Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

my.babyblueAvatar border
TS
my.babyblue
Kesempatan Kedua Dalam Hidup
Jakarta, November 2014
Kesempatan Kedua Dalam Hidup




Tadinya, hari ini gue kira akan menjadi hari yang biasa - biasa aja dalam kehidupan gue. Siang ini, gue akan mengikuti meetingdengan salah satu rekanan tempat gue bekerja saat ini. Entah kenapa gue merasa "berat" untuk mengikuti meeting siang ini. Bukan, gue bukan malas! Hanya saja entah kenapa mood gue mendadak hilang begitu aja.

Quote:


Gue pun tersadar dari lamunan gue. Saat ini gue sedang dalam perjalanan menuju ke tempat pertemuan gue dengan rekanan disalah satu rumah makan dibagian selatan Jakarta. Siang ini gue berangkat hanya ditemani oleh sopir.

Quote:



Kita pun sampai di restoran. Gue dan Yudi turun bersama - sama setelah Yudi memarkirkan kendaraan. Yudi bersikeras membawakan tas laptop gue padahal sudah gue bilang kalau gue bisa bawa sendiri.

Di depan pintu restoran terlihat seorang pria yang menatap ke arah gue dan Yudi, bahkan pria itu menghampiri kita berdua. Ternyata, si pria tersebut merupakan bagian dari tim yang diutus oleh rekanan kantor gue untuk meeting siang ini. Dia menyapa gue dan Yudi lalu memandu kita ke ruangan tempat kita akan melangsungkan meeting yang telah mereka booking. Ruang meeting kali ini tidak begitu besar, kapasitasnya kira - kira hanya cukup untuk menampung 15 - 20 orang saja. Terlihat didepan tengah ruangan sudah terpasang layar dan proyektor, sementara disisi kiri ruangan tersedia prasmanan dan snack.

Gue dan Yudi pun duduk di kursi yang sudah disiapkan oleh mereka setelah terlebih dahulu kita bersalaman dengan keempat pria dari perusahaan rekananan. Meja gue dan Yudi berhadap - hadapan dengan meja rekanan, gue pun mulai menyalakan laptop dan menaruhnya diatas meja.

Quote:


Kita berenam pun mengambil makanan yang sudah dipersiapkan. Gue dan Yudi dipersilakan untuk mengambil makanan terlebih dahulu oleh Andri. Setelah itu, kita pun kembali ke kursi masing - masing dan menyantap makanan sambil berbincang - bincang satu sama lain.


Tok.. Tok.. Tok.. terdengar suara pintu diketuk, pandangan kami berenam yang sedang makan spontan mengarah ke pintu. Tak lama berselang seorang perempuan membuka pintunya dengan perlahan dan masuk ke dalam ruangan, dia langsung menghampiri Andri.

Quote:


Awalnya gue ngga terlalu memperhatikan si perempuan yang datang terlambat ini. Hanya saja ketika Andri menyebutkan nama "Arini", sontak pandangan gue langsung fokus kearah si perempuan. Arini menghampiri gue dan Yudi, sepertinya dia hendak beramah tamah dan memperkenalkan dirinya.

Quote:


Dari jarak sedekat ini gue yakin kalau gue benar - benar mengenali sosok "Arini" yang berada dihadapan gue sekarang.

Quote:




Ya, gue kenal banget sama Arini...
Diubah oleh my.babyblue 31-10-2016 05:13
m4ntanqv
disaster25
fitriyuu
fitriyuu dan 25 lainnya memberi reputasi
24
213.8K
969
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.6KThread42.9KAnggota
Tampilkan semua post
my.babyblueAvatar border
TS
my.babyblue
#858
Part 44


Gue dalam perjalanan pulang ke rumah malam ini selepas meeting dengan perusahaan Arini sore tadi. Gue berkendara dengan santai dan perlahan, mau bagaimana lagi, lalu lintas Jakarta di jam seperti ini memang padat.

RIIIIIING.. Telepon gue berbunyi. Nama istri gue yang tertera di layar LCD tape mobil gue, gue terima panggilan dari Regina.

Quote:


Setelah beberapa lama berkendara gue pun sampai di rumah. Gue masih berada di dalam mobil selepas memarkirkan kendaraan gue. Gue hendak mengambil tas kerja gue di jok samping pengemudi, gue baru ingat akan sesuatu saat gue hendak mengambil tas kerja gue.

Gue melihat sebuah kotak kado diatas tas kerja gue.

Kado dari Arini untuk ulang tahun gue esok hari..

