- Beranda
- Stories from the Heart
Biro Detektif Supranatural PSYCH: Prince Charming #2
...
TS
dianmaya2002
Biro Detektif Supranatural PSYCH: Prince Charming #2
Biro Detektif Supranatural PSYCH: Prince Charming #2
Erick dan Darren kembali dihadapkan dengan seorang psikopat gila pecinta Disney Princess yang menyebut dirinya sebagai PRINCE CHARMING. Korban - korbannya selalu ditemukan dalam berbagai tema Disney Princess, seperti Stella Magnolia yang ditemukan ditepi dermaga dalam balutan kostum mermaid seperti Princess Ariel.
Apakah duo detektif ini dapat menghentikan kegilaan Prince Charming?
Apakah duo detektif ini dapat menghentikan kegilaan Prince Charming?
Hai Agan dan Aganwati...
Ane balik lagi nih buat posting sequel nya Biro Detektif Supranatural PSYCH
Yang masih penasaran sama Mbak Samantha Reindhaard bakal ane buat tambah penasaran lagi...
ini akun wattpad ane Anthazagoraphobia
karya ane:
Biro Detektif Supranatural PSYCH : Pieces #1
The Haunted Hotel La Chandelier
bagi cendol dan rate nya ya
DAFTAR ISI
Spoiler for Index:
Diubah oleh dianmaya2002 07-03-2017 13:20
zeref13 dan 5 lainnya memberi reputasi
6
16.9K
Kutip
80
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
31.6KThread•42.6KAnggota
Tampilkan semua post
TS
dianmaya2002
#41
Spoiler for 17:
Kepala Erick tertunduk. Amarah, kesal, kecewa karena kegagalan menghinggapi dirinya. Adegan demi adegan mengerikan itu masih terus berputar dikepalanya seperti film. Ia menghantam tembok disekelilingnya sebagai pelampiasan kekesalan hingga buku – buku jarinya terluka.
"Kau hanya menyakiti dirimu sendiri idiot!" cibir Luna yang tengah berbaring diatas sebuah bangku panjang di lorong rumah sakit.
Setelah kejadian itu, Erick, Darren dan lainnya dibawa oleh petugas medis ke rumah sakit. Mereka hanya terkena luka ringan kecuali Darren yang mengalami luka tembak hingga harus menjalani operasi kecil untuk mengangkat peluru yang bersarang dilengannya.
"Erick! Ayo." Ujar Devon sambil menepuk bahunya. "Sebaiknya kita ke kafetaria. Kita semua butuh asupan tenaga banyak."
Erick tak bergeming sama sekali. Ia masih berdiri sambil menghadap tembok rumah sakit dan sesekali membenturkan dahinya pelan sambil memejamkan kedua bola matanya. Sampai Erick merasakan tarikan pelan pada ujung jeans-nya lalu ia menundukan kepalanya. Erick begitu terkejut ketika melihat sesosok mahluk berlumuran darah. Tubuhnya hanya sampai pada bagian pinggang dengan usus terburai. Mahluk itu terus menarik ujung jeans Erick sambil merintih memilukan meminta pertolongan pada dirinya. Hampir seluruh arwah penasaran tersebut mengalami kematian yang cepat hingga tak sadar jika mereka telah mati. Arwah – arwah tersebut menangis dan merintih meminta pertolongan pada orang – orang yang masih hidup, sayangnya tidak semua orang memiliki kelebihan untuk berinteraksi dengan mereka.
Devon menepuk bahu Erick perlahan hingga akhirnya ia memilih untuk mengikuti langkah keempat temannya menuju kafetaria. Ia tidak mau berlama – lama di selasar UGD bisa – bisa ia tidak dapat makan selama seminggu karena melihat hal – hal menjijikkan dan juga mencium aroma darah yang membuat mual.
Luna mengekor dibelakang Erick sambil sesekali mengernyit jijik karena arwah – arwah tersebut berusaha untuk menyentuh tubuh Luna. Seperti yang kalian tahu jika binatang dapat melihat mahluk tak kasat mata.
Kafetaria rumah sakit terlihat sepi. Hanya mereka berempat saja yang berada disana sambil menikmati segelas kopi hangat. Azka meletakkan empat bungkus roti yang baru saja dibelinya disebuah minimarket 24 jam yang terletak tepat disebelah kafetaria. Samantha baru saja mengganti pakaiannya yang basah dengan sebuah kemeja kebesaran dan sebuah boxer berwarna hitam milik Darren.
"Ehmm..." Azka berdehem kecil berusaha membuka pembicaraan. "Sepertinya kita harus mengevaluasi kasus ini."
Perhatian Erick teralih pada Azka.
"Apalagi kau baru muncul setelah dua kasus pembunuhan telah terjadi." Ujar Azka pada Erick. "Baiklah kita mulai dengan Stella Magnolia."
