- Beranda
- Stories from the Heart
Sales, salahkah?
...
TS
cgyp
Sales, salahkah?
Quote:
The First
Seminggu lagi gw diwisuda S1, bahagia rasanya, namun satu kekhawatiran muncul : trus setelah ini apa? Kemana?
Lowongan lowongan lowongan, cuma itu yang terbersit di otak gw sewaktu gw bolak balik Koran edisi Maret 2010 ini, sampai akhirnya gw menemukan
"Dibutuhkan tenaga bla bla bla (banyak banget), tdk butuh pengalaman, min sma/d3/s1"
You know what I do next lah ya... 😃
--
"Ibu Cindi melamar untuk bagian IT admin ya?" Tanya si calon boss gw sewaktu interview
"Iya pak"
Standard interview berlanjut hingga akhirnya,
"Baiklah, tidak apa meski masih minggu depan lulus kuliahnya, besok Mb Cindi kesini lagi ya untuk menjalani test awal", mungkin karena tahu gw masih unyu-unyu, gw jadinya dipanggil mbak
"Baik pak"
--
"Nanti Mb Cindi akan dipandu oleh Mb Neri (bukan nama sebenarnya), testnya berupa kegiatan lapangan"
"Baik pak"
Gw masih gak kepikiran mau kek gimana testnya, sampai akhirnya gw dibawa sama Mb Neri ini ke sebuah perumahan di kota surab#y#
'tok 'tok 'tok
Salah satu pintu penduduk diketuk oleh Mb Neri, gw masih diem
"Hai selamat pagi bu, saya dari relawan kesehatan mau mengadakan bakti sosial kesehatan gratis, masuk dulu ya bu..", ujar Mb Neri dengan semangatnya ketika pintu dibuka oleh empunya rumah
"Jadi bu, ini alatnya untuk bakti sosial ini, namanya bantal ajaib (disamarkan lagi yee), caranya gini (sambil Mb Neri praktekin), tapi inget lho bu ini ndak dijual, cuma untuk bakti sosial hari ini saja, gimana bu? Enak mboten?", Wah keren banget ini Mb Neri bisa sksd kek gini ke orang yang baru dikenal
"Ooo ndak di jual ya mbak? Nek beli gitu piroan harganya Mb?" Tanya si Ibu
"Wahhh mahal ini bu, 1,5 juta, lagipula kan saya bilang ndak dijual bu, nanti Ibu cari ke apotik aja" ujar Mb Neri
"Oh gitu ya Mb? Mahal ya... Apotik mana mbak yg jual? Enake bantal ajaibnya" sambil merem si Ibu ngomongnya
"Baiklah bu karena saya ndak bisa lama-lama, saya mau pamit dulu, nah tapi sebelumnya saya mau tanya, Ibu sekarang umur berapa?" Tanya Mb Neri
"63 mbak" jawab si Ibu
Lali tiba-tiba Mb Neri menyalami tangan si Ibu
"Wahhh kebetulan, alhamdullilah bu, kami lagi ada program pembagian bantal ajaibnya ini untuk 2 orang warga yang berusia di atas 60 tahun, kebetulan ini tinggal satu, tadi satunya dah kami bagi untuk mbah sardi di ujung jalan sana" dengan semangat dan masih menyalami tangan si Ibu, mb Neri berujar
Stop! Pause bentar!
Pikir gw, kapan ke mbah sardinya? Oh mungkin kemarin, tapi kok Mb neri bilang 'tadi'? Atau mungkin sebelum nganter gw, dy nganter pelamar kerja lainnya? Oh iya bisa bisa, masuk masuk, oke lanjut
Lalu Mata si Ibu berbinar-binar
"Beneran mbak? Bantal ajaibnya buat saya? Wahhh makasih lho mbak" kata si Ibu
"Iya bu beneran, nah bu Isi biodata ini ya..." kata Mb Neri sambil menyerahkan selembar kertas, lalu Mb Neri kelanjutan
"Nah bu coba lihat ini tulisannya, bantalnya beneran kan harganya 1,5juta?! Karena ini hadiah, Ibu tahu hadiah kan?! Yang seperti di tivi-tivi itu lho bu, jadi Ibu cuma harus bayar pajaknya aja 10% yaitu 150rb, sedikit thooo bu?"
