- Beranda
- Stories from the Heart
Biro Detektif Supranatural PSYCH: Prince Charming #2
...
TS
dianmaya2002
Biro Detektif Supranatural PSYCH: Prince Charming #2
Biro Detektif Supranatural PSYCH: Prince Charming #2
Erick dan Darren kembali dihadapkan dengan seorang psikopat gila pecinta Disney Princess yang menyebut dirinya sebagai PRINCE CHARMING. Korban - korbannya selalu ditemukan dalam berbagai tema Disney Princess, seperti Stella Magnolia yang ditemukan ditepi dermaga dalam balutan kostum mermaid seperti Princess Ariel.
Apakah duo detektif ini dapat menghentikan kegilaan Prince Charming?
Apakah duo detektif ini dapat menghentikan kegilaan Prince Charming?
Hai Agan dan Aganwati...
Ane balik lagi nih buat posting sequel nya Biro Detektif Supranatural PSYCH
Yang masih penasaran sama Mbak Samantha Reindhaard bakal ane buat tambah penasaran lagi...
ini akun wattpad ane Anthazagoraphobia
karya ane:
Biro Detektif Supranatural PSYCH : Pieces #1
The Haunted Hotel La Chandelier
bagi cendol dan rate nya ya
DAFTAR ISI
Spoiler for Index:
Diubah oleh dianmaya2002 07-03-2017 13:20
zeref13 dan 5 lainnya memberi reputasi
6
16.9K
Kutip
80
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
31.6KThread•42.5KAnggota
Tampilkan semua post
TS
dianmaya2002
#23
Spoiler for #8 bagian 1:
-Tim A Hutan Tenggara Metropolis-
19 jam 04 menit
Damian beserta 20 orang rekannya sudah sampai didepan gerbang masuk hutan lindung yang berada di tenggara Metropolis. Mereka tiba dengan kendaraan roda empat yang memakan waktu hampir tiga jam perjalanan. Kedatangan mereka disambut oleh dua orang pria berbaju safari berwarna cokelat muda dengan topi hitam yang menutupi wajah mereka. Kedua pria itu adalah seorang jaga wana atau polisi hutan yang bernama Luthfi dan Jace. Mereka berdua bertugas untuk mengantar Damian dan timnya mengelilingi hutan untuk mencari petunjuk keberadaan korban Prince Charming yang selanjutnya.
Setelah berbasa basi sejenak, mereka pun membagi Tim yang ada menjadi dua kelompok agar mempercepat pencarian. Tim pertama dipimpin oleh Damian dan Jace sedangkan Tim kedua dipimpin oleh Erlangga dan Luthfi yang masing – masing beranggotakan sepuluh orang polisi.
"Baiklah kalau begitu kita akan berpencar. Jika menemukan petunjuk sekecil apa pun hubungi saja melalui radio yang kalian bawa. Satu lagi! Berhati – hatilah karena kita tidak sedang berhadapan dengan pelaku kriminal biasa." Ujar Damian kepada rekan kerjanya.
"Siap laksanakan."ujar mereka serempak.
Kedua tim itu pun berpisah disebuah jalan setapak bercabang dua.
***
17 jam 04 menit
Sudah dua jam Tim Damian – Jace menyusuri hutan lindung yang lebat itu, namun mereka tidak menemukan apa – apa sampai salah seorang anggota mereka berteriak dengan sangat keras.
"AAAAAAaaaaaaaaaaaaaaarrrrrgggggggghhhhhhhhhhhhh!!!!"
Damian dan lainnya yang berjalan didepan pun seketika itu menoleh ke belakang, mencari tahu apa yang tengah terjadi dengan anak buahnya itu. Damian begitu terkejut ketika melihat anak buahnya yang bernama Rasyid tengah diseret oleh suatu benda mirip dengan akar tumbuhan rambat. Akhirnya Damian dan anak buahnya mengejar Rasyid yang telah menghilang didalam rimbunnya hutan.