"..."
"Seperti yang kau tahu jika Stella adalah pekerja seks komersil di Golden Lotus dan kami sempat mencurigai Yamaguchi sebagai seorang yang membunuhnya."
"Dan kecurigaan kami ternyata salah." Sambung Devon yang sedari tadi diam.
"Kami juga menginterogasi teman kerja Stella dan aku menemukan fakta jika Stella sangat dibenci oleh mereka."ujar Rasyid entah sejak kapan telah berada tepat dibelakang Erick.
"Sejak kapan kau berdiri disitu?" tanya Erick yang terkejut.
"Sejak aku melihat kalian berjalan sangat cepat meninggalkan UGD menuju kemari." ujar Damian yang ternyata sudah ada disebelah Rasyid. Mereka berdua pun duduk disana bergabung dengan Erick, Devon, Samantha, dan Azka. "
Damian bercerita bahwa awalnya Stella atau Eti adalah wanita yang sangat baik dan sopan. Semua orang yang bekerja di Golden Lotus sangat menyayanginya bahkan para anggota Klan Yamaguchi yang notabene dikenal sebagai yakuza kejam dan tak segan – segan untuk membunuh jika terancam. Namun peringai Stella berubah saat ia menjadi salah satu anak asuhan Madam Viola. Ia menjadi sombong dan tamak akan harta.
"Stop! Aku sudah mendengar cerita itu dari Darren." ujar Erick sambil mengayunkan tangannya. "Apa tidak ada petunjuk lain?"
Damian termenung. Mencoba mengingat kembali semua informasi yang ia dapatkan saat menginterogasi penghuni Golden Lotus.
"Ah ya aku ingat! Pria mengerikan bernama Kenpachi mengatakan padaku bahwa suatu hari ia mendengar Stella berteriak ditelepon. Sepertinya ia marah kepada seseorang."
"Kau tidak tahu siapa yang berbicara dengannya ditelepon?" tanya Devon penasaran.
"Hmm... sepertinya keterangan Kenpachi masih memiliki benang merah dengan keterangan si sexy Kattareya. Ughh... Semoga saja suatu saat nanti aku bisa berkencan dengannya."
"Fokus Rasyid!" cibir Azka yang sedari tadi diam.
"Baik... baik...!" ujar Rasyid menghela nafas panjang. "Kattareyya berkata padaku bahwa beberapa kali ibu Stella meneleponnya untuk menanyakan keadaan putri sulungnya yang telah lama tak menghubungi mereka. Kat memberitahu Stella tentang hal ini dan gadis itu marah besar karena Kat yang terlalu ikut campur dengan urusan pribadinya."
"Envy!" ujar Samantha lirih.
Erick melirik Samantha yang duduk disebelahnya. "Apa maksudmu?"
"Terkadang manusia terlalu sibuk melihat keatas hingga lupa untuk bersyukur dengan apa yang telah diperolehnya." Lanjut gadis itu.
"Kau benar Nona Alcander. Beberapa rekan kerja Stella berkata bahwa gadis itu tidak menyukai Kat. Iri karena banyak pria yang selalu mencarinya dan menghujaninya dengan hadiah – hadiah mewah sementara Stella hanya melayani pria – pria pas – pasan." Jelas Rasyid lagi.
"Anehnya semua perangkat komunikasi seperti laptop dan ponsel Stella raib begitu saja." Tambah Damian. "Makanya kami kesulitan mencari informasi lengkap tentangnya." Sambil menggaruk belakang kepalanya yang tak gatal.
"Korban kedua bernama Azalea Smith pemilik Rajatha Group yang bergerak dibidang properti. Aku bertanya pada semua karyawan yang bekerja untuknya. Katanya Azalea adalah pemimpin yang sangat berambisi, arogan, dan sangat keras." ujar Rasyid.
"Bukankah ia sedang berkonfrontasi dengan warga Distrik I karena berniat menggusur rumah mereka untuk dijadikan sebagai kompleks apartemen dan hunian mewah untuk kalangan menengah keatas." Ujar Azka setelah meletakkan gelas kopi miliknya.
"Aku juga dengar bahwa ia bersitegang dengan adiknya yaitu Cassandra Smith memperebutkan tahta Smith Enterprises setelah ayahnya Marco Smith yang berkebangsaan Amerika meninggal karena sakit."jelas Damian sambil meremas bungkus roti ditangannya. "Sekretarisnya sendiri yang berkata kepadaku saat aku menginterogasinya."
"Greed." Ujar Samantha lirih.
Erick beranjak dari tempat duduknya.
"Ayo kita pergi!" ujarnya pada Samantha.
"Kalian berdua mau kemana?" tanya Devon.
