- Beranda
- Stories from the Heart
Life story: horor, drama, kisah seorang perantau (lanjutan) [TAMAT]
...
TS
prestant18
Life story: horor, drama, kisah seorang perantau (lanjutan) [TAMAT]
![Life story: horor, drama, kisah seorang perantau (lanjutan) [TAMAT]](https://s.kaskus.id/images/2017/10/09/7213687_20171009032458.jpg)
CREDIT PICT: AGAN CATUR SAPUTRA
assalamualaikum
selamat siang kaskusers,
ane akan melanjutkan cerita dari thread ane sebelumnya.
untuk readers yang belum membaca kisah sebelumnya, silahkan baca di kisah keluarga perantau.
untuk cerita tentang perjalanan hidup dimana ane sudah mandiri,
cerita tersebut akan ane link dibawah,
selamat menikmati.... :
1. the beggining
2. tanah pertama
3. rumah pakdhe
4. kerja
5. belajar mengendalikan diri
6. desi
7. panggilan tes
8. Training
9. nilai dari sebuah perjalanan
10. misteri baung part 1
11. misteri baung part 2
12. misteri baung part 3
13. misteri baung part 4
14. mister baung part 5
15. misteri baung last part
16. perkenalan
17 teror
18. shita
19. shita 2
20. fighting
21. rendi
22. drama[belajar dewasa]
23. finally, we are. . .
24. another side from shita
25. moments
26. crash
27. about rendi
28. perpisahan 1
29. suasana baru
30. quality time 1
31. quality time 2
32. :'(
33. last memories of shita
34. TAKDIR
35. sisi gelapku
36. misteri mimpi nyata 1
37. misteri mimpi nyata 2
38. misteri mimpi nyata 3
39. resolusi
40. arah perubahan
41. rumah mas malik 1
42. rumah mas malik 2
43. rumah mas malik 3
44. rumah mas malik 4
45. maung dan mbah
46. rumah mas malik last chapter
47. sheryi 1
48. sheryl 2
49. djakarta; first impression
50. pemberitahuan
51. samapta
52. 2nd test
53. jangan sok
54. masa peralihan
55. tes kerja lagii
56. UPDATE SPESIAL TENTANG CV
57. indonesia
58. misteri divisi siang 1
59. misteri divisi siang 2 ( the story )
60. misteri divisi siang ( last part )
61. kematian itu pasti
62. PHK
63. adikku bernama dian 1
64. adikku bernama dian 2
65. titik balik
66. terus berjuang!!
67. SEMANGAT MERDEKA SAUDARAKU!
68. OJT 1
69. OJT 2
70. adek 1
71. adek 2
72. tulungagung, wecome to the jungle
73. pengalaman misteri baru
74. traveling with shita's family, [sakit]
75. she is. . .
76. hujan sore itu
77. aku ingin memastikan
78. sheryl's stories 1
79. sheryl's stories 2
80. sheryl's stories 3
81. my choice is, ,
82. teror 1; mabuk
83. alasanku memilih
84. teror 2, santet 1
85. teror 2, santet 2
86. karena kamu berbeda
87. teror 3, gangguan semakin berat
88. teror4, akhir
89. mimpi
90. hari yang dinanti nanti??
91. pertengkaran 1, fakta
92. pertengkaran 2, itu bukan kamu yang kukenal
93. PERTENGKARAN 3, AKHIR
94. SHERYL; FINAL CHAPTER
95. EPILOG
Diubah oleh prestant18 09-10-2017 03:30
zoekyvalkrye dan 65 lainnya memberi reputasi
62
1.3M
3K
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52.1KAnggota
Tampilkan semua post
TS
prestant18
#34
tanah pertama
sawah hijau membentang luas.
nampak beberapa petani sedang bekerja disana.
sosok petani yang tekun bekerja di teriknya siang itu mengingatkanku pada bapak.
aku hanya bisa memandangnya hingga sosok itu menjauh dan menghilang karena kereta logawa yang membawaku ke tanah tujuan bergerak dengan cepat.
" yo, hati2 ya, tetaplah rendah hati, insyaAllah kamu akan diterima dengan baik dimanapun kamu berada "
pesan ibu kepadaku tadi pagi ketika aku berpamitan kepada beliau.
aku hanya mengangguk dan kemudian memeluk ibu.
si kecil ardi yang masih tak paham hanya bertanya tanya, kemanakah gerangan aku akan pergi.
dia heran karena tak pernah melihatku membawa tas yang besar dan bepakaian rapi.
aku hanya menciumnya dan berkata bahwa aku akan pulang suatu saat nanti.
dia mengajakku untuk bermain bola jika aku sudah pulang dengan polosnya.
aku hanya tersenyum dan menggendongnya terakhir kali sebelum berangkat.
tak lama kemudian, bapak sudah datang membawa sepeda pinjaman untuk mengantarku ke stasiun.
dan kemudian aku segera pergi karena jam keberangkatan kereta sudah dekat.
=========
aku masih berdiri di bordes menghadap ke pintu yang kacanya sudah tidak ada.
angin kencang yang masuk menyapu wajah dan membuat rambutku yang mulai gondrong berantakan.
keadaan di kereta memang penuh dan sesak.
banyak penumpang yang tidak mendapatkan tempat duduk, memilih berdiri disepanjang gerbong.
mereka menunggu penumpang yang beruntung bisa duduk turun untuk kemudian menempatinya.
sistem lama yang tanpa disadari membuat seseorang harus aktif bersosialisasi sekadar untuk bisa duduk dengan nyaman.
hari sudah semakin sore, kereta juga sudah sampai di stasiun semut surabaya.
aku sendiri sudah mendapatkan tempat duduk karena mayoritas penumpang sudah turun sebelum sampai di surabaya.
kutatap keluar, kearah langit senja yang membawa semburat merah.
sesekali para pedagang asongan dan pengamen berlalu lalang untuk mengais rezeki dari gerbong yang mulai sepi.
lampu gerbong sudah mulai dinyalakan seiring dengan suasana diluar yang semakin gelap.
aku akhirnya terlelap karena sudah merasa sangat lelah setelah berdiri di bordes dari stasiun keberangkatan sampai nganjuk.
aku membuka mata,
cahaya lampu kereta membuatku harus beradaptasi.
kulihat disekelilingku sudah cukup banyak penumpang baru.
kurasa mereka naik dari surabaya tadi.