Damian dan lainnya menemukan Rasyid tergantung diatas sebuah pohon beringin tua yang sangat besar. Sepertinya usia pohon beringin itu sudah ratusan tahun.
"Guys! Bisa turunkan aku dari sini?" pinta Rasyid yang menggantung dengan keadaan terbalik. Kepala dibawah dan kaki diatas.
Jace mengayunkan golok tajam yang ada ditangannya dan memotong serabut akar yang membelit kaki Rasyid hingga ia terjatuh ke tanah diiringi dengan suara keras yang berasal dari benturan tubuhnya dan tanah yang keras.
"Shit!" umpat Damian dengan mata mengarah pada sebuah dahan pohon tepat diatas Rasyid.
Umpatannya membuat seluruh anak buahnya mengikuti arah mata Damian. Di atas dahan pohon itu duduk seorang wanita berwajah pucat berpakaian putih lusuh. Rambutnya panjang hingga menutupi sebagian wajahnya yang rusak. Senyuman mengerikan tersungging dibibirnya hingga memperlihatkan gigi – giginya yang tajam dan runcing. Matanya menatap mereka dengan tajam. Kakinya berbentuk seperti kaki kuda dengan bulu – bulu kecoklatan yang melapisinya.
"Ja...ce... di...be...la...kang...mu...." Ujar Rasyid.
Belum sempat Jace membalikkan tubuhnya terdengar suara ringkikan kuda yang terdengar dari mulut wanita mengerikan itu. Ringkikan itu terdengar dari berbagai penjuru arah hingga membuat semua orang yang mendengarnya bergidik ngeri. Mereka semua ketakutan lalu saling merapatkan tubuh antara yang satu dengan yang lain. Tak lama kemudian suara itu berhenti. Mahluk mengerikan itu pun menghilang entah kemana. Namun teror baru akan dimulai, satu per satu mahluk itu muncul dari balik pohon yang mengelilingi mereka.
Salah seorang dari mereka sempat mengirimkan pesan darurat kepada Tim Dua. Tak lama kemudian, mahluk – mahluk itu mulai mendekati mereka. Menunjukkan jari – jari tangannya yang runcing nan tajam dan mulai menggores tubuh Damian dan rekan – rekannya hingga mereka berteriak kesakitan. Tubuh mereka pun terkapar begitu saja dengan keadaan yang mengenaskan.
***
"Tim dua masuk!"
"Ya! Tim dua standby!"
"Darurat tim dua! Siaga! Musuh dimana – mana."
Sambungan radio itu pun terputus. Terdengar teriakan – teriakan memilukan dari radio itu hingga membuat tim dua yang dipimpin oleh Erlangga dan Jace kebingungan. Mereka masih mencerna apa yang tengah terjadi sebenarnya.
"Apa kita harus menyusul mereka?"
"Sebaiknya kita hubungi markas besar dan meminta bantuan personil lagi."
Mereka pun setuju untuk kembali ke pintu masuk hutan lindung dan menghubungi markas besar lewat radio yang terdapat dimobil patroli mereka. Tim dua pun mulai menyusuri jalan setapak, berusaha keluar dari rimbunnya hutan. Luthfi yang notabene adalah jaga wana yang sering keluar masuk hutan mulai curiga karena situasi aneh yang ia rasakan. Hutan itu mendadak menjadi sangat hening tanpa ada suara – suara binatang seperti biasanya bahkan serangga yang paling kecil pun enggan bersuara. Mereka tidak tahu bahwa teror sebentar lagi akan dimulai.
Salah satu personil kepolisian bernama Galang tiba – tiba terdiam saat melihat sekelebat berwarna putih yang melintas tepat disebelahnya. Awalnya ia menyangka bahwa apa yang dilihatnya adalah sebuah halusinasi semata hingga sudut matanya dengan jelas menangkap sesosok wanita berambut panjang dan bergaun putih lusuh tengah duduk disalah satu dahan pohon. Memandanginya dengan tatapan mata tajam yang membuat ciut nyali. Galang berusaha untuk tidak panik dan terus berjalan, hingga suara bisikan tepat ditelinganya membuatnya cukup terkejut dan ketakutan.