"Golden Lotus! Mencari petunjukku sendiri dan sebaiknya kalian tidak usah ikut. Para yakuza klan Yamaguchi itu pasti tidak akan suka apalagi waktu itu Bayu menangkapnya tanpa ada bukti kuat."
Samantha berjalan mengikuti Erick sambil membawa Luna dipelukannya. Azka hanya menatap punggung mereka hingga mengecil dan tak terlihat lagi.
***
Yamaguchi duduk disebuah sofa empuk berwarna merah yang berada di ruang VVIP ditemani oleh seorang wanita yang bergelayut manja dilengannya. Ekspresi wajahnya datar tanpa ekspresi padahal wanita yang disebelahnya meraba tubuhnya agresif. Tubuhnya berada disini tapi pikirannya melayang jauh memikirkan hal lain.
Ada beberapa hal yang tengah mengganggu pikirannya. Pertama karena omzet Golden Lotus yang menurun drastis walaupun Bayu telah menarik mata – matanya sepertinya mereka masih takut untuk hangout disana. Sebagai bos, dirinya harus memikirkan kesejahteraan anak buahnya. Kedua, Mikail Reindhaard menyabotase penjualan heroinnya. Sebenarnya ia bisa saja membalas perlakuan Mikail namun saat ini dirinya masih diawasi oleh pihak kepolisian.
"Kalian berdua boleh pergi." Ujar Yamaguchi pada kedua wanita seksi yang sedari tadi menemaninya. "Biarkan aku sendiri."
Jika hal ini dibiarkan terus menerus maka wibawanya sebagai pemimpin Klan Yamaguchi akan dipertanyakan oleh berbagai pihak terutama para musuh yang terus berusaha untuk menjatuhkannya.
"Wajahmu lusuh sekali."
Sapaan singkat itu membuat Yamaguchi mendongak dan menatap pria berjas hitam dihadapannya. Ia tersenyum. Ada sedikit perasaan terhibur ketika melihat sahabatnya datang.
"Kau pasti sudah tahu apa alasannya."
"Everything gonna be okay! Trust me!" ujar Donny sambil menuang wine ke dalam gelasnya.
Perbincangan mereka terhenti ketika sesosok wanita cantik mengenakan jaket kulit kedodoran menghempaskan tubuhnya disamping Donny. Pria itu menatapnya kebingungan.
"Sepertinya kau mengalami malam yang berat." Ujarnya sambil menelisik penampilan berantakan sosok wanita disampingnya. "Dan kau sangat... bau! Jangan bilang kau berjalan didalam saluran air lagi."
"Tidak! kali ini aku dipaksa menceburkan diri kedalam kolam renang yang dipenuhi sampah dan ganggang." Jawab wanita yang tak lain adalah Samantha.
"Baumu dapat membuat klub ku semakin bangkrut Samantha!" cibir Yamaguchi. "Dimana dua idiot itu?"
"Erick ada di ruang rias. Darren terkapar dirumah sakit karena lengannya tertembak."
"Pasti masalah Stella Magnolia." Ujar Yamaguchi. Jujur saja ia sudah mulai muak mendengar nama wanita itu. "Sebaiknya kau mandi. Aku akan menyuruh Viola untuk mengantarmu membersihkan diri."
Viola datang sambil menyunggingkan senyuman genit menggoda kearah Donny. Pria itu membalas senyumannya dengan kedipan mata nakalnya. Namun senyuman Viola memudar saat matanya bertemu pandang dengan gadis yang duduk disebelah Donny. Senyuman itu digantikan oleh tatap mata tajam yang menyiratkan ketidaksukaan.
"Antar dia untuk membersihkan diri dan juga berikan pakaian bersih."
Wanita paruh baya itu hanya mengangguk mengiyakan perintah Yamaguchi. Ia pun berjalan diikuti oleh Samantha dibelakangnya.
***
Erick menatap sekeliling ruang rias tersebut. Terdapat enam buah meja rias dengan lampu yang menyala. Diatas meja rias tersebut terdapat banyak alat makeup yang biasa digunakan oleh para wanita. Ia berjalan perlahan memasuki ruangan bercat putih tersebut lalu duduk disalah satu kursi yang ada didepan meja rias tersebut. Luna tidur dipangkuannya.
Ia mulai memejamkan mata sambil berkonsentrasi. Tangannya meraba meja rias tersebut sampai dirinya terhisap masuk kedalam sebuah lubang hitam yang membawanya kembali ke masa lalu tempat itu.
Flashback
Suara tawa wanita terdengar ke seluruh penjuru ruangan hingga membuat Erick membuka kedua matanya yang tertutup. Kali ini ia disuguhi pemandangan wanita – wanita seksi yang hanya mengenakan bra dan stoking. Mereka tengah sibuk berdandan.
"Wow! Coba setiap flashback adegannya begini terus." Ujarnya sambil menyunggingkan senyuman nakal.
