- Beranda
- Stories from the Heart
[TAMAT] Saat Senja Tiba
...
TS
gridseeker
[TAMAT] Saat Senja Tiba
Polling
Poll ini sudah ditutup. - 333 suara
Siapa tokoh yang menurut agan paling layak dibenci / nyebelin ?
Wulan
20%
Shela
9%
Vino (TS)
71%
Diubah oleh gridseeker 04-07-2017 19:00
afrizal7209787 dan 31 lainnya memberi reputasi
32
1.4M
5.4K
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•51.8KAnggota
Tampilkan semua post
TS
gridseeker
#3032
Part 75
Setelah puas bercumbu ria, kami pun saling berpandangan. Cuma sekarang posisinya kebalik, Wulan berbaring di atas sofa, sedangkan ane ada diatasnya. Wulan menatap ane dengan mesra, dan ane juga begitu. Dia bener-bener kelihatan mempesona malam ini, emang sih dia selalu terlihat cantik setiap saat, cuma sepertinya kali ini ane merasa dia begitu lain.
“Kenapa ? “ tanya ane ketawa saat Wulan terus aja tersenyum memandangi ane.
“Lho emangnya kenapa ? “ Wulan bertanya balik sambil ketawa.
“Nggak ada apa-apa kok. “ jawab ane salah tingkah.
“Nggak papa kok ketawa sendiri. “ kata Wulan.
“Eh itu … kancing piyama kamu masih kebuka tuh. “ jawab ane sekenanya. Lhaa kok malah ngomongin itu sih ?
“Sejak tadi kamu kok ngomongin kancing piyamaku terus ? “ tanya Wulan.
“Nggak kok.. haha. “ jawab ane sambil nyengir.
“Kamu boleh kok buka kancing lainnya kalo kamu mau. “ kata Wulan.
“Haahh ? “ ane kaget dengan kata-kata Wulan barusan.
“Kenapa ? Kok malah bengong ? “ tanya Wulan sambil tersenyum nakal.
“Ka.. kamu serius, Lan ? “ tanya ane.
Wulan kemudian memegang tangan ane lalu menempelkannya ke arah kancing piyamanya yang masih menutup. Ane cuma memandangi dengan gugup dan berkeringat dingin. Wulan apa-apaan sih ?
“Ayo lepas aja kancingnya kalau kamu emang pengen. “ kata Wulan sambil menatap ane.
“Ayo, nggak apa-apa kok. Aku nggak bakalan marah. “ kata Wulan lagi dengan tersenyum melihat ane yang ragu-ragu.
Dengan hati dag dig dug ane pun menuruti permintaan Wulan. Astagaa, ini bener-bener udah kelewatan, tapi lagi-lagi ane seperti terhipnotis dan mulai melepas kancing piyama Wulan satu persatu. Karena dua kancing atas udah kebuka, maka ane mulai dari kancing urutan tiga, ah lepas… lalu kancing keempat.. oh my.. sepertinya Wulan sama sekali nggak pakai daleman. Apakah lupa atau sengaja, ah ane nggak tahu, tapi dia cuma menatap ane sambil tersenyum penuh arti dan sama sekali nggak canggung atau malu. Ups… kancing keempat udah lepas, oke sekarang menuju kancing kelima dan … yaah elah, ternyata kancing kelima alias terakhir udah dalam posisi lepas.
“U..udah Lan, udah aku lepas semua. “ kata ane dengan gugup.
“Masa cuma ngelepas kancing doang ? Ayo lanjutin dong. “ kata Wulan lagi-lagi tersenyum nakal.
“Lanjutin gimana ? “ tanya ane pura-pura gak paham.
“Apa harus dijelasin ? “ tanya Wulan.
Wulan lalu bangkit duduk, dan tentu saja dengan posisi semua kancing piyama udah terlepas semua. Duh duuhh, pemandangan yang bikin darah ane langsung mengalir semua ke bawah, soalnya terlihat jelas….ah sudahlah.
“Tapi… “
“Kenapa ? “
“Aku nggak sanggup Lan. “ kata ane dengan hati-hati.
“Ih… tadi siang aja kamu bisa peluk-peluk aku, sekarang cuma segini aja kok nggak sanggup ? “ tanya Wulan. Ane cuma terdiam sambil menatap Wulan.
“Apa perlu aku sendiri yang ngelakuin ? “ tanya Wulan sambil kedua tangan memegang kerah piyamanya lalu pelan-pelan menariknya ke samping.
“Jangan !! “ spontan ane memegang kedua tangan Wulan biar dia nggak bertindak lebih jauh lagi.