Apa kamu bisa melihatku?
Apa kamu bisa melihatku?
Apa kamu bisa melihatku?
Apa kamu bisa melihatku?
Kalimat itu berulang ditelinganya terus menerus hingga akhirnya ia berteriak kencang sambil menutup kedua telinganya dengan kedua telapak tangannya.
"Cuuuuuuukkkkkkkkkuuuuuuuuuuuuupppppppppppp!!!!!"
Semua anggota tim menoleh padanya dan menghampirinya yang tengah berjongkok.
"Hey kau tidak apa – apa?" tanya Luthfi padanya.
Erlangga berjongkok, mensejajarkan tubuhnya dengan Galang. Ia membuka botol air minum yang dibawanya lalu menyodorkannya pada rekannya itu.
"Nih minum dulu."
Namun Galang diam saja sambil memejamkan mata dan tak menggubris rekan – rekannya yang mulai khawatir dengan keadaannya.
"Lang! lo gak papa?"
"Woi! Lo bikin kita takut nih."
"Lang..." ujar Luthfi sambil mengguncang tubuhnya.
Panggilan rekan – rekannya membuatnya membuka kedua matanya, lalu menatap mereka satu per satu dengan tatapan nanar. Galang mulai tertawa dengan suara melengking yang Cumiikkan telingga. Matanya memerah memancarkan kemarahan hingga membuat semua orang yang berada disekitarnya ketakutan.
"Mati!" ujar Galang.
Tak lama kemudian angin berhembus sangat kencang hingga membuat pohon – pohon yang ada disekelilingnya bergoyang bahkan nyaris roboh begitu saja. Kejadian itu berlangsung kurang lebih sepuluh menit, hingga akhirnya angin itu berhenti dan keadaan kembali hening. Galang pun jatuh pingsan begitu saja.
"Bawa Galang! Kita harus keluar dari tempat ini sekarang juga." Perintah Erlangga. "Rama terus hubungi tim satu."
"Siap." Ujarnya.
Mereka pun kembali berjalan menyusuri hutan, hingga mereka menemukan tubuh Damian dan semua anggota Tim Satu tergeletak tak berdaya. Tubuh mereka dipenuhi oleh sayatan luka yang mengerikan. Darah segar pun masih mengalir dari sana. Damian dan lainnya pun berlarian menghampiri mereka.
"Mereka masih hidup." Ujar Luthfi yang baru saja memeriksa denyut nadi Jace.
"Shit! Siapa yang melakukan ini!"
"Kita harus membawa mereka keluar dari sini."
"Kau benar."
Baru beberapa langkah mereka berjalan sambil memapah rekan mereka yang cedera, ratusan sosok wanita berambut panjang dan berpakaian putih lusuh telah mengelilingi mereka. Menempatkan mereka ditengah suatu teror mengerikan yang tidak pernah mereka bayangkan sedikit pun. Tatapan mata tajam yang berasal dari mahluk itu ibarat pisau tajam yang mengiris tubuh mereka secara perlahan.
"Shit!"
Kumpulan mahluk tersebut melangkah mendekat hingga mereka terkepung dan tak dapat berkutik lagi. Kengerian, ketakutan bercampur dengan kepanikan menyelimuti pikiran mereka. Tidak ada jalan keluar lagi, mereka akan mati disini. Ditempat terkutuk ini. Mahluk dihadapan mereka mulai mengeluarkan tawanya yang khas disertai dengan bau wangi bunga bercampur bau bangkai yang menyengat. Beberapa saat kemudian suara tembakan pistol bercampur dengan teriakan manusia bergaung keseluruh hutan. Namun semua itu tak lama, sesaat kemudian keheningan kembali menyelimuti hutan itu dan mahluk – mahluk mengerikan itu pun menghilang.