aku bertanya pada seorang bapak disebelahku yang membawa jam,
pukul 18.45
berarti aku tertidur kurang lebih satu jam.
nampaknya tadi tidurku sangat nyenyak.
aku segera bangkit menuju kamar mandi untuk mencuci muka,
sebab suara dari speaker memberitakan jika kereta akan segera tiba di stasiun bangil, stasiun tujuan dari perjalananku ini
==========================
aku keluar dari stasiun dengan disambut oleh beberapa tukang becak.
mereka menawarkan jasa kepadaku.
kukeluarkan secarik kertas yang bertuliskan alamat pakdhe tukul.
salah seorang penarik becak segera tahu alamat yang kumaksud, maka dia menawarkan jasanya kepadaku.
aku bernegosiasi harga dengannya dan setelah tercapai kesepakatan, aku segera naik keatas becak.
becak membawaku pelan2 menyusuri jalan raya kota bangil yang ramai,
setelah sampai alun2, becak berbelok kejalan yang lebih kecil.
aku menikmati perjalananku ditempat asing ini.
sepanjang jalan kusaksikan banyak pemuda berpakaian gamis dan sarung.
sebuah pemandangan yang terasa baru bagiku.
karena ditempatku tak terasa seagamis disini.
becak berhenti disebuah gang,
aku segera membayar sang penarik becak atas jasanya.
setelah berterimakasih, becak berbalik arah dan meninggalkanku.
aku menoleh kekanan dan kekiri.
alamat yang kubawa hanya mengantarkanku sampai diujung gang ini saja.
akhirnya kuhampiri beberapa bapak yang sedang duduk di pos ronda.
kutanyakan kepada mereka alamat rumah pakdhe tukul,
namun mereka bilang tidak tahu.
aku sempat kebingungan karenanya.
kemudian kucoba menanyakan alamat pakdhe lagi, kali ini menggunakan nama istri beliau.
barulah bapak2 tadi tahu,
mereka berkata jika nama pakdhe tukul disini bukan itu, makanya mereka bingung.
akhirnya salah satu bapak menunjukanku rumah yang dimaksud.
aku berterimakasih kepada beliau dan bergegas menuju kesana.
aku mengetuk pintu dan mengucapkan salam.
"Assalamualaikum"
tak ada jawaban,
aku kembali mengetuk pintu itu.
" assalamualaikum, permisi "
tak lama terdengar langkah kaki dari dalam rumah.
setelah pintu terbuka, nampaklah wajah abdur, putra tunggal pakdhe thukul yang masih berusia 4 tahun.
" yaah, ada mas tiyo "
abdur memanggil pakdhe.
abdur memang sudah mengenalku karena pada beberapa kesempatan dibawa mudik oleh pakdhe.
pakdhe memang menikah diusia yang sudah sangat matang, 40 tahun tepatnya. maka tak heran putranya masih kecil walau beliau adalah kakak dari ibu.
tak lama dari dalam pakdhe thukul yang saat ini bertubuh tambun berlari tergopoh gopoh.
pakdhe: " wealah yoo? kenapa nggak ngabari? tau begini kan tak jemput "
aku: " q lupa nggak nyatet nomor HP pakdhe tadi pagi hehe"
pakdhe: " lha barusan naik apa sampe sini? "
aku: " naik becak de, tapi cuma sampai ujung gang doang, kesininya tanya orang "
pakdhe: " yo wes, sini masuk dulu "
aku kemudian masuk dan disambut oleh bude at, istri pakdhe.
bude at menyuruhku untuk membersihkan badan dan segera makan.
aku mengiyakan ajakannya.
aku melangkah menuju kamar mandi.
rumah pakdhe ini rumah model lama pada bagian depannya dan semi permanen pada bagian belakang.
suasana dirumah bagian depan dan belakang terasa sangat berbeda.
ada hawa dingin aneh di rumah bagian belakang.
mungkin hanya perasaanku saja karena sudah penat dan lelah.
aku segera mandi di kamar mandi yang terletak dipojok.
air dingin yang kuguyurkan ke badan membawa rasa dingin yang lantas membuatku kembali merasa segar.
dan kembali aku merasakan hawa dingin yang aneh.
nampaknya perasaanku tidak salah,
ada yang berbeda dari ruangan belakang ini.
namun aku tak menghiraukannya lebih lanjut dan segera menyelesaikan mandiku.
pakdhe menerimaku dengan baik dan menyuruhku tinggal bersama beliau selagi aku mencari pekerjaan.
aku berterimakasih atas kebaikan beliau. namun pakdhe hanya mengabaikan itu karena menganggap aku seperti putranya sendiri karena sudah terbiasa tinggal bersama semenjak kecil di kalimantan dulu.
dirumah pakdhe, selain ditinggali oleh bude at dan abdur, ada juga bude ros yang tak lain adalah kakak kandung bude at.
saat ini bude ros sedang berada dikediaman putranya di kota lain, jadi aku belum tahu seperti apakah beliau ini.
dan satu lagi penghuninya adalah mas eros, keponakan bude at yang semenjak kecil dirawat oleh beliau.
merekalah yang akan menjadi keluarga baruku selama disini.
=====
2 hari sudah aku berada di bangil.
aku harus sedikit beradaptasi dengan cuaca disiang hari karena rasanya lebih panas daripada dirumah.
bude at dan mas eros juga baik kepadaku, sehingga aku bisa menyimpulkan jika aku betah disini.
terlebih semalam pada saat bude ros pulang, dia nampak ramah kepadaku sebagai anggota keluarga baru dirumah.
namun kejadian pagi itu mengubah semua persepsiku 180 derajat.
pagi itu aku baru saja selesai menulis surat lamaran kerja.
surat tersebut akan kubawa ke kantor pos segera setelah aku mandi dan sarapan.
pakdhe tukul sebelum berangkat kerja sudah menyuruhku untuk sarapan bersamanya, namun kutolak karena aku sedang menyelesaikan surat lamaran kerja.
( pakdhe dan budhe at adalah karyawan pabrik yang setiap harinya pergi kerja sebelum pukul 07:00, sehingga urusan rumah tangga yang mengerjakan adalah bude ros )
setelah selesai mandi aku mengambil piring di rak dan menuju meja makan.
bude ros sedang mencuci pakaian di kamar mandi yang berdekatan dengan ruang makan.
saat aku akan mengambil nasi, tiba2 terdengar celetukan dari kamar mandi.