“Kamu kenapa sih ? Aku kan udah jadi milikmu, jadi kamu bebas mau ngelakuin apapun. Lagipula kita toh akan menikah, jadi wajar dong aku melayanimu selayaknya seorang istri. “ kata Wulan yang sepertinya menyindir kata-kata ane tadi siang.
“Aduh, Lan, kamu tahu kan kalo tadi siang aku cuma bersandiwara. Kita kan udah membahasnya. “ jawab ane.
"Kamu ini aneh deh, bilang nggak sanggup tapi nyatanya kancing piyamaku udah lepas semua. " kata Wulan seraya menatap ane.
"Hah itu kan... "
"Jadi gimana ? Kamu beneran nggak mau ? " tanya Wulan seraya kembali menarik kerah piyamanya sehingga kelihatan...
"Udah, udah, Lan !! " kata ane sembari buru-buru memegang tangan Wulan lagi, soalnya sepertinya Wulan bener-bener nekat mau melepas piyamanya, padahal dia gak pakai daleman.
"Tolong, kancingkan lagi piyamamu, please. " pinta ane.
"Gimana sih ? " kata Wulan sewot.
“Tadi dibuka, sekarang malah disuruh nutup lagi... “ gerutu Wulan sambil mengancingkan piyamanya satu per satu.
“Kamu tau nggak ? Tadi siang aku ngarepnya kamu itu serius lho, bukan sandiwara. “ kata Wulan lagi.
“Ah yang bener, orang kamu aja bilang nggak, nggak gitu kok. “ jawab ane.
“Aku kan juga bisa bersandiwara, Vin. “ kata Wulan sambil mentowel hidung ane.
“Lagipula aktingmu itu jelek banget. Aku pun sempet merasa aneh soalnya sebelum Yovie datang, aku kan sengaja diem soalnya pengen ngetes kamu ini serius apa nggak, dan ternyata kamunya juga ikut-ikut diem seolah-olah menunggu sesuatu. “ timpal Wulan seraya menatap ane.
“Ah masa sih ? “ tanya ane pura-pura nggak tahu. Wih, ternyata nggak gampang mengelabuhi Wulan.
“Yaa udahlah. “ kata Wulan sembari beranjak berdiri.
“Kamu mau kemana ? “ tanya ane.
“Balik ke kamar lah, daripada disini nggak kamu apa-apain. “ jawab Wulan sambil berjalan menuju tangga lantai 2.
Ane cuma menatap calon istri.. eh Wulan yang berjalan meninggalkan ruang tamu. Ane lihat ke jam dinding, ternyata masih jam dua lebih lima. Besok kuliah jam tujuh, ane lalu meraba-raba perut ane dan muka ane. Duh masih perih, apa iya ane harus kuliah dalam kondisi muka babak belur gini, pasti bakalan jadi omongan sekelas. Ah udahlah, mending tidur aja, semoga besok udah baikan.
Setelah tertidur beberapa lama, lagi-lagi ane merasa ada sesuatu yang dingin menempel di kening ane. Ane pun membuka mata, dan ternyata…
“Selamat pagi, sayang. “ sapa Wulan sembari tersenyum riang, yang ditangannya mengenggam sebotol air es.
“Lho kamu kok udah bangun, eh jam berapa ini ? “ tanya ane setengah sadar.
“Udah jam enam kurang lima lho. Kita kuliah jam tujuh kan ? “ kata Wulan.
“Oh iya Lan !! Aku lupa, kamu udah pamit belum sama orang tua kamu kalo nginep disini ? “ tanya ane.
“Wee ya nggak lah. Aku pamitnya main ke rumah Putri. “ jawab Wulan.
“Oh iya nih udah aku bikinkan Coffemix. Diminum mumpung masih hangat. “ kata Wulan lagi sembari menunjuk secangkir kopi di meja tamu.
"Itu bukan Coffemix ya, tapi Good Day Cappucino, dari baunya aja keliatan. " kata ane.
"Eh iya ya, aku nggak memperhatikan soalnya. " jawab Wulan ketawa.
“Makasih ya. “ jawab ane seraya menatap Wulan, dan dia lagi-lagi tersenyum, duh cantiknya cewek satu ini.
"Aku mandi dulu, habis itu gantian kamu ya ? “ kata Wulan sembari beranjak berdiri.
“Atau mau mandi bareng ? “ tanya Wulan lagi-lagi tersenyum nakal, yang entah bercanda atau tidak.
“Heh apaan sih kamu ini. “ jawab ane sok-sokan nolak, padahal mau banget.
Mendengar jawaban ane Wulan cuma ketawa, lalu bergegeas menuju ke belakang. Ane lalu menyeruput kopi buatan calon... ah elah maksud ane Wulan, Wah ini pertama kalinya dalam sejarah, ada yang bikinin secangkir kopi buat ane.