End in 15 hours 04 minutes #MissionFailed
***
-Tim B Hutan Utara Metropolis-
Revand, pemimpin Tim B, berlarian tak tahu arah menembus lebatnya hutan belantara yang terletak di Utara Metropolis. Nafasnya hampir habis tapi ia tidak mungkin berhenti sekarang. Ia memusatkan seluruh tenaganya yang tersisa ke kedua kakinya. Tujuannya hanya satu yaitu keluar dari tempat terkutuk itu saat ini. Revand sudah tak peduli dengan kakinya yang luka akibat tersandung oleh akar – akar tumbuhan. Ketika ia terjatuh secepatnya ia mulai bangkit lagi. Sekali lagi batinnya berteriak untuk cepat keluar dari tempat sialan ini.
Sinar matahari tak dapat menembus rimbunnya pepohonan apalagi ditambah dengan kabut yang sedari tadi menyelimuti. Penerangan yang ia punya hanya headlamps yang terpantul diatas kepalanya. Sinar headlamps tiba – tiba meredup begitu saja, ketakutan pun kembali melanda dirinya. Revand menghentikan langkahnya. Ia mengedarkan pandangannya kesekelilingnya yang mulai tertutup kabut tebal. Samar – samar ia mendengar suara keramaian penduduk yan tengah berpesta. Revand langsung menutup kedua gendang telinganya. Ia sudah tak tahan lagi dengan apa yang menimpanya, sampai kegelapan menyelimuti dan membawanya kedalam ketidaksadaran tanpa batas.
-Beberapa Saat Yang Lalu-
18 jam 04 menit
Revand dan timnya ditemani oleh para jaga wana telah memasuki kawasan hutan lindung yang berada dibagian Utara Metropolis. Revand sengaja tidak membagi tim mereka menjadi dua karena hutan yang mereka masuki tidak terlalu luas dan juga tidak begitu lebat. Mereka juga membawa lima ekor anjing pelacak berjenis American Pittbul yang telah dilatih dalam pelatihan khusus dan sering sekali dibawa dalam misi penggerebekan markas pembuatan narkoba maupun dalam misi pencarian seperti saat ini. Entah mengapa kelima anjing ini mendadak gelisah seperti ketakutan akan suatu hal.
"Easy boy! Easy..." ujar Revand menenangkan anjingnya yang bernama Bruno yang mulai gelisah dan ketakutan.
"Apa mereka sering seperti ini?" tanya Arman si jaga wana yang memandu mereka.
"Tidak, ini baru pertama kalinya mereka bertingkah seperti ini."
"Sepertinya ada yang tidak beres pada hutan ini." ujar Marko, salah seorang anggota kepolisian yang tergabung dalam Tim B. "Lihat kabut sudah mulai muncul sebaiknya kita percepat pencarian."
"Tidak biasanya kabut muncul seperti ini." ujar Arman keheranan.
"Hati – hati jangan sampai kita terpisah. Nyalakan headlamps dan lampu sorot yang kita bawa."
"Siap Laksanakan." Ujar mereka serempak.
Mereka kembali berjalan menembus kabut hanya ditemani sorot lampu yang berasal dari headlamps dan lampu sorot yang telah mereka nyalakan. Suara serangga yang bersahutan terdengar dari segala penjuru arah. Langkah mereka terhenti ketika mendengar alunan musik tradisional yang kental dengan suara tabuhan gendang, gong dan suara sinden yang mengalun merdu dan syahdu.
"Kau dengar itu?" ujar salah satu dari mereka.
"Ya sangat jelas. Apa hutan ini dekat dengan perkampungan penduduk?" tanya Revand bingung.
"Ada perkampungan penduduk dekat sini tapi..." jawab Arman sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Yang penting kita tahu ada perkampungan didekat sini. Sebaiknya kita kesana sambil menunggu kabut sialan ini hilang." Potong salah seorang anggota Tim B.