" enaknya, pagi2 nggak ngapa2in langsung makan "
DEG, hatiku langsung tersinggung mendengar kata2 itu.
aku sempat tak percaya jika bude ros akan mengatakan hal tersebut karena dari semalam dia terlihat baik.
" kenapa bude? " aku bertanya kepada bude ros, barangkali aku salah dengar.
" lha iyo, enaknya orang numpang, nggak ngapa ngapain, pagi2 udah tinggal makan " ulangnya sambil melirik sinis kearahku.
aku langsung kehilangan selera makan karena kata2nya.
piring langsung kukembalikan ke rak dan membatalkan niatku untuk makan.
hatiku terasa panas oleh kata2nya, namun aku tak mampu membantah karena kata2nya juga tidak salah.
dari bangun subuh tadi, aku memang tidak melakukan apapun.
setelah matahari keluar, barulah aku membuat surat lamaran kerja.
aku mengambil surat lamaran yang sudah masuk kedalam amplop coklat besar.
kemudian aku bergegas keluar untuk menuju ke kantor pos dengan harapan emosi dihatiku bisa mereda dengan sendirinya.
cuaca sudah agak siang, di kantor pos tadi aku sempat melihat jam sebelum pulang.
pukul 10.20.
aku berjalan kembali menuju rumah pakdhe tukul.
kupikir kejadian tadi pagi itu hanya karena suasana hati bude ros sedang tidak baik.
aku berusaha berdamai dengan hatiku yang tersinggung.
setibanya dirumah, abdur sudah pulang dari playgrup.
dia mengajakku bermain, maka kuiyakan karena aku teringat ardi di rumah.
kami bermain hingga adzan dzuhur berkumandang.
bude ros menyuruh abdur untuk makan dilanjutkan tidur siang karena akan mengaji pada sore harinya.
abdur bergegas menuju ruang makan dan makan bersama bude ros.
aku sempat menengok kepada mereka, namun bude ros juga tidak menawariku.
akhirnya aku hanya duduk diruang depan dengan perut lapar.
sorenya, pakdhe tukul pulang kerja.
beliau membawa 3 bungkus bakso.
diberikannya kepadaku satu, dan yang dua diberikan kepada abdur yang kegirangan.
aku segera menuju kebelakang untuk mengambil mangkuk.
sempat kulihat bude ros yang berada didalam kamarnya melirik kepadaku dengan tatapan tak menyenangkan.
aku berusaha mengacuhkan dan kemudian menikmati baksoku dengan lahap karena perutku terakhir terisi makanan adalah semalam.
pakdhe tukul yang melihatku makan dengan lahap menyuruhku untuk menambah dengan nasi agar kenyang.
aku hanya mengiyakan.
sebenarnya aku memang ingin menambah nasi, namun aku malas jika harus melewati kamar bude ros.
aku tak ingin ada masalah baru antara aku dan dia.
walau sebenarnya aku merasa tidak berbuat salah.
setelah hari itu, perkataan bude ros kepadaku semakin tajam dan tidak mengenakan.
dia selalu mencibir apapun yang aku lakukan.
padahal aku juga tidak malas.
setiap pagi selepas shalat subuh di mushola, aku tidak tertidur kembali.
aku memilih jogging di alun2 kota bangil.
sepulangnya, aku tidak berleha2 dan membantu membersihkan rumah.
terkadang aku juga membantu memasak.
namun sepertinya bude ros memang benci kepadaku.
sehingga apapun yang aku lakukan selalu salah dimatanya.
apalagi jika urusannya sudah dengan makan
beliau selalu menyindirku dengan kata2 pedas yang pada intinya kalau aku itu adalah orang numpang yang tidak tahu diri.
aku benar2 jengah, maka ketika siang dan pakdhe thukul tidak ada, aku lebih memilih makan diluar dengan uang sakuku yang semakin menipis.
anehnya, ketika pakdhe tukul dan bude at dirumah,
bude ros tidak pernah mempermasalahkan apapun.
ketika aku makan bersama sama, tidak ada cibiran dari mulutnya.
hanya saja dia tetap memandangku dengan tatapan mata sinis.
aku tak habis pikir, sebenarnya apakah gerangan salahku.
hingga suatu hari, aku benar benar kehabisan uang saku.
uang yang kumiliki tinggal sebesar 15 ribu rupiah.
aku bingung karena tak juga mendapatkan panggilan kerja.
terlebih bude ros semakin sering mencibirku, bahkan ketika aku sedang menuliskan lamaran kerja.
dia berkata:
" apaan, katanya pinter, sekolahnya berprestasi, tapi nglamar kerja nggak dipanggil panggil "
aku hanya menjawab pelan,
" namanya juga belum rizki bude, ya semoga bisa lekas dapat pekerjaan lah, biar nggak ngerepotin terus "
bude ros hanya mengacuhkanku dan kembali masuk kedalam kamarnya.
aku kembali berusaha bersabar dan hanya bisa mengelus dada.
mungkin jika yang berkata laki2 akan kuajak berkelahi, namun karena bude ros itu wanita, aku hanya bisa bersabar.
pantang bagiku menyakiti perempuan walau hanya melalui kata2.
begitulah prinsip hidup yang kuanut.
aku memutuskan untuk meminjam gitar milik teman mas eros.
rencananya aku akan mengamen agar mempunyai uang tambahan.
setelah gitar ada ditangan, aku segera pergi keluar.
aku berjalan berusaha pergi agar cukup jauh dari kampung tempat pakdhe tukul tinggal.
aku tak ingin ada yang mengenaliku dan kemudian bercerita kepada pakdhe.
sebab beliau sudah berkali kali menyodorkan uang kepadaku sebagai pegangan,
namun selalu kutolak karena aku tidak enak hati.
setelah kurasa cukup jauh, aku segera mengamen dari rumah ke rumah.
berbagai macam tanggapan kuterima ketika aku mengamen.
ada yang berbaik hati memberikan uang barang 500 rupiah.
namun tak jarang yang mengacuhkanku.
bahkan ada juga yang meghardikku dan mengusir.
dia juga berkata jika aku adalah pemuda malas yang tak mau bekerja.
sekali lagi aku hanya bisa mengelus dada.
kuharap aku punya pekerjaan yang bisa membuatku tidak dihina orang disana sini.
aku mengamen diam2 selama beberapa hari.
mas opik, teman mas eros yang memiliki gitar sampai heran karena aku selalu meminjam gitar kepadanya setiap pagi.
aku beralasan sedang ingin mengisi waktu karena tidak ada teman.