Entah apa isi kotak seukuran buku yang dibungkus dengan kertas kado berwarna merah ini. Gue pun memasukan kado dari Arini ini ke dalam tas kerja gue.

Gue turun dari kendaraan dan hendak keluar dari garasi, gue nggak menyadari keberadaan Regina yang sedang menunggu gue didepan pintu garasi.

“Hai, Sayang” sapanya sambil memeluk gue

“Hai juga, Sayang” ucap gue sambil mengecup keningnya

“Sini aku bawain tas kamu” ucapnya sambil mengambil tas dari tangan gue

“Hehe.. Makasih.. Arko mana?” Tanya gue

“Dia kelelahan, Marc. Dia udah tidur dari sore” Jawab Regina.

“Wow.. Nggak biasanya.. Memangnya tadi kamu sama Sean dan Ellise pergi kemana aja, Na?” Tanya gue.

“mm.. Ada deeeh” Jawabnya ber-rahasia

“Kamu mau mandi dulu atau langsung makan?” tanya Regina balik “Oh iya, ibu menginap di rumah Ellise malam ini, Marc” lanjut Regina.

“Loh? Kok ibu nggak ngasih kabar ke aku kalau ibu mau menginap di rumah Lizzy sih?”

“Well, Sean dan Lizzy ada acara mendadak malam ini, Marc, dan Abby nggak bisa mereka ajak. That's why Ibu nginap dirumah Ellise malam ini buat ngejagain Abby” Jawab Regina. “Hey, makan atau mandi dulu?” tanya Regina lagi.

“Makan deh, aku lapar. Hehe..”

“Nggak mandi dulu aja? You are kinda stinky, Marc. Hehe..” ejek Regina. “Spagetinya juga belum matang” lanjutnya

“Ya sudah, aku mandi dulu” sungut gue


Setelah selesai mandi dan berpakaian gue pun menuju ruang makan, diruang makan telah tersaji dua porsi spageti dan jus jeruk diatas meja. Regina sudah terlebih dahulu duduk dikursi. Gue pun langsung duduk disebelahnya.

“Naah.. Kalau begini kan kamu jadi enak buat aku cium, Marc.. Hehe..” ucapnya manja sambil mencium leher gue

“Ehem.. Boleh aku makan dulu? Aku lapar” ucap gue dengan nada serius, gue mulai menyantap masakan buatannya.

“Huu.. Kamu nggak asik, weee” ucapnya sedikit kesal

“Haha.. Just kiddin', Na.. By the way, spagetinya rasanya beda deh” ucap gue

“Kenapa, nggak enak?”

“Sebaliknya, ini enak banget” jawab gue

“Really? Well, saus bolognesenya aku coba buat sendiri, syukur deh kalau kamu suka. Hehe” ucapnya senang “Kamu serius ini enak, Marc?” lanjutnya.

“Iya, masakan kamu enak, Sayang” ucap gue sambil sedikit mengacak - acak rambutnya.

Kita berdua pun sama - sama makan saling menyuapi. Gue betul - betul menikmati sikap Regina yang sedikit manja saat gue suapi malam ini. Gue menikmati momen ini, saat dimana hanya ada gue dan dia saja..

Quote:



“Jadi? Apa aja yang sudah kamu bicarakan sama Arini, Marc?” Tanya Regina tiba - tiba.

Gue kaget dan tersedak mendengar pertanyaan Regina saat ini, gue pun meminum sedikit jus.

“ah, maaf, maaf.. Mestinya aku nanya-nya sehabis kamu selesai makan ya, Sayang? Hihihi..” ucapnya sambil tertawa kecil

“mm.. Nggak apa - apa kok, Na. Lagi pula aku sudah kenyang” ucap gue

“Yaudah, kamu ceritain ke aku, Marc. Kamu kan tadi udah janji mau ceritain semuanya ke aku” pintanya dengan nada manja. Dia pun memeluk tangan gue sambil kepalanya bersandar di bahu gue.

“Mm.. Bagaimana aku mesti mulainya ya, Na? It's kinda awkward..” ucap gue

“Awkward gimana maksud kamu?” sambarnya

“Dia sudah memaafkan aku sebelum aku mencoba untuk meminta maaf dan menjelaskan semuanya ke dia” lanjut gue

“Oo.. Terus? Gimana lagi reaksi Arini hari ini?” tanyanya lagi.

“Ya nggak gimana - gimana, Na. Aku dan dia nggak punya kesempatan untuk berbicara banyak karena bukan cuma kita aja yang ada diruangan” ucap gue.