Widih sadis.. jadi ini maksudnya bagi-bagi subsidi gitu Kali ya ke masyarakat, tapi kok mirip jualan ya.. ah positif positif, gw pengen lulus Tes lapangan ini
"Jadi saya harus bayar Mb?" Tanya si Ibu
"Pajaknya aja bu 150rb, ayo bu saya tunggu, ini subsidi terbatas lho bu, Ibu kan sudah ngisi biodata juga"
Tuh kan bener subsidi, apa kata gw, mungkin gw diuji untuk berpikir positif Dan tahu cara berkomunikasi dengan orang lain, sip sip
Kira-kira subsidi ini harus di ambil gak yah? Trus kalau si Ibu gak mau gimana? Ini kok si Ibu diem aja? Ini subsidi apa jualan sih? Eh iya harus positif, ini subsidi!
Dan kami masih menunggu keputusan si Ibu....
Diubah oleh cgyp 18-02-2017 15:09
weihaofei dan 16 lainnya memberi reputasi
17
48.1K
315
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•51.9KAnggota
Tampilkan semua post
TS
cgyp
#252
The 48th
Nihil, ternyata Anna pun sudah pindah dari kosnya, pintu pagar kosnya tertutup rapat dan ketika gw menanyakan ke tetangga di sekitar, ternyata Anna sudah pindah sejak gw pulang kampung kemarin, pupus sudah harapan gw untuk bertemu Anna, ingin rasanya gw ke Jenny, namun sayang gw tidak tahu dimana rumahnya
Gw hanya bisa termenung di tengah kesendirian gw, seberat inikah kenyataan yang gw hadapi, kehilangan kru yang sangat gw sayangi, kru yang gw build dengan susah payah, kru yang selalu membuat hati gw ceria dan semangat setiap pagi datang ke kantor
Banyak kenangan-kenangan antara gw, Anna, dan Jenny yang gak bisa gw lupakan, gw ingin mengulang lagi kenangan itu dengan mereka, gw ingin mereka ada di sini sekarang, tapi ternyata mereka gak ada, apakah ini mimpi? Bagaimana cara gw terbangun dari mimpi buruk ini? Ini mimpi atau bukan? Gw mulai ragu dengan kenyataan yang ada, gw merasa ini tidak seharusnya terjadi dalam diri gw, seharusnya bukan ini scenario hidup gw, bukan ini
Sekarang pupus sudah harapan gw disini, gw merasa sangat-sangat jatuh dengan kepergian Anna dan Jenny, gw tidak bisa melihat jalan gw ke depan gimana, semuanya terlalu gelap untuk gw, dan gw terlalu lelah untuk memulai lagi semuanya dari awal
Masih ada Arig, namun seperti 3/4 jiwa gw hilang dengan kepergian Anna dan Jenny, hari-hari gw lalui dengan berat, entah kenapa meski sudah seminggu atau 2 minggu berlalu, bayangan Anna dan Jenny masih menari-nari di otak gw
Kadang gw berharap bisa menemui mereka di Alun-alun, atau tidak sengaja bertemu mereka di warnet, atau tidak sengaja bertemu mereka di toko baju, begitu banyak ketidaksengajaan yang gw harapkan terjadi agar gw bisa bertemu Anna dan Jenny sekali lagi
Tapi tidak satupun yang terjadi, mereka seperti benar-benar ditelan bumi, tidak ada kabar, tidak pernah membalas SMS atau telpon gw, apa mungkin mereka sudah pindah dari sini? Apa mungkin mereka sudah menemukan pekerjaan dan kehidupan yang lebih baik di luar sana?
