- Beranda
- Stories from the Heart
The Bartender
...
TS
cgyp
The Bartender
Quote:
The 1st
Gw suka nongkrong bareng teman-teman gw, tapi biasany tongkrongan gw yang menengah ke bawah aja, untuk hemat budget di kota orang ini, maklum gw anak perantauan, jadi harus bisa pintar memilih dan memilih kebutuhan sehari-hari, agar tidak gigit jari di akhir bulan nanti
Mungkin gw bisa dibilang kuper atau pemilih, karena sekian lama gw krja di kantor gw yang sekarang, gw cuma punya 1 temen yang gw percaya, itupun karena dia adalah teman gw dari SMA, lebih tepatnya sahabat terbaik gw sebut saja namanya Mela, sebenarnya teman gw satu-satunya ini bisa dibilang gila, dalam artian ketika gw bareng sama dia, kami berdua pasti akan selalu tertawa, tapi jika serius, ya serius, nah sayangnya temen gw ini alim parah sehingga gak bisa gw ajak nongkrong sehabis pulang kerja, bisa sih, namun mungkin hanya di kantin kantor atau tempat makan lainnya, karena memang hobby dia adalah makan, sesuai dengan perkembangan badannya yang signifikan melebar
Gw pun terpaku pada rutinitas sehari-hari gw, pulang tenggo (teng langsung go, alias jam 5 sore) dari kantor dan bermain online game di kosan, bertahun-tahun lamanya gw jalani rutinintas ini, karena gw sekarang gak punya teman untuk nongkrong lagi, teman-teman tongkrongan gw hilang satu persatu dalam dunianya, tinggallah gw yang hidup dalam dunia gw sendiri, online gamer yang masih berskill new entry
Dulunya gw sering nongkrong, sekedar menghabiskan waktu di kfc, atau karaokean Bersama teman-teman gw, tapi semenjak salah satu teman gw resign dari kantor ini, jadilah terurai berai pertemanan kami, semuanya jadi sibuk sendiri-sendiri dengan dunianya, anyway setidaknya saat ini gw masih bisa hidup bahagia dengan dunia gw
Hingga suatu saat, di kantor gw terjadi reorganisasi alias perubahan organisasi besar-besaran yang menyebabkan gw dipindah bagian, sebenarnya masih dalam 1 GM, namun berbeda Manager, dan bertemulah gw dengan seorang teman yang gw anggap gw rasa cukup nyambung dengan gw, karena kami memiliki banyak kesamaan yaitu tidak suka dengan bos yang sekarang, iya gw dan dia berpayung pada satu Manager yang sama, Manager cewek yang masih single dan kaya di dalam usia fortiesnya
Nama temen baru gw ini Lisa, awal mula perkenalan, gw berbincang-bincang tentang hobby dia, dan dari situ gw tahu bahwa hobby dia adalah nongkrong sepulang kantor, sambil menunggu macet, persis dengan hobby gw beberapa abad yang lalu
Awal mula cerita ini adalah Lisa ini hanya minta tolong gw untuk menemani dia di tempat tongkrongannya yang high class menurut gw, gw menemani dia hanya untuk menunggu teman Lisa yang lain, dan ketika nanti teman Lisa datang, gw pun dimintanya untuk pergi, mungkin dia ingin membicarakan hal lain yang serius dengan temannya, sehingga gw disuruh pergi
Lisa : Cin kamu pulang kantor kemana?
Gw : gak kemana-mana mbak, ada apa?
Lisa : mau nemenin aku nongkrong gak?