mas opik nampak curiga, namun aku segera pamit kepadanya.
sebetulnya tidak enak juga terus menerus meminjam gitar.
namun mau bagaimana lagi?
aku sudah sering menawarkan diri kepada orang2 dipasar untuk kubantu sebagai buruh angkut kala aku mengamen dipasar.
namun kebanyakan mereka menolak ketika mendengarku.
mereka merasa aneh dengan logat bicaraku yang terdengar asing. (logat bangil adalah mirip seperti surabaya, sedangkan aku lebih mirip logat jogja).
belum lagi para buruh angkut dipasar yang menyuruhku pergi dan mengamen saja karena merasa lahan pekerjaan mereka diganggu.
maka akupun hanya bisa mengamen lagi dengan resiko diacuhkan dan ditolak.
jujur hati kecilku menangis dan merasa jika ini adalah pilihan yang salah.
namun aku berusaha bersabar dan tegar.
inilah resiko hidup di tanah rantau. apapun harus kuhadapi dan kujalani dengan ikhlas.
yang penting aku tidak melakukan hal2 buruk dan tercela dalam prosesnya.
tiada tempat untuk rasa gengsi dan malu!!!
jam menunjukan pukul 14.20,
aku sedang beristirahat distasiun bangil.
setelah shalat dzuhur, aku mampir kewarung makan untuk mengisi perutku yang sedari pagi kosong melompong.
ketika sedang duduk, tiba2 aku dihampiri beberapa 4 orang pengamen jalanan lainnya.
mereka menatapku dengan tatapan tidak bersahabat.
mereka: " heh, sopo koen? " (hei, siapa kamu)
aku: " eh, pripun mas? " (eh bagaimana mas?)
mereka: " koen iku sopo? kok wanine amen2 nduk kene? " ( kamu itu siapa kok beraninya ngamen disini? )
aku: " sepurane mas nek ngganggu, tapi aku tak nunut ngamen nggih " (mohon maaf jika mengganggu, tapi aku numpang mengamen ya )
mereka: " c*k, koen lek kate amen2 nduk kene yo kudu mbayar disek rek " ( [umpatan] kamu kalau mau ngamen disini ya bayar dulu )
aku: " mbayar nggo ngopo to mas? " ( bayar buat apa mas? )
mereka: " gawe opo ndadakno, koen iku guduk wong kene, lek kate melok golek pangan yo kudu mbayar!! " ( pake nanya buat apaan, kamu itu bukan orang sini, kalau mau ikut cari uang ya harus bayar dulu!! )
nada perkataan mereka mulai meninggi.
aku sadar jika aku sedang dipalak.
melihat itu, penjual nasi keluar untuk mengusir mereka.
dia tak mau orang yang sedang makan disitu merasa terganggu.
maka keempat orang pengamen itu pergi dengan tatapan masih kepadaku.
penjual: " wes mas, ojok direken arek2 iku, ancen senenge gawe kisruh " ( sudah mas, jangan dipedulikan anak2 itu, sukanya memang bikin onar )
aku: " nggih pak, maturnuwun, kulo tak pindah panggenan mawon " ( iya pak, terimakasih, saya pindah tempat saja )
penjual: " sampean guduk arek kene ketok e, logate koyok wong kulonan, sing ati2 ae mas yo, sakaken sampean " ( kamu kelihatannya buka orang sini, loganya seperti orang kulonan, hati2 saja mas, kasihan kamu ini )
*kulon/barat [jawa tengah biasa disebut kulonan karena posisinya disebelah barat jawa timur]
aku: " nggih pak, maturnuwun " ( iya pak, terimakasih )
aku akhirnya membayar makanku dan kemudian melanjutkan pergi karena tidak mau berurusan dengan para pengamen tadi.
namun ternyata para pengamen tadi membuntutiku.
mereka menghentikanku didalam sebuah gang sempit dan sepi.
mereka: " he c*k, mbayar sek lek kate amen2 nduk kene! " ( he [umpatan], bayar dulu kalau mau ngamen disini!)
aku: " sepurane mas, kok aku mbayar iku mbayar opo? nek ra cetho aku wegah mbayar " ( maaf mas, kok aku harus bayar itu bayar apaan? kalau nggak jelas, aku nggak mau bayar )
mereka: " jan**k koen, cangkeman tok! " ( [umpatan] kamu, ngomong terus )
salah satu dari mereka lalu berusaha merebut gitar mas opik.
kontan aku mempertahankannya. aku tidak ingin gitar itu rusak.
melihat aku mempertahankan gitar dan melawan, seorang lagi berusaha memukul wajahku.
merasa terancam, reflek aku segera menendang kemaluan anak yang menarik gitar mas opik.
dia langsung jatuh terduduk sambil memegangi selangkangannya dan mengumpat umpat.
gitar berhasil kurebut kembali dan aku menghindari pukulan anak kedua.
pukulannya hanya menembus angin dan tubuhnya limbung.
aku menyepak kaki yang anak itu gunakan untuk melangkah,
"BRUKKK!"
sepakanku membuatnya jatuh tersungkur.
kedua temannya yang lain segera meletakan alat musik mereka dan berusaha menyerangku.
satu mengepal bersiap melayangkan bogem terbaiknya.
sedangkan yang satu kulihat mengambil pecahan paving berukuran besar.
" waduh, bahaya ini, bisa2 aku celaka kalau sembarangan " pikirku.
aku segera mengalungkan gitar mas opik kepundak dan memasang kuda kuda silat.
sebelum anak ketiga tadi menyerangku dengan pukulannya, aku mendahului maju dan menyambutnya dengan tendangan depan yang kuarahkan kedagu.
dia membatalkan pukulannya dan melompat mundur.
temannya yang tadi memegang paving berlari sambil mengangkat pecahan paving tinggi2 berusaha menghajar kepalaku.
aku memperkuat kudaku dan membentaknya keras keras.
" HAAAHHHHH!!!! "
bentakanku menghentikan gerakannya sesaat.
dia nampak kaget karena aku tiba2 berteriak.
tujuanku berteriak adalah untuk mengagetkannya, sebab dia membawa paving dari batu yang berbahaya.
dan aku juga berniat menarik perhatian orang2 melalui teriakan tadi.
" HAYO MAJU!! AKU ORA WEDII!! " (AYO MAJU!! AKU TIDAK TAKUT!!)
aku kembali berteriak sekuat kuatnya.
dan benar, beberapa warga, pengemudi ojek dan juga pedagang kaki lima nampak melihat kami dari ujung gang.
