung.
"Samurai!" jawab Samantha tiba – tiba hingga membuat ketiga pria tersebut menatapnya. "Ia akan mengenakan kostum Samurai."
"Kau pasti tahu kan jawaban dari teka teki itu?" desak Erick sambil menatapnya tajam hingga Samantha tak bergeming sedikit pun hingga akhirnya ia pasrah dan mengangguk.
"Mulan!"
***
Sementara itu Yamaguchi yang sedang menikmati pijat shiatsu dari salah seorang terapis langganannya diganggu oleh kedatangan Kaito dan Yuri yang tak lain adalah dua tangan kanan kepercayaannya.
"Kalian menganggu sekali." protesnya sambil berbaring tengkurap dan wajah menelungkup. "Kalau tidak penting sebaiknya kalian pergi dari sini."
"Ini penting! Sangat penting!" ujar Yuri.
Desakkan Yuri membuat Yamaguchi bangkit dari ranjangnya lalu menatap gadis yang juga berprofesi sebagai pembunuh bayaran Klan Yamaguchi tersebut.
"Nani?" (trans: apa?)
Yuri menyerahkan selembar surat pada Yamaguchi. Isi surat tersebut membuat bos Yakuza tersebut memucat.
"Dia meminta kita untuk datang." Ujar Kaito membuka pembicaraan.
"Kita harus datang." Ucap Yamaguchi dengan tatapan meyakinkan.
"Tapi apa ini bukan jebakan? Ia sangat berbahaya Yamaguchi-san. Dia telah berubah." Yuri cemas.
"Bagaimanapun dia sekarang, dia tetap bagian dari kita! Dan sebagai saudara kita wajib untuk membawanya kembali." Jawab Yamaguchi penuh keyakinan.
"Bagaimana jika ia menolak?" tanya Kaito.
"Korosh!" perintah Yamaguchi secara gamblang dan tak dapat ditawar lagi. (trans: bunuh saja) "Lebih baik dia mati ditangan kita daripada menempuh jalan sesat seperti itu."
"Ada satu masalah lagi Yamaguchi-san." Ujar Kaito sambil menunduk dan sesekali menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal.
"Apa lagi?"
"Pihak kepolisian masih memata – matai kita secara sembunyi – sembunyi." Sambung Yuri sambil tersenyum.
Yamaguchi terdiam. Kasus kematian si Stella belum menemui titik terang jadi dia akan terus diawasi oleh pihak kepolisian walaupun saat itu ia telah membuat perjanjian dengan si tua Bayu.
"Aku punya rencana!" ujar Yuri tiba – tiba namun terselip keraguan disana. "Aku rasa kau tidak akan mau melakukannya."
"Katakan!"
"Tapi ini sedikit gila."jelasnya lagi kali ini dengan hati – hati.
"Yuri-chan! Kaito-kun! Tatap aku!" ujar Yamaguchi sambil menatap dua orang kepercayaan yang berdiri tepat dihadapannya. "Apa aku terlihat waras?"
Yuri dan Kaito saling memandang lalu mereka berdua kembali menatap Yamaguchi yang masih duduk dihadapan mereka. Mereka berdua pun menggelengkan kepala secara bersamaan. Sama – sama mengakui jika pria dihadapan mereka adalah pria yang kurang waras.
"Bagus! Sekarang katakan rencana brilian tersebut."
***
Sudah lebih dari empat menit dimana sorang Don Geraldine duduk bersila dengan mata terpejam sambil menahan nafas didalam dinginnya air kolam renang. Ini adalah salah satu cara dimana ia dapat menjernihkan pikiran dan menggapai ketenangan walau itu hanya sejenak. Di menit ke lima, ia mulai membuka kedua matanya lalu berenang ke permukaan dengan nafas tersengal – sengal.
Martin menyambutnya dengan memberikan sehelai handuk bersih pada pria yang pernah menyelamatkan nyawanya. Kenangan sepuluh tahun yang lalu pun mulai menari – nari dipikirannya. Saat itu Martin yang masih berusia 15 tahun adalah sosok anak laki – laki yang lemah dan tidak pernah melawan saat diganggu oleh anak lainnya. Martin kecil juga selalu mendapat perlakuan yang tidak baik oleh ayah tirinya.
Pertemuan mereka terjadi disebuah gang sempit dimana Martin sedang dipukuli oleh berandal – berandal kecil yang sok jago. Donny menghajar mereka semua dengan tangan kosong hingga terkapar tak berdaya.
"Bangun! Kau anak laki – laki! Kau harus kuat! Simpan air matamu! Kau bukan wanita."
Perkataan Donny selalu terngiang – ngiang dikepalanya. Berputar dan terus berputar bagai musik hingga akhirnya secara tak sengaja mereka bertemu lagi disebuah taman. Saat itu Donny sedang berbaring kelelahan setelah menghajar berandalan yang mencoba memalaknya.
"Kau lagi! Apa berandalan itu masih menganggumu?"
"Bolehkah aku ikut denganmu?"
"Apa aku tidak salah dengar?"
Martin menggelengkan kepalanya dengan mantap.
"Hidup yang kujalani sangat berbahaya dan sangat tidak cocok denganmu. Pulanglah! Ibumu pasti sudah menunggumu."
"Ibuku meninggal dua hari yang lalu dan aku tinggal bersama ayah angkatku. Sepertinya ia tidak menungguku pulang karena terlalu sibuk dengan pacar barunya."
Donny bangkit dari tempatnya berbaring lalu berdiri tepat didepan Martin. Ia menatapnya dengan intens. Kedua mata Martin menyiratkan keseriusan tanpa sedikit pun keraguan.
"Baiklah! kau boleh ikut tapi dengan satu syarat."
"Apa?"
"Kau harus setia padaku!"
Hari itu adalah awal dari segalanya. [flasback end]
Donny menepuk pundak Martin. Menyadarkannya dari memori masa lalu yang berputar bagai film.
"Kau melamun!"
"Maaf Don! Hanya teringat masa lalu."
Donny hanya terdiam tak berniat untuk menanggapinya lebih jauh. Tiba – tiba ponsel yang ia taruh diatas meja berbunyi. Donny pun langsung menggapainya.
"Halo!"
"Hai Don Geraldine! Semoga saja aku tidak mengganggu aktifitasmu."
Donny hanya tersenyum. Sekarang ia sedang berbicara dengan rivalnya dalam urusan percintaan. Siapa lagi kalau bukan Prince Charming. Pria asing yang ingin sekali merebut kekasih hatinya.
"Apa maumu?"
"Malam ini aku akan membawanya pergi darimu. Untuk selamanya!"
"Kalau begitu aku hanya harus menggagalkan rencanamu kan?"
"Coba saja kalau bisa!"
Sambungan telepon itu pun terputus. Donny meremas ponselnya lalu melemparnya kearah dinding hingga hancur.
"Martin! Siapkan beberapa orang terbaik kita!"
"..."
"Kita akan melaksanakan misi khusus."
"Misi apa itu? jika aku boleh tahu."
"Melindungi kekasihku yang akan direbut oleh mantannya!"
***
bagi vote dan komennya ya...
0
Kutip
Balas