Gw : boleh
Lisa : ini aku nungguin temenku, tapi nanti kalau temenku datang kamu pulang ya
Gw : oh gitu.. yawda gak apa-apa, aku temenin
Lisa : makasih yaaa, nanti jam 5 teng kita langsung cabut
Gw : okkey
Karena gw bukan tipe org yang baper dan berpikiran negatif, gw iya-kan saja keinginan Lisa karena toh gw juga udah lama gak nongkrong, lumayan menghabiskan waktu sebentar di tempat tongkrongan high class ini, dimana aqua (literally equil lebih tepatnya) saja harganya 50 ribu rupiah
Well hal ini berlangsung beberapa hari berurutan sehingga entah kenapa gw merasa gw dan Lisa saling cocok untuk berteman, jangan salah paham, gw bukan modus atau naksir Lisa karena gw ini cewe juga, jadilah kami sering nongkrong bareng dan menghabiskan waktu sehabis pulang kantor di bar semi resto itu, sebut saja nama barnya d'L (=baca di-eL) bar
Sedikit tentang Lisa, dia ini adalah seorang single parent dengan 1 anak yang sudah ABG, usianya pun terpaut jauh di atas gw, Cuma entah kenapa gw merasa nyambung aja sama dia, dia banyak bercerita tentang kehidupannya, tentang anaknya, tentang rekan lelakinya, sedangkan gw, gw tidak banyak bercerita tentang hidup gw, karena ya meski gw merasa nyambung tapi gw masih belum bisa trust sepenuhnya ke Lisa, soalnya kami baru kenal
flashback sejenak, ketika pertama kali gw menemani Lisa ke d'L bar, gw kaget, karena semua bartendernya sudah kenal akrab dengan Lisa, bahkan tak jarang mereka saling bercanda layaknya kawan lama, atau bahkan Lisa menggoda para bartender ini dalam sisipan candaannya, ini hal baru bagi gw, karena gw bukan tipe orang seperti Lisa, gw gak pernah akrab dengan orang-orang atau waitress dimana gw menghabiskan waktu untuk nongkrong, ibaratnya bagi gw, tempat tongkrongan itu hanya media untuk bertemu teman-teman gw, media untuk saling bercerita dan sharing pengalaman dengan teman-teman gw, bukan sarana untuk gw kenal dekat dengan orang-orang pegawai di situ
back to masa kini, karena seringnya gw nongkrong bareng Lisa, jadilah gw akrab juga dengan bartender di bar itu, meski gw tidak bisa seakrab dan selepas Lisa dalam berbicara pada mereka, masih ada semacam tembok firewall di dalam diri gw yang melarang gw untuk masuk terlalu dalam ke dunia Bartender ini, selain itu gw datang ke tempat ini memang untuk nongkrong Bersama Lisa, bukan untuk mencari cowok, apalagi berkenalan dekat dengan bartender yang bertugas di sana, meski gw akui, secara penampilan dan kerapian, cukup rapi bartendernya, tidak ada yang berwajah lusuh atau menggerutu, namun tidak ada dalam benak gw sedikitapiun untuk punya perasaan lebih atau bahkan memiliki kekasih bartender, kalau kata orang india tum nehi jana (tidak akan pernah)
kenapa gw bisa Bahasa india? Karena gw suka film india waktu SD, tepatnya gw suka semua film Shahrukh Khan, ok skip
Setidaknya dalam hati gw, cukuplah para bartender di situ tahu, kalau gw ini adalah teman Lisa yang sering nongkrong bareng Lisa, that's it, mereka tidak perlu tahu lebih banyak tentang gw, karena tidak ada gunanya juga bagi gw atau bagi mereka, my story is for me, my journey is for me, not them
Yang gw kagumi juga dari sosok Lisa adalah dia mampu menghafal seluruh nama bartender itu satu per-satu, baik itu nama asli, maupun nama panggung atau nama sebutannya, para bartender di sana pun tak segan-segan untuk sekedar bercanda dan menggoda Lisa, layaknya kawan lama yang sudah tidak lama berjumpa, selain itu Lisa juga mampu berkenalan dengan orang asing (bule) dan dengan cepatnya dia akrab dengan orang asing tersebut, lalu bertukar kartu nama, tak heran mayoritas teman-teman Lisa adalah bule atau orang dari negara antah berantah, keren juga ya
Back to Bartender, kalau gw disuruh ingat namanya satu-persatu, gw gak akan pernah ingat nama para bartender di bar itu, karena memang banyak personelnya, dan lagi-lagi karena karakter gw yang sok jenius dan sok eksklusif dimana gw memposisikan diri bahwa hanya hal-hal dan orang-orang penting saja yang boleh melekat di kepala gw, dan mengenal bartender menurut gw tidak penting... setidaknya saat itu...