" AYO NDANG MAJU! NEK AREP NGRAMPOK OJO TANGGUNG TANGGUNG!! "
sekali lagi aku berteriak untuk mendapatkan atensi penuh dari warga.
benar saja, para warga itu segera mendatangi kami dengan berteriak teriak.
aku yakin aku akan dibela oleh mereka karena aku tidak bersalah.
terlebih lagi para pemalak tadi bertato, bertindik dan berwajah seram.
berbanding terbalik denganku yang berpakaian normal dan bersih dari tindik dan tato.
ini menimbulkan kesan jika aku adalah korban dan mereka pelaku.
anak yang tadi mengangkat paving segera melemparkannya.
mereka bergegas mengambil alat musik yang tadi mereka letakan dan kabur.
mereka sempat mengumpat dan meludah kearahku ketika berusaha menghindari warga.
aku hanya menghindar dan menyepak langkah kaki pemalak yang berlari paling belakang.
dia limbung dan terjatuh, namun kembali berdiri sambil mengumpat kepadaku dan kabur mengejar teman2nya.
kemudian para warga sampai ketempatku dan menanyakan ada apa.
aku hanya menjawab jika tadi aku dipalak dan hendak dikeroyok karena menolak menyerahkan uang.
mereka lalu memeriksaku apakah aku baik2 saja.
aku hanya tersenyum karena memang aku tidak apa apa.
namun ketika kulihat gitar mas opik,
ternyata salah satu tunnersnya patah.
aku tak tahu kapan patahnya, mungkin ketika terjadi tarik menarik tadi.
setelah menjelaskan kepada warga, aku akhirnya berterimakasih dan berpamitan pulang dengan rasa bingung karena rusaknya gitar.
(bersambung)
nampak beberapa petani sedang bekerja disana.
sosok petani yang tekun bekerja di teriknya siang itu mengingatkanku pada bapak.
aku hanya bisa memandangnya hingga sosok itu menjauh dan menghilang karena kereta logawa yang membawaku ke tanah tujuan bergerak dengan cepat.
" yo, hati2 ya, tetaplah rendah hati, insyaAllah kamu akan diterima dengan baik dimanapun kamu berada "
pesan ibu kepadaku tadi pagi ketika aku berpamitan kepada beliau.
aku hanya mengangguk dan kemudian memeluk ibu.
si kecil ardi yang masih tak paham hanya bertanya tanya, kemanakah gerangan aku akan pergi.
dia heran karena tak pernah melihatku membawa tas yang besar dan bepakaian rapi.
aku hanya menciumnya dan berkata bahwa aku akan pulang suatu saat nanti.
dia mengajakku untuk bermain bola jika aku sudah pulang dengan polosnya.
aku hanya tersenyum dan menggendongnya terakhir kali sebelum berangkat.
tak lama kemudian, bapak sudah datang membawa sepeda pinjaman untuk mengantarku ke stasiun.
dan kemudian aku segera pergi karena jam keberangkatan kereta sudah dekat.
=========
aku masih berdiri di bordes menghadap ke pintu yang kacanya sudah tidak ada.
angin kencang yang masuk menyapu wajah dan membuat rambutku yang mulai gondrong berantakan.
keadaan di kereta memang penuh dan sesak.
banyak penumpang yang tidak mendapatkan tempat duduk, memilih berdiri disepanjang gerbong.
mereka menunggu penumpang yang beruntung bisa duduk turun untuk kemudian menempatinya.
sistem lama yang tanpa disadari membuat seseorang harus aktif bersosialisasi sekadar untuk bisa duduk dengan nyaman.
hari sudah semakin sore, kereta juga sudah sampai di stasiun semut surabaya.
aku sendiri sudah mendapatkan tempat duduk karena mayoritas penumpang sudah turun sebelum sampai di surabaya.
kutatap keluar, kearah langit senja yang membawa semburat merah.
sesekali para pedagang asongan dan pengamen berlalu lalang untuk mengais rezeki dari gerbong yang mulai sepi.
lampu gerbong sudah mulai dinyalakan seiring dengan suasana diluar yang semakin gelap.
aku akhirnya terlelap karena sudah merasa sangat lelah setelah berdiri di bordes dari stasiun keberangkatan sampai nganjuk.
aku membuka mata,
cahaya lampu kereta membuatku harus beradaptasi.
kulihat disekelilingku sudah cukup banyak penumpang baru.
kurasa mereka naik dari surabaya tadi.
aku bertanya pada seorang bapak disebelahku yang membawa jam,
pukul 18.45
berarti aku tertidur kurang lebih satu jam.
nampaknya tadi tidurku sangat nyenyak.
aku segera bangkit menuju kamar mandi untuk mencuci muka,
sebab suara dari speaker memberitakan jika kereta akan segera tiba di stasiun bangil, stasiun tujuan dari perjalananku ini
==========================
aku keluar dari stasiun dengan disambut oleh beberapa tukang becak.
mereka menawarkan jasa kepadaku.
kukeluarkan secarik kertas yang bertuliskan alamat pakdhe tukul.
salah seorang penarik becak segera tahu alamat yang kumaksud, maka dia menawarkan jasanya kepadaku.
aku bernegosiasi harga dengannya dan setelah tercapai kesepakatan, aku segera naik keatas becak.
becak membawaku pelan2 menyusuri jalan raya kota bangil yang ramai,
setelah sampai alun2, becak berbelok kejalan yang lebih kecil.
aku menikmati perjalananku ditempat asing ini.
sepanjang jalan kusaksikan banyak pemuda berpakaian gamis dan sarung.
sebuah pemandangan yang terasa baru bagiku.
karena ditempatku tak terasa seagamis disini.
becak berhenti disebuah gang,
aku segera membayar sang penarik becak atas jasanya.
setelah berterimakasih, becak berbalik arah dan meninggalkanku.
aku menoleh kekanan dan kekiri.
alamat yang kubawa hanya mengantarkanku sampai diujung gang ini saja.
akhirnya kuhampiri beberapa bapak yang sedang duduk di pos ronda.
kutanyakan kepada mereka alamat rumah pakdhe tukul,
namun mereka bilang tidak tahu.
aku sempat kebingungan karenanya.
kemudian kucoba menanyakan alamat pakdhe lagi, kali ini menggunakan nama istri beliau.
barulah bapak2 tadi tahu,
mereka berkata jika nama pakdhe tukul disini bukan itu, makanya mereka bingung.
akhirnya salah satu bapak menunjukanku rumah yang dimaksud.
aku berterimakasih kepada beliau dan bergegas menuju kesana.
aku mengetuk pintu dan mengucapkan salam.