“Dia sempat memberi aku hadiah sebelum kita pulang dari tempat meeting..” lanjut gue

“Hadiah?” tanya Regina

“Iya, ada di tas kerja aku” jawab gue

“Boleh aku lihat?” pintanya

Gue hanya mengangguk. Regina bangun dari duduknya dan bergegas meninggalkan gue di dapur, nggak lama kemudian ia kembali sambil membawa kotak kado dari Arini.

“Marc, kursi kamu bisa nggak dimundurin? Sedikiiit aja..” pintanya manja

Gue pun memundurkan kursi gue tanpa bertanya.

Regina langsung duduk dipangkuan gue, lengan kanannya merangkul leher gue sementara lengan kirinya masih memegang kado untuk gue dari Arini.

“mm.. Boleh aku lihat nggak apa isinya?” pintanya

“mm.. Nggak boleh” ejek gue

“Yaaahh..” Ucapnya dengan nada kecewa

“Boleh lah, Na. Lagipula sudah kamu bawa kesini juga kotak kadonya, hehe..”

Regina melepas rangkulannya dileher gue, kedua tangannya langsung membuka pita yang melilit kotak kado, dia pun menyambar kartu ucapan yang telah terbebas dari lilitan pita pembungkus kadonya.

“Boleh aku baca?” tanyanya lagi

“Boleh. Sekalian bacakan untuk aku, hehe” jawab gue

“Belum kamu baca?” tanyanya lagi

“Belum, aku malah nggak sadar kalau diatas kotak kadonya ada greeting card, Na” Jujur gue.

Regina membuka lipatan greeting cardnya dan membentangkannya agar kita berdua sama - sama dapat membacanya, kita berdua menyimak tulisan tangan Arini beserta smiley - smiley yang ditulis olehnya..

Quote:


“Kenapa dia minta maaf sama aku? Kan kamu yang salah, Marc..” Reaksi pertama Regina setelah membaca greeting card dari Arini..

“I don't know, Na..” gue pun nggak tahu harus menjawab apa ke Regina.

“Hmm.. Beberapa jam lagi kamu tiga puluh tiga tahun, tua juga ya kamu, Marc” ucap Regina. “Dan Arini masih aja ingat ulang tahun kamu..” lanjutnya.

Gue nggak tahu bagaimana menimpali komentar Regina saat ini. To be honest, gue sendiri lupa dengan ulang tahun gue, and, gue sedikit senang karena Arini (masih) ingat ulang tahun gue.

“Kok kamu melamun, Marc?” tanya Regina membuyarkan diam gue.

“Eh? Nggak kok, Na. Aku aja nggak ingat sama ulang tahun aku. Hehe” jawab gue.

“Really? Aku aja ingat kok kalau ulang tahun kamu besok. Malah..” dia secara spontan mengakhiri ucapannya.

“Malah apa, Na?” penasaran gue.

“Hehe, nggak.. Ga jadi, Sayang” ucapnya sambil menjulurkan lidahnya.

“So, ternyata kado dari Arini ini hadiah ulang tahun buat aku, hahaha..” ucap gue polos

“Memang kamu kira untuk apa dia ngasih kamu kado?” Heran Regina.

“Justru itu, Na. Awalnya aku bingung dia ngasih kotak kado ini untuk apa. Kan aku sudah bilang kalau aku pun nggak ingat sama ulang tahun aku sendiri” ucap gue sambil menggaruk kepala.

“Boleh aku buka nggak? Aku penasaran dia ngasih apa” pinta Regina.

“Ya buka aja lah Na kalau kamu penasaran” jawab gue.

Regina pun membuka kotak kadonya. Dia keluarkan isi didalamnya yang ternyata adalah sebuah dasi dengan motif garis - garis berwarna biru hitam. Motifnya langsung mengingatkan gue dengan Intermilan saat gue melihat dasi ini.

Regina langsung bangun dari pangkuan gue, dia berdiri sambil sedikit menunduk dan mulai melingkarkan dasi dan membentuk simpul, dia memasangkan dasinya di leher gue.

“It really looked good on you, Marc” senyumnya.

Gue heran dengan sikap Regina saat ini. Dia nggak marah karena gue mendapat hadiah dari Arini. “mm.. Na, kamu nggak marah?” celetuk gue

“Marah? Untuk apa? Ini kan hadiah untuk kamu, hehe..” ucap dia sambil mengencangkan ikatan dasinya hingga terasa mencekik leher gue.