Kalau saat ini?
Diubah oleh cgyp 22-02-2017 16:02
anasabila memberi reputasi
1
5.3K
22
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•51.9KAnggota
Tampilkan semua post
TS
cgyp
#15
The 2nd
Bar d’L ini terletak di dekat kantor gw, jadi kadang gw sering lewat di depannya ketika gw pergi ke mini market di sebelah bar itu untuk membeli sesuatu, tapi tidak pernah terpikirkan di benak gw bahwa gw akan bisa dan betah nongkrong di bar ini bersama Lisa
bar ini sebenarnya bukan pure bar, melainkan resto yang ada meja barnya, jadi kira-kira jika kita menggunakan rasio, 60% space di bar itu adalah resto, 30% adalah meja bar, dan 10% nya adalah tempat bartender meracik minuman, tempatnya cukup luas dan nyaman, target pasarnya adalah orang expatriat, itulah kenapa harganya juga bukan harga pribumi
yang dijualpun macam2, mulai dari makanan hingga minuman, dari minuman yang ringan hingga minuman yang tidak ringan, iya minuman yang bisa membuat kepala kita berat, semuanya ada di sana, oh iya 1 yang tidak ada di bar ini, yaitu minuman chocolate, minuman kesukaan gw, jadi ya mau tidak mau gw harus memesan minuman selain itu
hal yang unik dari bar ini adalah ada hari-hari tertentu dimana bar ini mendatangkan DJ pada pukul 9 ke atas untuk memeriahkan suasana, contohnya let say setiap hari selasa dan kamis
jadi pasti hari selasa dan kamis, bar ini berubah menjadi seperti night club di atas jam 9 ke atas, dan bisa ditebak, banyak bule-bule yang mencari mangsa disana, dan ba nyak juga wanita-wanita yang mencari pemangsa, namun semuanya tidak terlihat karena sekali lagi ini bar untuk kalangan menengah ke atas, dimana pengunjungnya harus mengenakan dress dan sepatu, jadi ya cukup manner orang-orang yang datang ke sana
pernah suatu saat hal ini menjadi bahan pembicaraan gw dan Lisa saat kami nongkrong
Lisa : tau gak cin di sini itu juga banyak yang ‘jualan’ lho
Gw : oh.. masa mbak?
Lisa : iya
Gw : mb Lisa taunya gimana?
Lisa : ya kamu lihat aja coba, beda kok keliatan
Gw : iya bedanya di mana mbak? Perasaan semua rapi-rapi pakaiannya
Lisa : nih ya, kalau cewek, pakaian seksi, tas kecil, harum mewangi, muka keliatan seger, itu yang jualan, kalau orang kantor seperti kita, se-seger-seger-nya pasti masih keliatan lusuh, karena habis ngantor, iya khan?! Coba deh perhatikan
Karena menurut gw, gw masih tidak bisa membedakan mana yang lusuh dan mana yang tidak, akhirnya gw jawab
Gw : oh gitu ya mbak?
Lisa : iyaaa
Gw : trus emang pasti dapet?
Lisa : ya gak tau, lu pikir gw mami-nya?!