"Assalamualaikum"
tak ada jawaban,
aku kembali mengetuk pintu itu.
" assalamualaikum, permisi "
tak lama terdengar langkah kaki dari dalam rumah.
setelah pintu terbuka, nampaklah wajah abdur, putra tunggal pakdhe thukul yang masih berusia 4 tahun.
" yaah, ada mas tiyo "
abdur memanggil pakdhe.
abdur memang sudah mengenalku karena pada beberapa kesempatan dibawa mudik oleh pakdhe.
pakdhe memang menikah diusia yang sudah sangat matang, 40 tahun tepatnya. maka tak heran putranya masih kecil walau beliau adalah kakak dari ibu.
tak lama dari dalam pakdhe thukul yang saat ini bertubuh tambun berlari tergopoh gopoh.
pakdhe: " wealah yoo? kenapa nggak ngabari? tau begini kan tak jemput "
aku: " q lupa nggak nyatet nomor HP pakdhe tadi pagi hehe"
pakdhe: " lha barusan naik apa sampe sini? "
aku: " naik becak de, tapi cuma sampai ujung gang doang, kesininya tanya orang "
pakdhe: " yo wes, sini masuk dulu "
aku kemudian masuk dan disambut oleh bude at, istri pakdhe.
bude at menyuruhku untuk membersihkan badan dan segera makan.
aku mengiyakan ajakannya.
aku melangkah menuju kamar mandi.
rumah pakdhe ini rumah model lama pada bagian depannya dan semi permanen pada bagian belakang.
suasana dirumah bagian depan dan belakang terasa sangat berbeda.
ada hawa dingin aneh di rumah bagian belakang.
mungkin hanya perasaanku saja karena sudah penat dan lelah.
aku segera mandi di kamar mandi yang terletak dipojok.
air dingin yang kuguyurkan ke badan membawa rasa dingin yang lantas membuatku kembali merasa segar.
dan kembali aku merasakan hawa dingin yang aneh.
nampaknya perasaanku tidak salah,
ada yang berbeda dari ruangan belakang ini.
namun aku tak menghiraukannya lebih lanjut dan segera menyelesaikan mandiku.
pakdhe menerimaku dengan baik dan menyuruhku tinggal bersama beliau selagi aku mencari pekerjaan.
aku berterimakasih atas kebaikan beliau. namun pakdhe hanya mengabaikan itu karena menganggap aku seperti putranya sendiri karena sudah terbiasa tinggal bersama semenjak kecil di kalimantan dulu.
dirumah pakdhe, selain ditinggali oleh bude at dan abdur, ada juga bude ros yang tak lain adalah kakak kandung bude at.
saat ini bude ros sedang berada dikediaman putranya di kota lain, jadi aku belum tahu seperti apakah beliau ini.
dan satu lagi penghuninya adalah mas eros, keponakan bude at yang semenjak kecil dirawat oleh beliau.
merekalah yang akan menjadi keluarga baruku selama disini.
=====
2 hari sudah aku berada di bangil.
aku harus sedikit beradaptasi dengan cuaca disiang hari karena rasanya lebih panas daripada dirumah.
bude at dan mas eros juga baik kepadaku, sehingga aku bisa menyimpulkan jika aku betah disini.
terlebih semalam pada saat bude ros pulang, dia nampak ramah kepadaku sebagai anggota keluarga baru dirumah.
namun kejadian pagi itu mengubah semua persepsiku 180 derajat.
pagi itu aku baru saja selesai menulis surat lamaran kerja.
surat tersebut akan kubawa ke kantor pos segera setelah aku mandi dan sarapan.
pakdhe tukul sebelum berangkat kerja sudah menyuruhku untuk sarapan bersamanya, namun kutolak karena aku sedang menyelesaikan surat lamaran kerja.
( pakdhe dan budhe at adalah karyawan pabrik yang setiap harinya pergi kerja sebelum pukul 07:00, sehingga urusan rumah tangga yang mengerjakan adalah bude ros )
setelah selesai mandi aku mengambil piring di rak dan menuju meja makan.
bude ros sedang mencuci pakaian di kamar mandi yang berdekatan dengan ruang makan.
saat aku akan mengambil nasi, tiba2 terdengar celetukan dari kamar mandi.
" enaknya, pagi2 nggak ngapa2in langsung makan "
DEG, hatiku langsung tersinggung mendengar kata2 itu.
aku sempat tak percaya jika bude ros akan mengatakan hal tersebut karena dari semalam dia terlihat baik.
" kenapa bude? " aku bertanya kepada bude ros, barangkali aku salah dengar.
" lha iyo, enaknya orang numpang, nggak ngapa ngapain, pagi2 udah tinggal makan " ulangnya sambil melirik sinis kearahku.
aku langsung kehilangan selera makan karena kata2nya.
piring langsung kukembalikan ke rak dan membatalkan niatku untuk makan.
hatiku terasa panas oleh kata2nya, namun aku tak mampu membantah karena kata2nya juga tidak salah.
dari bangun subuh tadi, aku memang tidak melakukan apapun.
setelah matahari keluar, barulah aku membuat surat lamaran kerja.
aku mengambil surat lamaran yang sudah masuk kedalam amplop coklat besar.
kemudian aku bergegas keluar untuk menuju ke kantor pos dengan harapan emosi dihatiku bisa mereda dengan sendirinya.
cuaca sudah agak siang, di kantor pos tadi aku sempat melihat jam sebelum pulang.
pukul 10.20.
aku berjalan kembali menuju rumah pakdhe tukul.
kupikir kejadian tadi pagi itu hanya karena suasana hati bude ros sedang tidak baik.
aku berusaha berdamai dengan hatiku yang tersinggung.
setibanya dirumah, abdur sudah pulang dari playgrup.
dia mengajakku bermain, maka kuiyakan karena aku teringat ardi di rumah.
kami bermain hingga adzan dzuhur berkumandang.
bude ros menyuruh abdur untuk makan dilanjutkan tidur siang karena akan mengaji pada sore harinya.
abdur bergegas menuju ruang makan dan makan bersama bude ros.
aku sempat menengok kepada mereka, namun bude ros juga tidak menawariku.