Tanpa sadar gw mulai tidak peduli dengan Arig, gw mulai tidak peduli apakah dia nantinya juga akan give up atau tidak, gw mulai berkomunikasi seperlunya dengan Arig, pitching-pun gw sendiri, gw tidak mau terlalu dekat dengan Arig, karena gw tidak mau terlalu terluka jika nanti ternyata di kemudian hari, Arig ninggalin gw
Cukup sudah Anna dan Jenny yang melukai hati gw dengan kepergian mereka, gw tidak mau hati gw terluka lagi, gw mulai berpikir untuk mengakhiri semua impian dan harapan gw di perusahaan ini, karena menurut gw, gw bisa mendapatkan yang lebih baik dari ini
Gw pitching Cuma separuh hari, jadi separuh hari gw, gw habiskan di warnet untuk memperbaiki CV gw, gw mulai menjalin komunikasi dengan teman-teman gw di sana, teman SMA, teman kuliah, semuanya gw hubungi untuk menanyakan info lowongan kerja, tak lupa juga gw searching di situs-situs jejaring lowongan kerja di Internet
Gw harus pergi dari sini, gw merasa sudah cukup banyak ilmu gw di sini, sudah hampir setahun gw di sini, memang mimpi gw jadi Manager hancur dan belum sempat gw capai karena give-up nya 2 kru kesayangan gw, tapi gw punya mimpi yang lebih besar ini, gw harus bisa jadi manager sungguhan di sebuah perusahaan besar yang setidaknya gw punya gaji tetap di sana
Gw kembali mengumpulkan semangat gw untuk pergi dari sini, tentunya tanpa sepengetahuan babeh Muklas, bagaimana dengan babeh Muklas cin? Apa kamu tega meninggalkan dia di sini sendirian? Ahhhh perang batin itu sudah lama berkecamuk di dalam diri gw, dan kali ini gw jawab dengan sangat tegas di hati gw, IYA!
Di kantor gw mulai bisa tersenyum lagi, gw mulai bisa beraktivitas seperti biasa lagi, seperti tidak ada apa-apa, Arig pun mulai gw gandeng lagi, iya karena gw sudah membuat plan baru dalam hidup gw, dan gw yakin dengan plan gw kali ini, ini adalah plan yang baik demi kebaikan gw di masa yang akan datang
Ternyata virus “give up” ini menular kemana-mana, bukan hanya team gw saja yang jatuh, team Soli dan Ike pun ternyata banyak yang give-up dan tiba-tiba menghilang, tentunya dengan berbagai macam alasan dan permasalahannya, gw tidak mau ikut campur karena itu adalah urusan internal team
Gw bisa lihat Soli dan Ike cukup tegar menghadapi ini, seperti ini adalah suatu hal yang biasa bagi mereka, mereka biasa ditinggal oleh kru mereka sendiri, mereka biasa jatuh bangun membangun kru, mereka tidak punya pilihan untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik, sedangkan gw? gw masih punya pilihan dengan background gw, gw pasti bisa dapatkan yang lebih baik dari ini
Singkat cerita, babeh Muklas mengalami kejatuhan team, dia tidak berhasil membuat Alfred dan Bunda Atin menjadi Asisten Manager karena sikap mereka berdua (Alfred dan Bunda Atin) tidak mencerminkan sikap leader yang sportif, sudah beberapa kali Soli dan Ike mengadu ke babeh Muklas untuk mengeluarkan Alfred dan bunda Atin karena di anggap racun oleh mereka, ya beberapa orang team mereka ada yang di racuni sehingga memutuskan untuk give up di tengah jalan
Tapi itulah babeh Muklas, keputusannya mutlak, karena rasa sayangnya pada Alfred dan bunda Atin, babeh tetap mempertahankan ke-dua makhluk itu di kantor, dan ternyata keputusan dia salah, membawa petaka ke seluruh krunya, sekarang kru babeh Muklas tinggal sedikit, karena banyak leader di bawah Soli yang give up, omzet penjualanpun menjadi sedikit