Gw : hahaha, ya kali…
Berbicara mengenai Bahasa, sebenarnya baik Lisa maupun gw terbiasa menggunakan Bahasa gaul Jakarta dimana kata ganti aku dan kamu berubah menjadi gw dan lu, namun dalam konteks ini, karena mungkin adat jawa gw yang agak kental, untuk setiap orang yang berusia di atas gw, gw selalu menggunakan Bahasa aku kamu, sehingga kadang orang yang gw ajak ngomong pun mengikuti gaya gw, tapi kadang juga menggunakan kebiasaan mereka, so dalam percakapan antara gw dan Lisa, kadang Lisa menggunakan Bahasa “gw dan lu” ke gw, sedangkan gw selalu menggunakan Bahasa “aku dan mbak”, karena sekali lagi, mengucap kata “kamu” untuk orang yang lebih tua itu, menurut adat jawa adalah kasar, jadi gw tidak pernah menggunakan kata itu
Back to d’L, gw merasa mendapatkan sudut pandang baru di sini, lebih tahu mengenai kehidupan luar yang pola hidupnya menengah ke atas, tahu tentang sosok bartender yang selama ini hanya bisa gw liat di film-film FTV Indonesia, atau di video klip music barat, tahu tentang karakter-karakter orang yang mengunjungi bar ini, dan masih banyak lagi pengetahuan yang gw dapatkan di sini
sebenarnya kalau gw boleh memilih, gw lebih suka duduk di meja (Bahasa kerennya open table), maksudnya meja resmi di restonya dari pada duduk di meja barnya, tapi Lisa lebih suka duduk di meja barnya karena dia suka ngobrol-ngobrol dengan bartendernya, padahal menurut gw yang di obrolin pun tidak penting, tapi ya.. kembali lagi..
karena gw di bar ini atas ajakan Lisa, dan karena Lisa berusia 10 tahun di atas gw, mau gak mau gw yang harus ngikuti dia untuk duduk di kursi bar dengan dia, meski tak jarang gw dicuekin karena dia sibuk dengan para bartender atau berkenalan dengan bule-bule di sekitarnya atau bule-bule di whatsap contactnya
gw gak ambil pusing masalah itu, karena ya ini resikonya kalau gw ikut Lisa, kalau sudah peristiwa peng-kacang-an itu terjadi, biasanya gw pun buka HP untuk memainkan game yang ada di hp gw, anehnya Lisa selalu notice kalau mulai memainkan game yang ada di HP gw, biasanya seperti ini
Lisa : cin, nongkrong itu jangan maen HP, hargai yang ada di sekitarmu, kamu tuh selalu sibuk dengan duniamu, berubahlah kalau kamu mau dihargai orang, bla bla bla (ini lumayan panjang pidatonya, Cuma bagian ini aja yang gw ingat, intinya gw gak boleh maen HP)
Dalam hati gw, lah lu sendiri nyuekin gw, sibuk dengan cowok-cowok di sekitar lu, sekarang gw maen HP gak boleh, tapi itu hanya dalam hati, awalnya gw Cuma bisa bilang
Gw : iya mbak, bentar ini 1 game
Tapi tahu sendiri karakter orang yang merasa dirinya jauh lebih dewasa, dengan nada yang mulai perlahan naik setengah demi setengah oktaf,
Lisa : gw gak suka ya kalau ada orang nongkrong, trus pada maenan HP, kita di sini untuk ngobrol, kalau Cuma mau maen HP sendiri ya ngapain kesini, lu di kosan aja sono
Memang kadang-kadang kata-kata Lisa tajam dan menusuk relung hati gw, tapi gw malas berdebat dengan sesama wanita, apalagi yang lebih tua, pasti gw kalah, akhirnya
Gw : oke, oke, yok ngobrol…
Dan ketika gw menutup aplikasi di HP gw, Lisa pun kembali ngobrol dengan cowok-cowok di sekitarnya
But anyway, gw tetap menikmati suasana bar ini, hiruk pikuk yang ada di dalamnya (kalau sedang rame), bagaimana para bartender menyajikan minuman, bagaimana tamu-tamu bersikap antara satu sama lain, dan tak lupa gw selalu melakukan observasi di tengah ke-diam-an gw, kira-kira siapa yang jadi manager atau supervisornya disini, kira-kira bagaimana system berkarirnya di bar ini
dan begitulah gw, gw tipe orang sok jenius yang selalu berusaha memikirkan hal yang bermanfaat dalam otak gw, meski gw dalam situasi yang tidak tepat, seperti saat ini contohnya, ketika gw di bar d'L gw malah memikirkan bagaimana mereka melakukan koordinasi dan system billing apa yang mereka gunakan, dibuatnya menggunakan program apa, dan bagaimana maintenancenya, dan banyak lagi hal yang ada di kepala gw
sampai akhirnya tanpa gw sadari, perlahan-lahan tapi pasti, pikiran gw tertuju pada para bartendernya..