"Dasar pria mesum!" cibir Luna yang berdiri tepat dibawah kakinya.
Erick hanya mendengus sebal lalu kembali memusatkan perhatiannya pada adegan – adegan semi porno dihadapannya. Ia hanya seorang pria biasa yang akan tergoda dengan keseksian dihadapannya.
"Jeng tahu gak kemaren si Eti menghadap mami." Ujar seorang wanita berambut pirang berambut cokelat gelap yang mengenakan bra hitam ketat hingga isinya nyaris tumpah.
"Emang dia ngapain Ren?" tanya wanita berbra pink yang ukuran dadanya tak kalah besar.
"Dia pengen jadi pramuria kayak kita." Sambar seorang wanita berbra peach yang tak kalah seksi-nya.
"Mami Viola sama Kattareyya kan udah baik banget sama dia. Apa masih kurang juga?" ujar yang lainnya.
"Namanya manusia gakan pernah puas apalagi kalo udah ketempelan setan sirik."
Flashback pun berganti. Kini ruang rias dihadapannya terlihat kosong tanpa ada satu orang pun disana. Raut wajah kecewa tercetak jelas diwajah Erick.
"Padahal aku masih mau cuci mata."
Luna hanya mendengus sebal namun saat kucing kecil itu ingin berkomentar, seorang gadis berpakaian minim memasuki ruangan itu. Wajahnya terlihat kesal. Saking kesalnya ia melempar dompet yang ada digenggamannya kearah cermin hingga cermin itu retak.
Erick mengenali gadis itu sebagai mermaid cantik yang ditemukan di dermaga kampung nelayan. Sayangnya kecantikan gadis itu ditutupi oleh makeup yang cukup tebal.
"Kenapa selalu dia yang mendapatkan semuanya?! Apa aku kurang cantik?? Menyebalkan!"
Keluhannya terhenti saat mendengar ponselnya berdering. Gadis itu menyambar ponselnya lalu menekan tombol hijau. Nama yang tertera dilayar ponselnya membuatnya melupakan kekesalannya.
"Kau... disini? Apa kita bisa bertemu?"
"..."
"Ayolah.. aku ingin bertemu denganmu."
"..."
"Baiklah. Aku akan segera kesana."
"..."
"Jangan matikan teleponnya. Sebagai bukti jika kau tidak mempermainkanku."
Stella berjalan berlari keluar dari ruang rias itu. Erick dan Luna mengikutinya. Terlihat Stella bersusah payah menembus kerumunan orang yang tengah meliukkan tubuhnya dilantai dansa. Ponselnya masih menempel lekat dikuping kanannya. Langkahnya terhenti didepan salah satu kursi bar yang tengah ditempati oleh seorang pria berjas hitam.
"Hi! I'm Prince Charming. Nice to meet you Stella. You look so gorgeous!"
***
"Kamar mandi ada disana." tunjuk Madam Viola ke sebuah pintu yang terdapat disudut ruangan. "Kau boleh memakai baju – baju yang ada di kloset itu." ujarnya lagi.
Sepeninggal Viola, Samantha langsung melucuti pakaiannya dan berjalan menuju kamar mandi. Air hangat yang mengucur dari shower membuatnya nyaman. Otot – ototnya yang menegang perlahan mengendur. Ia terkejut saat sebuah tangan kurus melingkar dipinggangnya.
"Aku benar – benar merindukanmu. Sayangnya saat ini aku tidak dapat menghabiskan waktuku bersamamu."
"..."
"Aku harus pergi sebelum detektif itu mengungkap jati diriku."
"Apa yang akan kau lakukan?"
"Membungkam dirinya selama – selamanya."
Sosok pria itu menghilang begitu saja meninggalkan Samantha yang masih berusaha menetralkan degupan jantungnya yang tak beraturan.
Samantha menyambar handuk putih yang ia gantungkan dibelakang pintu. Lalu dengan cepat melilitkannya untuk menutupi tubuh telanjangnya dan berjalan keluar dari kamar Viola. Seakan tak peduli dengan tatapan para pria yang tertuju padanya, ia terus melangkah menuju ruang rias dimana Erick berada.
Beberapa pria sempat mengabadikan dirinya menggunakan kamera berponsel tapi Samantha tak mempedulikannya. Sampai tiba – tiba ia menabrak dada bidang seorang pria hingga terjatuh.
"Apa yang ada dipikiranmu sampai berlarian ke seluruh klub hanya berbalut handuk seperti itu?"
Pria itu adalah Keichiro Yamaguchi.
"Erick dalam bahaya."
***
minta Vote nya donk...
makin kesini votenya dikit banget...
next part besok di apdet deh kalo udah kelar...
yang nunggu Balada Rockstar sabar ya... lagi kejar dua part sekaligus biar bisa post double...
0
Kutip
Balas