Seringkali babeh Muklas mencoba bonding dengan gw dengan mengatakan “jangan tinggalin babeh ya”, namun hati gw sudah tidak di sini, memang di depan dia gw selalu berkata iya, namun jauh di dalam lubuk hati gw, gw akan meninggalkan dia, cepat atau lambat, gw hanya tinggal menunggu saat yang tepat saja untuk bisa pergi dari sini
Lagipula lingkungan di sini sudah tidak mendukung lagi, gw merasakan banyak efek negative sampai kebodohan fatal yang pernah gw lakukan untuk pengejaran gw, gw ingin berubah, dan gw harus pergi dari sini
Saat yang di nanti-pun akhirnya tiba, Tuhan mendengar doa gw, ada ultimatum dari babeh Syarief di pusat bahwa all kru babeh Muklas akan melakukan expansi ke Malang, jadi harus pindah ke Malang, karena kantor di Madiun sudah tidak productive lagi untuk memenuhi biaya operational kantor
Ini saat yang tepat untuk gw pergi, dengan berbekal alasan motor, akhirnya gw bilang ke babeh bahwa gw ingin naik motor sendirian ke Malang, jadi nanti langsung bertemu saja di Malang, agar lebih cepat, sebenarnya tidak hanya gw yang naik motor ke Malang, Soli dan Ike juga naik berencana motor ke Malang, jadi maksud hati seperti konvoi
Babeh pun menyetujui setelah perdebatan yang panjang tentunya, Arig juga ikut memakai motornya sendiri ke Malang, gw tidak tega sebenarnya meninggalkan Arig sendirian nanti di Malang, tapi ini demi masa depan gw, gw harus pergi dari sini, kalau engga, gw bisa mati nanti dengan kehidupan gw
Hari yang di nantipun tiba, iya hari keberangkatan ke Malang, setelah gw bereskan semua barang gw dan pamit ke ibu kos gw, kamipun melakukan koordinasi dulu di kantor untuk menentukan titip point pertemuan di Malang nanti, lalu berdoa bersama dan berangkat
Gw yang menyetir motor, awalnya kami masih berjalan beriringan, hingga kemudian hilang satu-persatu karena saling mendahului dan inilah saat yang tepat bagi gw, gw pun melaju dengan kecepatan tinggi, dan di saat perbatasan jalan mau ke Malang atau Surabaya, gw belok kea rah Surabaya
I’m done, gw mau ke Surabaya, gw tidak punya siapa-siapa (Saudara atau kerabat dekat) di Surabaya, gw tidak tahu mau kemana, yang jelas gw tidak ingin melanjutkan proses ini di Malang dan gw tidak ingin pulang balik ke rumah gw di kampung sebelum gw menemukan pekerjaan yang lebih baik
Gw pun melaju dan melaju, sesampainya di Surabaya, gw beristirahat di masjid Akbar untuk melepas kelelahan gw, gw merenung dan menyiapkan plan selanjutnya, kondisi gw saat ini gw tidak punya uang untuk kos, gw tidak punya cukup uang untuk bertahan hidup selama beberapa hari di Surabaya, jadi gw harus cari cara bagaimana caranya gw bisa hidup di Surabaya
Sampai akhirnya terpikirlah oleh gw Mama, gw punya seseorang di Surabaya yang sudah gw anggap ibu gw sendiri, dan gw memanggil dia dengan sebutan Mama, dia adalah seorang janda cerai hidup yang memiliki 2 anak sepantaran dengan gw, bagaimana awal mula perkenalan gw dengan Mama? Akan ada di thread terpisah ya
Semoga Mama mau membantu gw dan gw tumpangi sampai gw mendapat pekerjaan di Surabaya, gw menyetir motor gw ke arah rumah Mama, Mamapun menyambut gw dengan suka cita karena sudah lama tidak bertemu gw, iya sejak gw bekerja di perusahaan babeh Muklas itu gw tidak pernah bertemu Mama lagi, sebenarnya pembicaraan gw dan Mama berbahasa jawa, namun untuk memudahkan langsung gw translate ke Bahasa Indonesia
Mama : ya ampunnn cin, kok tambah kuru kon?? (kok tambah kurus)
Gw : hehehe engga ah mah, biasa aja
Mama : gimana gimana kerjaanmu? Kamu kenapa kurus kering begini, tambah hitam lagi kulitnya
Gw : iyah mah, banyak pikiran mungkin
Mama : yawes sudah makan belum? Trus ini kamu dah gak kerja di situ lagi?