Bar d’L ini terletak di dekat kantor gw, jadi kadang gw sering lewat di depannya ketika gw pergi ke mini market di sebelah bar itu untuk membeli sesuatu, tapi tidak pernah terpikirkan di benak gw bahwa gw akan bisa dan betah nongkrong di bar ini bersama Lisa
bar ini sebenarnya bukan pure bar, melainkan resto yang ada meja barnya, jadi kira-kira jika kita menggunakan rasio, 60% space di bar itu adalah resto, 30% adalah meja bar, dan 10% nya adalah tempat bartender meracik minuman, tempatnya cukup luas dan nyaman, target pasarnya adalah orang expatriat, itulah kenapa harganya juga bukan harga pribumi
yang dijualpun macam2, mulai dari makanan hingga minuman, dari minuman yang ringan hingga minuman yang tidak ringan, iya minuman yang bisa membuat kepala kita berat, semuanya ada di sana, oh iya 1 yang tidak ada di bar ini, yaitu minuman chocolate, minuman kesukaan gw, jadi ya mau tidak mau gw harus memesan minuman selain itu
hal yang unik dari bar ini adalah ada hari-hari tertentu dimana bar ini mendatangkan DJ pada pukul 9 ke atas untuk memeriahkan suasana, contohnya let say setiap hari selasa dan kamis
jadi pasti hari selasa dan kamis, bar ini berubah menjadi seperti night club di atas jam 9 ke atas, dan bisa ditebak, banyak bule-bule yang mencari mangsa disana, dan ba nyak juga wanita-wanita yang mencari pemangsa, namun semuanya tidak terlihat karena sekali lagi ini bar untuk kalangan menengah ke atas, dimana pengunjungnya harus mengenakan dress dan sepatu, jadi ya cukup manner orang-orang yang datang ke sana
pernah suatu saat hal ini menjadi bahan pembicaraan gw dan Lisa saat kami nongkrong
Lisa : tau gak cin di sini itu juga banyak yang ‘jualan’ lho
Gw : oh.. masa mbak?
Lisa : iya
Gw : mb Lisa taunya gimana?
Lisa : ya kamu lihat aja coba, beda kok keliatan
Gw : iya bedanya di mana mbak? Perasaan semua rapi-rapi pakaiannya
Lisa : nih ya, kalau cewek, pakaian seksi, tas kecil, harum mewangi, muka keliatan seger, itu yang jualan, kalau orang kantor seperti kita, se-seger-seger-nya pasti masih keliatan lusuh, karena habis ngantor, iya khan?! Coba deh perhatikan
Karena menurut gw, gw masih tidak bisa membedakan mana yang lusuh dan mana yang tidak, akhirnya gw jawab
Gw : oh gitu ya mbak?
Lisa : iyaaa
Gw : trus emang pasti dapet?
Lisa : ya gak tau, lu pikir gw mami-nya?!
Gw : hahaha, ya kali…
Berbicara mengenai Bahasa, sebenarnya baik Lisa maupun gw terbiasa menggunakan Bahasa gaul Jakarta dimana kata ganti aku dan kamu berubah menjadi gw dan lu, namun dalam konteks ini, karena mungkin adat jawa gw yang agak kental, untuk setiap orang yang berusia di atas gw, gw selalu menggunakan Bahasa aku kamu, sehingga kadang orang yang gw ajak ngomong pun mengikuti gaya gw, tapi kadang juga menggunakan kebiasaan mereka, so dalam percakapan antara gw dan Lisa, kadang Lisa menggunakan Bahasa “gw dan lu” ke gw, sedangkan gw selalu menggunakan Bahasa “aku dan mbak”, karena sekali lagi, mengucap kata “kamu” untuk orang yang lebih tua itu, menurut adat jawa adalah kasar, jadi gw tidak pernah menggunakan kata itu
Back to d’L, gw merasa mendapatkan sudut pandang baru di sini, lebih tahu mengenai kehidupan luar yang pola hidupnya menengah ke atas, tahu tentang sosok bartender yang selama ini hanya bisa gw liat di film-film FTV Indonesia, atau di video klip music barat, tahu tentang karakter-karakter orang yang mengunjungi bar ini, dan masih banyak lagi pengetahuan yang gw dapatkan di sini
sebenarnya kalau gw boleh memilih, gw lebih suka duduk di meja (Bahasa kerennya open table), maksudnya meja resmi di restonya dari pada duduk di meja barnya, tapi Lisa lebih suka duduk di meja barnya karena dia suka ngobrol-ngobrol dengan bartendernya, padahal menurut gw yang di obrolin pun tidak penting, tapi ya.. kembali lagi..