akhirnya aku hanya duduk diruang depan dengan perut lapar.
sorenya, pakdhe tukul pulang kerja.
beliau membawa 3 bungkus bakso.
diberikannya kepadaku satu, dan yang dua diberikan kepada abdur yang kegirangan.
aku segera menuju kebelakang untuk mengambil mangkuk.
sempat kulihat bude ros yang berada didalam kamarnya melirik kepadaku dengan tatapan tak menyenangkan.
aku berusaha mengacuhkan dan kemudian menikmati baksoku dengan lahap karena perutku terakhir terisi makanan adalah semalam.
pakdhe tukul yang melihatku makan dengan lahap menyuruhku untuk menambah dengan nasi agar kenyang.
aku hanya mengiyakan.
sebenarnya aku memang ingin menambah nasi, namun aku malas jika harus melewati kamar bude ros.
aku tak ingin ada masalah baru antara aku dan dia.
walau sebenarnya aku merasa tidak berbuat salah.
setelah hari itu, perkataan bude ros kepadaku semakin tajam dan tidak mengenakan.
dia selalu mencibir apapun yang aku lakukan.
padahal aku juga tidak malas.
setiap pagi selepas shalat subuh di mushola, aku tidak tertidur kembali.
aku memilih jogging di alun2 kota bangil.
sepulangnya, aku tidak berleha2 dan membantu membersihkan rumah.
terkadang aku juga membantu memasak.
namun sepertinya bude ros memang benci kepadaku.
sehingga apapun yang aku lakukan selalu salah dimatanya.
apalagi jika urusannya sudah dengan makan
beliau selalu menyindirku dengan kata2 pedas yang pada intinya kalau aku itu adalah orang numpang yang tidak tahu diri.
aku benar2 jengah, maka ketika siang dan pakdhe thukul tidak ada, aku lebih memilih makan diluar dengan uang sakuku yang semakin menipis.
anehnya, ketika pakdhe tukul dan bude at dirumah,
bude ros tidak pernah mempermasalahkan apapun.
ketika aku makan bersama sama, tidak ada cibiran dari mulutnya.
hanya saja dia tetap memandangku dengan tatapan mata sinis.
aku tak habis pikir, sebenarnya apakah gerangan salahku.
hingga suatu hari, aku benar benar kehabisan uang saku.
uang yang kumiliki tinggal sebesar 15 ribu rupiah.
aku bingung karena tak juga mendapatkan panggilan kerja.
terlebih bude ros semakin sering mencibirku, bahkan ketika aku sedang menuliskan lamaran kerja.
dia berkata:
" apaan, katanya pinter, sekolahnya berprestasi, tapi nglamar kerja nggak dipanggil panggil "
aku hanya menjawab pelan,
" namanya juga belum rizki bude, ya semoga bisa lekas dapat pekerjaan lah, biar nggak ngerepotin terus "
bude ros hanya mengacuhkanku dan kembali masuk kedalam kamarnya.
aku kembali berusaha bersabar dan hanya bisa mengelus dada.
mungkin jika yang berkata laki2 akan kuajak berkelahi, namun karena bude ros itu wanita, aku hanya bisa bersabar.
pantang bagiku menyakiti perempuan walau hanya melalui kata2.
begitulah prinsip hidup yang kuanut.
aku memutuskan untuk meminjam gitar milik teman mas eros.
rencananya aku akan mengamen agar mempunyai uang tambahan.
setelah gitar ada ditangan, aku segera pergi keluar.
aku berjalan berusaha pergi agar cukup jauh dari kampung tempat pakdhe tukul tinggal.
aku tak ingin ada yang mengenaliku dan kemudian bercerita kepada pakdhe.
sebab beliau sudah berkali kali menyodorkan uang kepadaku sebagai pegangan,
namun selalu kutolak karena aku tidak enak hati.
setelah kurasa cukup jauh, aku segera mengamen dari rumah ke rumah.
berbagai macam tanggapan kuterima ketika aku mengamen.
ada yang berbaik hati memberikan uang barang 500 rupiah.
namun tak jarang yang mengacuhkanku.
bahkan ada juga yang meghardikku dan mengusir.
dia juga berkata jika aku adalah pemuda malas yang tak mau bekerja.
sekali lagi aku hanya bisa mengelus dada.
kuharap aku punya pekerjaan yang bisa membuatku tidak dihina orang disana sini.
aku mengamen diam2 selama beberapa hari.
mas opik, teman mas eros yang memiliki gitar sampai heran karena aku selalu meminjam gitar kepadanya setiap pagi.
aku beralasan sedang ingin mengisi waktu karena tidak ada teman.
mas opik nampak curiga, namun aku segera pamit kepadanya.
sebetulnya tidak enak juga terus menerus meminjam gitar.
namun mau bagaimana lagi?
aku sudah sering menawarkan diri kepada orang2 dipasar untuk kubantu sebagai buruh angkut kala aku mengamen dipasar.
namun kebanyakan mereka menolak ketika mendengarku.
mereka merasa aneh dengan logat bicaraku yang terdengar asing. (logat bangil adalah mirip seperti surabaya, sedangkan aku lebih mirip logat jogja).
belum lagi para buruh angkut dipasar yang menyuruhku pergi dan mengamen saja karena merasa lahan pekerjaan mereka diganggu.
maka akupun hanya bisa mengamen lagi dengan resiko diacuhkan dan ditolak.
jujur hati kecilku menangis dan merasa jika ini adalah pilihan yang salah.
namun aku berusaha bersabar dan tegar.
inilah resiko hidup di tanah rantau. apapun harus kuhadapi dan kujalani dengan ikhlas.
yang penting aku tidak melakukan hal2 buruk dan tercela dalam prosesnya.
tiada tempat untuk rasa gengsi dan malu!!!
jam menunjukan pukul 14.20,
aku sedang beristirahat distasiun bangil.
setelah shalat dzuhur, aku mampir kewarung makan untuk mengisi perutku yang sedari pagi kosong melompong.
ketika sedang duduk, tiba2 aku dihampiri beberapa 4 orang pengamen jalanan lainnya.
mereka menatapku dengan tatapan tidak bersahabat.
mereka: " heh, sopo koen? " (hei, siapa kamu)
aku: " eh, pripun mas? " (eh bagaimana mas?)