"Ya aku setuju dengan idemu. Bagaimana Revand?" tanya Marko.
"Baiklah." Jawab Revand setelah menimbang – nimbang saran teman – temannya.
Semakin mereka mendekati tempat dimana suara riuh itu berasal, anjing – anjing pelacak yang mereka bawa semakin gelisah. Hingga akhirnya kelima anjing tersebut lepas dari tali kekangnya dan berlari menjauhi mereka. Revan dan lainnya pun kebingungan, mereka bisa saja berbalik arah mengejar anjing – anjing itu. Namun entah apa yang merasuki benak mereka, Revan dan lainnya tetap melanjutkan perjalanan mereka kearah suara itu. Suara keramaian itu terdengar lebih memikat.
Sesampainya disana, mereka langsung disambut oleh seorang lelaki paruh baya berpakaian hitam. Kepalanya tertutup oleh blangkon bermotif batik. Pria paruh baya itu tersenyum dengan ramah dan mempersilahkan mereka untuk singgah didesanya. Beberapa pemuda desa itu menghampiri mereka lalu menggiring Revand dan lainnya ke lapangan yang tidak jauh dari sana. Lapangan itu dipadati oleh para penduduk desa. Mereka menyambut Revand dan yang lainnya bak pejabat penting yang tengah mengadakan blusukan ke desa mereka.
Revand dan lainnya duduk dikursi khusus yang telah mereka sediakan yaitu kursi yang terletak paling depan dekat dengan panggung yang diatasnya terdapat berbagai alat musik yang tengah dimainkan oleh para pria. Seorang sinden menyanyi dengan merdunya, lalu dari samping panggung munculah tujuh orang wanita cantik dengan pakaian tradisional. Rambutnya disanggul dengan sangat rapi. Tubuh indah mereka ditutupi oleh kemben berwarna kehijauan. Tangan mereka menggenggam sehelai selendang tipis yang berbeda warna antara yang satu dengan yang lainnya. Tujuh wanita itu mulai menari dengan lemah gemulai. Gerakan tari mereka seakan menyihir mata Revand dan lainnya.
Pikiran – pikiran kotor mulai memenuhi otak Revand dan lainnya, apalagi saat para penari itu mulai melangkah maju dan menggoda mereka. Beberapa gadis desa berkebaya dengan rambut panjang terurai berjalan kearah mereka. Menawari mereka minuman dan makanan dengan senyuman menggoda yang tak dapat mereka tolak. Beberapa rekan Revand pun terang – terangan mengajak mereka untuk bercinta. Bagai gayung bersambut, para gadis itu pun mengiyakan dengan senang hati.
Satu per satu anggota Tim B mulai meninggalkan tempat itu, hanya tersisa Revand, Arman dan Marko yang masih duduk menikmati tarian dan nyanyian yang disuguhkan didepan mata mereka.
"Apa yang sebenarnya kita lakukan disini?" tanya Marko sambil meneguk segelas arak yang terbuat dari aren. "Apa sebenarnya tujuan kita kemari? Apa kalian berdua ingat?"
"Sepertinya kau sudah mabuk. Kita nikmati saja pemandangan indah didepan kita. Ngomong – ngomong penari berselendang biru itu dari tadi memperhatikanmu." Jawab Arman tanpa mengalihkan pandangannya dari para penari dihadapannya.
"Wow kau benar! Dia lebih sexy dari pada penari telanjang yang berada di diskotik seantero Metropolis."
"Biasanya gadis desa masih perawan. Sebaiknya kita memanfaatkan moment langka ini." bisik Revand sambil mengedipkan mata pada penari berselendang merah.