Gw : iya mah aku berhenti mah, capek
Mama : iyalah, kamu S1, cari yang agak keren gitu kerjaannya, masa sales
Gw : hehehe iya mah, aku numpang di sini dulu boleh mah? Nanti kubayar kos kalau aku sudah dapat kerjaan
Mama : iyo cin, anggap rumah sendiri, yok makan dulu sana
Gw : iya mah
Sebenarnya gw malu, tapi tak apalah, ini Mamah angkat gw, jadi ya ikatan batinnya tidak terlalu kuat dan karena gw bukan anak kandungnya, Mamah pun tidak terlalu memikirkan nasib gw, akan beda cerita kalau Ibu kandung gw sampai mengerti kondisi gw yang sebenarnya, itulah kenapa gw tidak berani pulang, pasti akan dihujani pertanyaan panjang..
Nihil, ternyata Anna pun sudah pindah dari kosnya, pintu pagar kosnya tertutup rapat dan ketika gw menanyakan ke tetangga di sekitar, ternyata Anna sudah pindah sejak gw pulang kampung kemarin, pupus sudah harapan gw untuk bertemu Anna, ingin rasanya gw ke Jenny, namun sayang gw tidak tahu dimana rumahnya
Gw hanya bisa termenung di tengah kesendirian gw, seberat inikah kenyataan yang gw hadapi, kehilangan kru yang sangat gw sayangi, kru yang gw build dengan susah payah, kru yang selalu membuat hati gw ceria dan semangat setiap pagi datang ke kantor
Banyak kenangan-kenangan antara gw, Anna, dan Jenny yang gak bisa gw lupakan, gw ingin mengulang lagi kenangan itu dengan mereka, gw ingin mereka ada di sini sekarang, tapi ternyata mereka gak ada, apakah ini mimpi? Bagaimana cara gw terbangun dari mimpi buruk ini? Ini mimpi atau bukan? Gw mulai ragu dengan kenyataan yang ada, gw merasa ini tidak seharusnya terjadi dalam diri gw, seharusnya bukan ini scenario hidup gw, bukan ini
Sekarang pupus sudah harapan gw disini, gw merasa sangat-sangat jatuh dengan kepergian Anna dan Jenny, gw tidak bisa melihat jalan gw ke depan gimana, semuanya terlalu gelap untuk gw, dan gw terlalu lelah untuk memulai lagi semuanya dari awal
Masih ada Arig, namun seperti 3/4 jiwa gw hilang dengan kepergian Anna dan Jenny, hari-hari gw lalui dengan berat, entah kenapa meski sudah seminggu atau 2 minggu berlalu, bayangan Anna dan Jenny masih menari-nari di otak gw
Kadang gw berharap bisa menemui mereka di Alun-alun, atau tidak sengaja bertemu mereka di warnet, atau tidak sengaja bertemu mereka di toko baju, begitu banyak ketidaksengajaan yang gw harapkan terjadi agar gw bisa bertemu Anna dan Jenny sekali lagi
Tapi tidak satupun yang terjadi, mereka seperti benar-benar ditelan bumi, tidak ada kabar, tidak pernah membalas SMS atau telpon gw, apa mungkin mereka sudah pindah dari sini? Apa mungkin mereka sudah menemukan pekerjaan dan kehidupan yang lebih baik di luar sana?
Tanpa sadar gw mulai tidak peduli dengan Arig, gw mulai tidak peduli apakah dia nantinya juga akan give up atau tidak, gw mulai berkomunikasi seperlunya dengan Arig, pitching-pun gw sendiri, gw tidak mau terlalu dekat dengan Arig, karena gw tidak mau terlalu terluka jika nanti ternyata di kemudian hari, Arig ninggalin gw
Cukup sudah Anna dan Jenny yang melukai hati gw dengan kepergian mereka, gw tidak mau hati gw terluka lagi, gw mulai berpikir untuk mengakhiri semua impian dan harapan gw di perusahaan ini, karena menurut gw, gw bisa mendapatkan yang lebih baik dari ini
Gw pitching Cuma separuh hari, jadi separuh hari gw, gw habiskan di warnet untuk memperbaiki CV gw, gw mulai menjalin komunikasi dengan teman-teman gw di sana, teman SMA, teman kuliah, semuanya gw hubungi untuk menanyakan info lowongan kerja, tak lupa juga gw searching di situs-situs jejaring lowongan kerja di Internet
Gw harus pergi dari sini, gw merasa sudah cukup banyak ilmu gw di sini, sudah hampir setahun gw di sini, memang mimpi gw jadi Manager hancur dan belum sempat gw capai karena give-up nya 2 kru kesayangan gw, tapi gw punya mimpi yang lebih besar ini, gw harus bisa jadi manager sungguhan di sebuah perusahaan besar yang setidaknya gw punya gaji tetap di sana
Gw kembali mengumpulkan semangat gw untuk pergi dari sini, tentunya tanpa sepengetahuan babeh Muklas, bagaimana dengan babeh Muklas cin? Apa kamu tega meninggalkan dia di sini sendirian? Ahhhh perang batin itu sudah lama berkecamuk di dalam diri gw, dan kali ini gw jawab dengan sangat tegas di hati gw, IYA!