Udah dulu ya, ntar ane lanjutin, beneran ntar ane bakal lanjutin
Kalo nggak ane rela makan Indomie tapi kuahnya diganti Mijon
“Kenapa ? “ tanya ane ketawa saat Wulan terus aja tersenyum memandangi ane.
“Lho emangnya kenapa ? “ Wulan bertanya balik sambil ketawa.
“Nggak ada apa-apa kok. “ jawab ane salah tingkah.
“Nggak papa kok ketawa sendiri. “ kata Wulan.
“Eh itu … kancing piyama kamu masih kebuka tuh. “ jawab ane sekenanya. Lhaa kok malah ngomongin itu sih ?
“Sejak tadi kamu kok ngomongin kancing piyamaku terus ? “ tanya Wulan.
“Nggak kok.. haha. “ jawab ane sambil nyengir.
“Kamu boleh kok buka kancing lainnya kalo kamu mau. “ kata Wulan.
“Haahh ? “ ane kaget dengan kata-kata Wulan barusan.
“Kenapa ? Kok malah bengong ? “ tanya Wulan sambil tersenyum nakal.
“Ka.. kamu serius, Lan ? “ tanya ane.
Wulan kemudian memegang tangan ane lalu menempelkannya ke arah kancing piyamanya yang masih menutup. Ane cuma memandangi dengan gugup dan berkeringat dingin. Wulan apa-apaan sih ?
“Ayo lepas aja kancingnya kalau kamu emang pengen. “ kata Wulan sambil menatap ane.
“Ayo, nggak apa-apa kok. Aku nggak bakalan marah. “ kata Wulan lagi dengan tersenyum melihat ane yang ragu-ragu.
Dengan hati dag dig dug ane pun menuruti permintaan Wulan. Astagaa, ini bener-bener udah kelewatan, tapi lagi-lagi ane seperti terhipnotis dan mulai melepas kancing piyama Wulan satu persatu. Karena dua kancing atas udah kebuka, maka ane mulai dari kancing urutan tiga, ah lepas… lalu kancing keempat.. oh my.. sepertinya Wulan sama sekali nggak pakai daleman. Apakah lupa atau sengaja, ah ane nggak tahu, tapi dia cuma menatap ane sambil tersenyum penuh arti dan sama sekali nggak canggung atau malu. Ups… kancing keempat udah lepas, oke sekarang menuju kancing kelima dan … yaah elah, ternyata kancing kelima alias terakhir udah dalam posisi lepas.
“U..udah Lan, udah aku lepas semua. “ kata ane dengan gugup.
“Masa cuma ngelepas kancing doang ? Ayo lanjutin dong. “ kata Wulan lagi-lagi tersenyum nakal.
“Lanjutin gimana ? “ tanya ane pura-pura gak paham.
“Apa harus dijelasin ? “ tanya Wulan.
Wulan lalu bangkit duduk, dan tentu saja dengan posisi semua kancing piyama udah terlepas semua. Duh duuhh, pemandangan yang bikin darah ane langsung mengalir semua ke bawah, soalnya terlihat jelas….ah sudahlah.
“Tapi… “
“Kenapa ? “
“Aku nggak sanggup Lan. “ kata ane dengan hati-hati.
“Ih… tadi siang aja kamu bisa peluk-peluk aku, sekarang cuma segini aja kok nggak sanggup ? “ tanya Wulan. Ane cuma terdiam sambil menatap Wulan.
“Apa perlu aku sendiri yang ngelakuin ? “ tanya Wulan sambil kedua tangan memegang kerah piyamanya lalu pelan-pelan menariknya ke samping.
“Jangan !! “ spontan ane memegang kedua tangan Wulan biar dia nggak bertindak lebih jauh lagi.
“Kamu kenapa sih ? Aku kan udah jadi milikmu, jadi kamu bebas mau ngelakuin apapun. Lagipula kita toh akan menikah, jadi wajar dong aku melayanimu selayaknya seorang istri. “ kata Wulan yang sepertinya menyindir kata-kata ane tadi siang.
“Aduh, Lan, kamu tahu kan kalo tadi siang aku cuma bersandiwara. Kita kan udah membahasnya. “ jawab ane.
"Kamu ini aneh deh, bilang nggak sanggup tapi nyatanya kancing piyamaku udah lepas semua. " kata Wulan seraya menatap ane.
"Hah itu kan... "
"Jadi gimana ? Kamu beneran nggak mau ? " tanya Wulan seraya kembali menarik kerah piyamanya sehingga kelihatan...