Si kepala desa menghampiri mereka bertiga dan memberitahukan bahwa acara kenduri akan usai. Ia menawarkan kepara Revand, Marko dan Arman untuk beristirahat di rumah miliknya. Mereka bertiga pun mengangguk menyetujui penawaran si kepala desa tanpa pikiran negatif sedikit pun. Arman, Revand dan Marko terang – terangan meminta si kepala desa untuk mengatur pertemuan spesial mereka dengan para penari itu. Pria paruh baya itu hanya tersenyum menyanggupi permintaan mereka bertiga. Kepala Desa yang diketahui bernama Jaya itu mengantar mereka bertiga kesebuah bungalow yang letaknya berdekatan antara satu dengan yang lainnya.
"Silahkan tuan – tuan sekalian beristirahat. Saya yakin kalian bertiga pasti lelah."
Sepeninggal Jaya, mereka langsung memasuki bungalow masing – masing dengan senyuman merekah yang tercetak jelas diwajah mereka bertiga. Tak lama kemudian terdengar ketukan pintu nyaring, hal itu membuat Revand, Arman dan Marko berjalan menuju pintu bungalow mereka masing – masing.
Revand memandangi wanita berselendang merah dihadapannya dengan tatapan mata nakal. Begitu juga Arman dan Marko yang sekarang sudah tidak berbusana di bungalow mereka masing – masing. Mereka tidak sadar jika dihadapan mereka adalah sosok mahluk halus yang tengah mengaburkan pandangan mereka. Melalaikan mereka dari misi yang sedang mereka jalani. Dan yang lebih mengerikan adalah menghisap energi mereka secara perlahan lewat hubungan seksual panas yang kini tengah berlangsung.
Ditengah kenikmatan duniawi yang sedang dinikmatinya, Revand mendengar sebuah bisikan halus ditelinganya.
Sadarlah! Kau tengah diperdaya!
Suara itu terus berulang – ulang ditelinganya, hingga akhirnya ia tersadar sepenuhnya. Ia mendorong tubuh telanjang wanita yang tengah berada diatas tubuhnya dengan keras. Lalu ia memakai semua pakaiannya yang telah berserakan di lantai kamar dan mengambil sebagian peralatannya. Wanita itu mendekatinya lalu mencakar punggung Revand dengan kuku – kuku panjangnya. Revand mengerang kesakitan karena luka cakaran itu. Ketika perempuan itu akan menyerangnya lagi, Revand berhasil menghindar dan mendorong tubuh telanjangnya ke arah ranjang sebelum berlari kearah pintu keluar.
Sayangnya didepan pintu bungalow itu, warga desa telah mengepungnya. Revand terkejut saat menyadari bahwa mata orang – orang yang tengah berdiri didepannya hanya berwarna putih tanpa bola mata. Ia pun kembali menutup pintu bungalow, kini dihadapannya hanya ada seorang wanita telanjang dengan wujud yang mengerikan. Kecantikan dan keseksiannya menghilang entah kemana. Kulitnya yang putih dan kencang digantikan oleh kulit keriput bak batang pepohonan yang layu. Bibir seksinya yang penuh dan berisi menghilang berganti dengan penampakan gigi – gigi tajam nan runcing yang siap mengoyak mangsanya. Kelopak matanya yang bulat dengan tatapan yang indah pun hilang, digantikan dengan mata kemerahan yang menonjol nyaris keluar dari rongganya.
"Shit!"
Mahluk itu mulai berjalan perlahan mendekati Revand. Pria itu menembakkan senjata apinya ke kepala mahluk itu tapi tidak membuahkan hasil. Mahluk itu tidak mati, bahkan peluru yang ia tembakan keluar dengan sendirinya dari tubuh mahluk sialan itu. Akhirnya ia memilih untuk kabur lewat jendela dan berlari menjauhi tempat itu. Berlari tanpa menoleh kebelakang. Berlari dengan rasa sesal yang menyelimuti hatinya karena meninggalkan rekan – rekannya yang tak diketahui nasibnya.
End in 14 hours 04 minutes #Mission Failled
***
0
Kutip
Balas