Di kantor gw mulai bisa tersenyum lagi, gw mulai bisa beraktivitas seperti biasa lagi, seperti tidak ada apa-apa, Arig pun mulai gw gandeng lagi, iya karena gw sudah membuat plan baru dalam hidup gw, dan gw yakin dengan plan gw kali ini, ini adalah plan yang baik demi kebaikan gw di masa yang akan datang
Ternyata virus “give up” ini menular kemana-mana, bukan hanya team gw saja yang jatuh, team Soli dan Ike pun ternyata banyak yang give-up dan tiba-tiba menghilang, tentunya dengan berbagai macam alasan dan permasalahannya, gw tidak mau ikut campur karena itu adalah urusan internal team
Gw bisa lihat Soli dan Ike cukup tegar menghadapi ini, seperti ini adalah suatu hal yang biasa bagi mereka, mereka biasa ditinggal oleh kru mereka sendiri, mereka biasa jatuh bangun membangun kru, mereka tidak punya pilihan untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik, sedangkan gw? gw masih punya pilihan dengan background gw, gw pasti bisa dapatkan yang lebih baik dari ini
Singkat cerita, babeh Muklas mengalami kejatuhan team, dia tidak berhasil membuat Alfred dan Bunda Atin menjadi Asisten Manager karena sikap mereka berdua (Alfred dan Bunda Atin) tidak mencerminkan sikap leader yang sportif, sudah beberapa kali Soli dan Ike mengadu ke babeh Muklas untuk mengeluarkan Alfred dan bunda Atin karena di anggap racun oleh mereka, ya beberapa orang team mereka ada yang di racuni sehingga memutuskan untuk give up di tengah jalan
Tapi itulah babeh Muklas, keputusannya mutlak, karena rasa sayangnya pada Alfred dan bunda Atin, babeh tetap mempertahankan ke-dua makhluk itu di kantor, dan ternyata keputusan dia salah, membawa petaka ke seluruh krunya, sekarang kru babeh Muklas tinggal sedikit, karena banyak leader di bawah Soli yang give up, omzet penjualanpun menjadi sedikit
Seringkali babeh Muklas mencoba bonding dengan gw dengan mengatakan “jangan tinggalin babeh ya”, namun hati gw sudah tidak di sini, memang di depan dia gw selalu berkata iya, namun jauh di dalam lubuk hati gw, gw akan meninggalkan dia, cepat atau lambat, gw hanya tinggal menunggu saat yang tepat saja untuk bisa pergi dari sini
Lagipula lingkungan di sini sudah tidak mendukung lagi, gw merasakan banyak efek negative sampai kebodohan fatal yang pernah gw lakukan untuk pengejaran gw, gw ingin berubah, dan gw harus pergi dari sini
Saat yang di nanti-pun akhirnya tiba, Tuhan mendengar doa gw, ada ultimatum dari babeh Syarief di pusat bahwa all kru babeh Muklas akan melakukan expansi ke Malang, jadi harus pindah ke Malang, karena kantor di Madiun sudah tidak productive lagi untuk memenuhi biaya operational kantor
Ini saat yang tepat untuk gw pergi, dengan berbekal alasan motor, akhirnya gw bilang ke babeh bahwa gw ingin naik motor sendirian ke Malang, jadi nanti langsung bertemu saja di Malang, agar lebih cepat, sebenarnya tidak hanya gw yang naik motor ke Malang, Soli dan Ike juga naik berencana motor ke Malang, jadi maksud hati seperti konvoi