Oke.. Gue tahu Regina jealous saat ini...

Gue pun melonggarkan ikatan dasi dan melepasnya dari leher gue. Gue masukan kembali dasi itu ke kotaknya.

“Kok kamu masukin lagi, Marc? Sini, biar aku taruh aja didalam lemari, kan dasinya bisa kamu pakai kerja” ucapnya.

“Kan kamu tahu sendiri aku nggak terlalu suka pakai dasi, Na.. Hehe” ucap gue.

“Tapi sayang aja kalau nggak kamu pakai dasinya. Lagi pula ini hadiah dari Arini.” Ucapnya.

“Nggak deh, Na. Aku nggak mau kamu jealous setiap kali kamu melihat dasi ini.” jujur gue.

Muka Regina agak memerah saat dia mendengar ucapan gue ini.

“mm.. Aku nggak jealous. Yauda, aku taruh dasinya didalam lemari dulu” ucapnya salah tingkah, dia pun berlalu meninggalkan gue sambil membawa kotak hadiahnya entah kemana.

Setelah beberapa saat dia pun kembali menghampiri gue.

“Marc, are you sleepy right now?” Tanyanya.

“Nggak, Na. Kenapa?” Tanya gue balik.

“Kita ngobrol - ngobrol di belakang yuk?” Ajaknya sambil mengulurkan tangannya mengajak gue beranjak dari kursi.

Gue menyambut tangan Regina dan mengikuti ajakannya. Kita berjalan ke halaman belakang rumah, sesampainya dihalaman belakang gue pun duduk dikursi santai yang nggak jauh dari tepi kolam renang.

Regina duduk dipangkuan gue sambil melingkarkan kedua lengannya dileher gue dengan manjanya. Dia tersenyum.

Entah apa yang membuatnya nampak senang malam ini...

“Kamu kenapa, Na? Kok kamu senyum - senyum begitu?” Heran gue.

“Eh? Nggak kok. Aku nggak kenapa - kenapa” ucapnya. Gue tahu dia nampaknya menyembunyikan sesuatu.

“Bohong banget.. Daritadi kamu kelihatannya menyembunyikan sesuatu deh dari aku. Kasih tahu nggak!?” ucap gue sambil menggelitiki pinggangnya.

“AAAA... Stop it, Marc! Geli tau!” Ringisnya.

“Kasih tahu aku dulu kenapa kamu senyum - senyum” ejek gue.

“Okay, okay. Kamu stop dulu gelitiki akunya” pintanya

Gue pun berhenti menggelitiknya.

“So? Apa yang membuat kamu senyum - senyum dari tadi? Kamu ngerahasiakan apa dari aku?” tanya gue

“Hehe.. Enggak kok.. First of all.. Selamat ulang tahun ya sayang” ucapnya sambil mengecup dahi gue.

“Masih beberapa jam lagi, Na”

“Iya, I know.. Tapi Arini aja sudah ngucapin kan? Hehe” elaknya.

“Iya sih, Na. Tapi ini semua masih belum menjelaskan kenapa kamu dari tadi nampak merahasiakan sesuatu dari aku” ucap gue.

“Oke, oke.. Aku kasih tahu, Sayang.. Begini.. Hari ini aku sama Lizzy and Sean nyari hadiah untuk ulang tahun kamu...”

“Apa hadiahnya, Na?” Penasaran gue memotong ucapannya.

“I can't tell you right now. Hehe.. Jadi nggak surprise dong, Sayang. Mm.. Let's say kalo warna hadiah yang aku pilih untuk kamu itu sama warnanya dengan hadiah dari Arini. Hehe” ucapnya

“Dasi juga?”

“Bukan, bukan.. Ada deeh.. Yang jelas bukan dasi, Marc. Tapi aku dan Lizzy sih yakin kalau kamu akan suka, hehe..” jawab Regina

“Mana? Coba aku lihat“ penasaran gue lagi.

“Yeee.. Nanti aja kalau kamu sudah resmi tiga puluh tiga tahun, hehe” ejeknya.

“Huu.. Nggak seru ah kamu, Na” ucap gue sedikit kesal karena masih belum tahu apa yang akan Regina berikan ke gue.

“ish.. Kamu childish deh, Marc.. Mm.. Untuk sekarang ini dulu deh hadiahnya” Dia pun memeluk gue, dan..

Regina mencium bibir gue dengan lembut...

“Happy birthday, Marco.. Aku sayang kamu”
jimmi2008
actandprove
oktavp
oktavp dan 2 lainnya memberi reputasi
3
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.