karena gw di bar ini atas ajakan Lisa, dan karena Lisa berusia 10 tahun di atas gw, mau gak mau gw yang harus ngikuti dia untuk duduk di kursi bar dengan dia, meski tak jarang gw dicuekin karena dia sibuk dengan para bartender atau berkenalan dengan bule-bule di sekitarnya atau bule-bule di whatsap contactnya
gw gak ambil pusing masalah itu, karena ya ini resikonya kalau gw ikut Lisa, kalau sudah peristiwa peng-kacang-an itu terjadi, biasanya gw pun buka HP untuk memainkan game yang ada di hp gw, anehnya Lisa selalu notice kalau mulai memainkan game yang ada di HP gw, biasanya seperti ini
Lisa : cin, nongkrong itu jangan maen HP, hargai yang ada di sekitarmu, kamu tuh selalu sibuk dengan duniamu, berubahlah kalau kamu mau dihargai orang, bla bla bla (ini lumayan panjang pidatonya, Cuma bagian ini aja yang gw ingat, intinya gw gak boleh maen HP)
Dalam hati gw, lah lu sendiri nyuekin gw, sibuk dengan cowok-cowok di sekitar lu, sekarang gw maen HP gak boleh, tapi itu hanya dalam hati, awalnya gw Cuma bisa bilang
Gw : iya mbak, bentar ini 1 game
Tapi tahu sendiri karakter orang yang merasa dirinya jauh lebih dewasa, dengan nada yang mulai perlahan naik setengah demi setengah oktaf,
Lisa : gw gak suka ya kalau ada orang nongkrong, trus pada maenan HP, kita di sini untuk ngobrol, kalau Cuma mau maen HP sendiri ya ngapain kesini, lu di kosan aja sono
Memang kadang-kadang kata-kata Lisa tajam dan menusuk relung hati gw, tapi gw malas berdebat dengan sesama wanita, apalagi yang lebih tua, pasti gw kalah, akhirnya
Gw : oke, oke, yok ngobrol…
Dan ketika gw menutup aplikasi di HP gw, Lisa pun kembali ngobrol dengan cowok-cowok di sekitarnya
But anyway, gw tetap menikmati suasana bar ini, hiruk pikuk yang ada di dalamnya (kalau sedang rame), bagaimana para bartender menyajikan minuman, bagaimana tamu-tamu bersikap antara satu sama lain, dan tak lupa gw selalu melakukan observasi di tengah ke-diam-an gw, kira-kira siapa yang jadi manager atau supervisornya disini, kira-kira bagaimana system berkarirnya di bar ini
dan begitulah gw, gw tipe orang sok jenius yang selalu berusaha memikirkan hal yang bermanfaat dalam otak gw, meski gw dalam situasi yang tidak tepat, seperti saat ini contohnya, ketika gw di bar d'L gw malah memikirkan bagaimana mereka melakukan koordinasi dan system billing apa yang mereka gunakan, dibuatnya menggunakan program apa, dan bagaimana maintenancenya, dan banyak lagi hal yang ada di kepala gw
sampai akhirnya tanpa gw sadari, perlahan-lahan tapi pasti, pikiran gw tertuju pada para bartendernya..
0