mereka: " koen iku sopo? kok wanine amen2 nduk kene? " ( kamu itu siapa kok beraninya ngamen disini? )
aku: " sepurane mas nek ngganggu, tapi aku tak nunut ngamen nggih " (mohon maaf jika mengganggu, tapi aku numpang mengamen ya )
mereka: " c*k, koen lek kate amen2 nduk kene yo kudu mbayar disek rek " ( [umpatan] kamu kalau mau ngamen disini ya bayar dulu )
aku: " mbayar nggo ngopo to mas? " ( bayar buat apa mas? )
mereka: " gawe opo ndadakno, koen iku guduk wong kene, lek kate melok golek pangan yo kudu mbayar!! " ( pake nanya buat apaan, kamu itu bukan orang sini, kalau mau ikut cari uang ya harus bayar dulu!! )
nada perkataan mereka mulai meninggi.
aku sadar jika aku sedang dipalak.
melihat itu, penjual nasi keluar untuk mengusir mereka.
dia tak mau orang yang sedang makan disitu merasa terganggu.
maka keempat orang pengamen itu pergi dengan tatapan masih kepadaku.
penjual: " wes mas, ojok direken arek2 iku, ancen senenge gawe kisruh " ( sudah mas, jangan dipedulikan anak2 itu, sukanya memang bikin onar )
aku: " nggih pak, maturnuwun, kulo tak pindah panggenan mawon " ( iya pak, terimakasih, saya pindah tempat saja )
penjual: " sampean guduk arek kene ketok e, logate koyok wong kulonan, sing ati2 ae mas yo, sakaken sampean " ( kamu kelihatannya buka orang sini, loganya seperti orang kulonan, hati2 saja mas, kasihan kamu ini )
*kulon/barat [jawa tengah biasa disebut kulonan karena posisinya disebelah barat jawa timur]
aku: " nggih pak, maturnuwun " ( iya pak, terimakasih )
aku akhirnya membayar makanku dan kemudian melanjutkan pergi karena tidak mau berurusan dengan para pengamen tadi.
namun ternyata para pengamen tadi membuntutiku.
mereka menghentikanku didalam sebuah gang sempit dan sepi.
mereka: " he c*k, mbayar sek lek kate amen2 nduk kene! " ( he [umpatan], bayar dulu kalau mau ngamen disini!)
aku: " sepurane mas, kok aku mbayar iku mbayar opo? nek ra cetho aku wegah mbayar " ( maaf mas, kok aku harus bayar itu bayar apaan? kalau nggak jelas, aku nggak mau bayar )
mereka: " jan**k koen, cangkeman tok! " ( [umpatan] kamu, ngomong terus )
salah satu dari mereka lalu berusaha merebut gitar mas opik.
kontan aku mempertahankannya. aku tidak ingin gitar itu rusak.
melihat aku mempertahankan gitar dan melawan, seorang lagi berusaha memukul wajahku.
merasa terancam, reflek aku segera menendang kemaluan anak yang menarik gitar mas opik.
dia langsung jatuh terduduk sambil memegangi selangkangannya dan mengumpat umpat.
gitar berhasil kurebut kembali dan aku menghindari pukulan anak kedua.
pukulannya hanya menembus angin dan tubuhnya limbung.
aku menyepak kaki yang anak itu gunakan untuk melangkah,
"BRUKKK!"
sepakanku membuatnya jatuh tersungkur.
kedua temannya yang lain segera meletakan alat musik mereka dan berusaha menyerangku.
satu mengepal bersiap melayangkan bogem terbaiknya.
sedangkan yang satu kulihat mengambil pecahan paving berukuran besar.
" waduh, bahaya ini, bisa2 aku celaka kalau sembarangan " pikirku.
aku segera mengalungkan gitar mas opik kepundak dan memasang kuda kuda silat.
sebelum anak ketiga tadi menyerangku dengan pukulannya, aku mendahului maju dan menyambutnya dengan tendangan depan yang kuarahkan kedagu.
dia membatalkan pukulannya dan melompat mundur.
temannya yang tadi memegang paving berlari sambil mengangkat pecahan paving tinggi2 berusaha menghajar kepalaku.
aku memperkuat kudaku dan membentaknya keras keras.
" HAAAHHHHH!!!! "
bentakanku menghentikan gerakannya sesaat.
dia nampak kaget karena aku tiba2 berteriak.
tujuanku berteriak adalah untuk mengagetkannya, sebab dia membawa paving dari batu yang berbahaya.
dan aku juga berniat menarik perhatian orang2 melalui teriakan tadi.
" HAYO MAJU!! AKU ORA WEDII!! " (AYO MAJU!! AKU TIDAK TAKUT!!)
aku kembali berteriak sekuat kuatnya.
dan benar, beberapa warga, pengemudi ojek dan juga pedagang kaki lima nampak melihat kami dari ujung gang.
" AYO NDANG MAJU! NEK AREP NGRAMPOK OJO TANGGUNG TANGGUNG!! "
sekali lagi aku berteriak untuk mendapatkan atensi penuh dari warga.
benar saja, para warga itu segera mendatangi kami dengan berteriak teriak.
aku yakin aku akan dibela oleh mereka karena aku tidak bersalah.
terlebih lagi para pemalak tadi bertato, bertindik dan berwajah seram.
berbanding terbalik denganku yang berpakaian normal dan bersih dari tindik dan tato.
ini menimbulkan kesan jika aku adalah korban dan mereka pelaku.
anak yang tadi mengangkat paving segera melemparkannya.
mereka bergegas mengambil alat musik yang tadi mereka letakan dan kabur.
mereka sempat mengumpat dan meludah kearahku ketika berusaha menghindari warga.
aku hanya menghindar dan menyepak langkah kaki pemalak yang berlari paling belakang.
dia limbung dan terjatuh, namun kembali berdiri sambil mengumpat kepadaku dan kabur mengejar teman2nya.
kemudian para warga sampai ketempatku dan menanyakan ada apa.
aku hanya menjawab jika tadi aku dipalak dan hendak dikeroyok karena menolak menyerahkan uang.
mereka lalu memeriksaku apakah aku baik2 saja.
aku hanya tersenyum karena memang aku tidak apa apa.
namun ketika kulihat gitar mas opik,
ternyata salah satu tunnersnya patah.
aku tak tahu kapan patahnya, mungkin ketika terjadi tarik menarik tadi.
setelah menjelaskan kepada warga, aku akhirnya berterimakasih dan berpamitan pulang dengan rasa bingung karena rusaknya gitar.
(bersambung)
symoel08 dan 13 lainnya memberi reputasi
14