Babeh pun menyetujui setelah perdebatan yang panjang tentunya, Arig juga ikut memakai motornya sendiri ke Malang, gw tidak tega sebenarnya meninggalkan Arig sendirian nanti di Malang, tapi ini demi masa depan gw, gw harus pergi dari sini, kalau engga, gw bisa mati nanti dengan kehidupan gw
Hari yang di nantipun tiba, iya hari keberangkatan ke Malang, setelah gw bereskan semua barang gw dan pamit ke ibu kos gw, kamipun melakukan koordinasi dulu di kantor untuk menentukan titip point pertemuan di Malang nanti, lalu berdoa bersama dan berangkat
Gw yang menyetir motor, awalnya kami masih berjalan beriringan, hingga kemudian hilang satu-persatu karena saling mendahului dan inilah saat yang tepat bagi gw, gw pun melaju dengan kecepatan tinggi, dan di saat perbatasan jalan mau ke Malang atau Surabaya, gw belok kea rah Surabaya
I’m done, gw mau ke Surabaya, gw tidak punya siapa-siapa (Saudara atau kerabat dekat) di Surabaya, gw tidak tahu mau kemana, yang jelas gw tidak ingin melanjutkan proses ini di Malang dan gw tidak ingin pulang balik ke rumah gw di kampung sebelum gw menemukan pekerjaan yang lebih baik
Gw pun melaju dan melaju, sesampainya di Surabaya, gw beristirahat di masjid Akbar untuk melepas kelelahan gw, gw merenung dan menyiapkan plan selanjutnya, kondisi gw saat ini gw tidak punya uang untuk kos, gw tidak punya cukup uang untuk bertahan hidup selama beberapa hari di Surabaya, jadi gw harus cari cara bagaimana caranya gw bisa hidup di Surabaya
Sampai akhirnya terpikirlah oleh gw Mama, gw punya seseorang di Surabaya yang sudah gw anggap ibu gw sendiri, dan gw memanggil dia dengan sebutan Mama, dia adalah seorang janda cerai hidup yang memiliki 2 anak sepantaran dengan gw, bagaimana awal mula perkenalan gw dengan Mama? Akan ada di thread terpisah ya
Semoga Mama mau membantu gw dan gw tumpangi sampai gw mendapat pekerjaan di Surabaya, gw menyetir motor gw ke arah rumah Mama, Mamapun menyambut gw dengan suka cita karena sudah lama tidak bertemu gw, iya sejak gw bekerja di perusahaan babeh Muklas itu gw tidak pernah bertemu Mama lagi, sebenarnya pembicaraan gw dan Mama berbahasa jawa, namun untuk memudahkan langsung gw translate ke Bahasa Indonesia
Mama : ya ampunnn cin, kok tambah kuru kon?? (kok tambah kurus)
Gw : hehehe engga ah mah, biasa aja
Mama : gimana gimana kerjaanmu? Kamu kenapa kurus kering begini, tambah hitam lagi kulitnya
Gw : iyah mah, banyak pikiran mungkin
Mama : yawes sudah makan belum? Trus ini kamu dah gak kerja di situ lagi?
Gw : iya mah aku berhenti mah, capek
Mama : iyalah, kamu S1, cari yang agak keren gitu kerjaannya, masa sales
Gw : hehehe iya mah, aku numpang di sini dulu boleh mah? Nanti kubayar kos kalau aku sudah dapat kerjaan
Mama : iyo cin, anggap rumah sendiri, yok makan dulu sana
Gw : iya mah
Sebenarnya gw malu, tapi tak apalah, ini Mamah angkat gw, jadi ya ikatan batinnya tidak terlalu kuat dan karena gw bukan anak kandungnya, Mamah pun tidak terlalu memikirkan nasib gw, akan beda cerita kalau Ibu kandung gw sampai mengerti kondisi gw yang sebenarnya, itulah kenapa gw tidak berani pulang, pasti akan dihujani pertanyaan panjang..
0