"Udah, udah, Lan !! " kata ane sembari buru-buru memegang tangan Wulan lagi, soalnya sepertinya Wulan bener-bener nekat mau melepas piyamanya, padahal dia gak pakai daleman.
"Tolong, kancingkan lagi piyamamu, please. " pinta ane.
"Gimana sih ? " kata Wulan sewot.
“Tadi dibuka, sekarang malah disuruh nutup lagi... “ gerutu Wulan sambil mengancingkan piyamanya satu per satu.
“Kamu tau nggak ? Tadi siang aku ngarepnya kamu itu serius lho, bukan sandiwara. “ kata Wulan lagi.
“Ah yang bener, orang kamu aja bilang nggak, nggak gitu kok. “ jawab ane.
“Aku kan juga bisa bersandiwara, Vin. “ kata Wulan sambil mentowel hidung ane.
“Lagipula aktingmu itu jelek banget. Aku pun sempet merasa aneh soalnya sebelum Yovie datang, aku kan sengaja diem soalnya pengen ngetes kamu ini serius apa nggak, dan ternyata kamunya juga ikut-ikut diem seolah-olah menunggu sesuatu. “ timpal Wulan seraya menatap ane.
“Ah masa sih ? “ tanya ane pura-pura nggak tahu. Wih, ternyata nggak gampang mengelabuhi Wulan.
“Yaa udahlah. “ kata Wulan sembari beranjak berdiri.
“Kamu mau kemana ? “ tanya ane.
“Balik ke kamar lah, daripada disini nggak kamu apa-apain. “ jawab Wulan sambil berjalan menuju tangga lantai 2.
Ane cuma menatap calon istri.. eh Wulan yang berjalan meninggalkan ruang tamu. Ane lihat ke jam dinding, ternyata masih jam dua lebih lima. Besok kuliah jam tujuh, ane lalu meraba-raba perut ane dan muka ane. Duh masih perih, apa iya ane harus kuliah dalam kondisi muka babak belur gini, pasti bakalan jadi omongan sekelas. Ah udahlah, mending tidur aja, semoga besok udah baikan.
Setelah tertidur beberapa lama, lagi-lagi ane merasa ada sesuatu yang dingin menempel di kening ane. Ane pun membuka mata, dan ternyata…
“Selamat pagi, sayang. “ sapa Wulan sembari tersenyum riang, yang ditangannya mengenggam sebotol air es.
“Lho kamu kok udah bangun, eh jam berapa ini ? “ tanya ane setengah sadar.
“Udah jam enam kurang lima lho. Kita kuliah jam tujuh kan ? “ kata Wulan.
“Oh iya Lan !! Aku lupa, kamu udah pamit belum sama orang tua kamu kalo nginep disini ? “ tanya ane.
“Wee ya nggak lah. Aku pamitnya main ke rumah Putri. “ jawab Wulan.
“Oh iya nih udah aku bikinkan Coffemix. Diminum mumpung masih hangat. “ kata Wulan lagi sembari menunjuk secangkir kopi di meja tamu.
"Itu bukan Coffemix ya, tapi Good Day Cappucino, dari baunya aja keliatan. " kata ane.
"Eh iya ya, aku nggak memperhatikan soalnya. " jawab Wulan ketawa.
“Makasih ya. “ jawab ane seraya menatap Wulan, dan dia lagi-lagi tersenyum, duh cantiknya cewek satu ini.
"Aku mandi dulu, habis itu gantian kamu ya ? “ kata Wulan sembari beranjak berdiri.
“Atau mau mandi bareng ? “ tanya Wulan lagi-lagi tersenyum nakal, yang entah bercanda atau tidak.
“Heh apaan sih kamu ini. “ jawab ane sok-sokan nolak, padahal mau banget.
Mendengar jawaban ane Wulan cuma ketawa, lalu bergegeas menuju ke belakang. Ane lalu menyeruput kopi buatan calon... ah elah maksud ane Wulan, Wah ini pertama kalinya dalam sejarah, ada yang bikinin secangkir kopi buat ane.

Udah dulu ya, ntar ane lanjutin, beneran ntar ane bakal lanjutin

Kalo nggak ane rela makan Indomie tapi kuahnya diganti Mijon

Diubah oleh gridseeker 17-02-2017 23:26
jenggalasunyi dan 5 lainnya memberi reputasi
6
![[TAMAT] Saat Senja Tiba](https://s.kaskus.id/images/2017/05/28/9056684_20170528125804.jpg)
Pokoknya just enjoy the story hehe biar sama-sama enak
Dan karena ane masih nubi disini mohon maaf jika terjadi banyak kesalahan ya gan