- Beranda
- Stories from the Heart
Biro Detektif Supranatural PSYCH: Prince Charming #2
...
TS
dianmaya2002
Biro Detektif Supranatural PSYCH: Prince Charming #2
Biro Detektif Supranatural PSYCH: Prince Charming #2
Erick dan Darren kembali dihadapkan dengan seorang psikopat gila pecinta Disney Princess yang menyebut dirinya sebagai PRINCE CHARMING. Korban - korbannya selalu ditemukan dalam berbagai tema Disney Princess, seperti Stella Magnolia yang ditemukan ditepi dermaga dalam balutan kostum mermaid seperti Princess Ariel.
Apakah duo detektif ini dapat menghentikan kegilaan Prince Charming?
Apakah duo detektif ini dapat menghentikan kegilaan Prince Charming?
Hai Agan dan Aganwati...
Ane balik lagi nih buat posting sequel nya Biro Detektif Supranatural PSYCH
Yang masih penasaran sama Mbak Samantha Reindhaard bakal ane buat tambah penasaran lagi...
ini akun wattpad ane Anthazagoraphobia
karya ane:
Biro Detektif Supranatural PSYCH : Pieces #1
The Haunted Hotel La Chandelier
bagi cendol dan rate nya ya
DAFTAR ISI
Spoiler for Index:
Diubah oleh dianmaya2002 07-03-2017 13:20
zeref13 dan 5 lainnya memberi reputasi
6
16.9K
Kutip
80
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
31.6KThread•42.6KAnggota
Tampilkan semua post
TS
dianmaya2002
#12
bantu up + komen ya gan... kalo bisa sekalian kasih rating
Darren duduk dihadapan seorang wanita cantik berambut panjang yang dicat berwarna kecoklatan. Gadis itu memakai baju terusan berwarna biru tua yang sangat kontras dengan kulit putihnya. Riasan makeup tipis membuat wajah orientalnya menjadi makin mempesona. Gadis itu bernama Kattareya Angel, salah satu hostess Golden Lotus yang ada dibawah asuhan Madam Viola.
Matanya menatap sendu Darren. Dirinya masih berkabung karena kematian Stella Magnolia alias Eti Sumiati, sahabat baiknya. Apalagi setelah tahu jika Stella menjadi korban pembunuhan. Kehilangan sahabat adalah hal terburuk untuknya.
"Aku tahu kau masih sangat sedih karena kematian sahabatmu. Beberapa waktu lalu polisi juga telah menginterogasimu. Jika kau tidak keberatan, maukah kau menceritakan bagaimana hubunganmu dengan Stella?"
"Aku akan menceritakannya Detektif Darren."
Darren pun mengambil recorder yang ada di kantung jas bagian dalamnya. Lalu mulai merekam cerita yang keluar dari mulut Kat.
"Aku bertemu Stella di minimarket 24 hours yang terletak diseberang apartemen ini. Masih terukir jelas dipikiranku bagaimana waktu itu dia duduk didepan minimarket itu sambil menangis. Awalnya aku tidak peduli dan mencoba mengacuhkannya tapi aku tidak tega."
Kat tidak dapat membendung air matanya hingga ia pun menangis tersedu – sedu. Darren hanya diam, ia memberikan waktu padanya untuk mengeluarkan emosi yang telah memuncak. Setelah merasa tenang, Kat kembali melanjutkan ceritanya.
"Malam itu aku membawanya kemari. Ia menceritakan kondisi ibunya yang kritis karena sakit gagal ginjal yang telah dideritanya lama. Mungkin ini cerita klise yang sering kau dengar dimana – mana Detektif, selanjutnya mungkin kau sudah tahu dari Madam Viola."
"Bagaimana tanggapanmu mengenai Tanaka Hashirama?"
"Tanaka-san adalah pria yang baik. Ia jatuh cinta pada Stella saat pertama kali melihatnya tapi gadis itu menolaknya dengan alasan yang aneh."
"Aneh? Apa maksudmu?"
Kat menghela nafas kasar sebelum melanjutkan ceritanya.
"Stella tidak menyukainya karena menurutnya Hashirama-san sangat membosankan dan juga tidak terlalu tampan. Ia malah sibuk menjalin hubungan dengan seorang pria dari dunia maya yang tidak jelas asal usulnya."
"Pria dari dunia maya? Apa Stella pernah menceritakannya padamu?"
"Sayangnya tidak. Stella sangat tertutup mengenai hubungannya dengan pria ini. Seminggu sebelum kematiannya, ia terus mengatakan padaku bahwa ia akan melakukan blind date dengan pria asing itu."
"Kau tahu apa alasan seorang Eti Sumiati beralih profesi menjadi seorang hostess? Aku dengar dari Madam Viola jika ia diberikan gaji yang cukup besar ketika menjadi seorang cleaning service."
"Aku dengar dari Madam Viola jika kondisi ibunya memburuk hingga ia mengajukan diri sebagai hostess. Berkali – kali ia menolak permintaan Eti bahkan ia sempat menawarkan pinjaman tanpa bunga padanya tapi Eti justru menolaknya mentah – mentah."
"Apa yang membuatnya menolak kebaikan Viola?"
"Hmm... aku tidak tahu Detektif. Padahal Madam tidak memberatkannya dalam masalah pembayaran. Eti bisa mencicil hutangnya dengan gaji yang ia miliki. Madam Viola adalah orang yang sangat baik."
"..."
"Setelah menjadi hostess, Eti berganti nama menjadi Stella Magnolia. Sejak saat itu sifatnya pun ikut berubah. Aku seperti tidak mengenalinya lagi."
"Berubah?"
"Eti yang baru maksudku Stella adalah orang yang sangat sombong dan arogan. Setiap hari ia selalu berfoya – foya dengan berbelanja barang – barang bermerek yang mahal bahkan ia tidak sungkan merebut pelanggan milik hostess lain. "
"Persaingan ya? Jadi kalian iri dengan kesuksesan Stella?"
"Di Golden Lotus ada sebuah peraturan mutlak jika tidak boleh merebut pelanggan hostess lain. Namun Stella selalu melanggar peraturan itu. Dalam satu tahun ia sudah mendapat peringatan dari Madam Viola hanya saja ia selalu membuat hati Madam Viola luluh dengan wajah polos dan tutur katanya yang lembut."
"..."
"Ia selalu berpura – pura menyesal tapi beberapa detik kemudian ia mengulang perbuatannya lagi. Hingga membuat kami bosan dan membiarkan tindakannya."
"Jadi jika aku tarik kesimpulan hampir seluruh hostess di Golden Lotus membenci Stella."
Kattareyya mengangguk lemah.
"Viola bilang ia menolak pria bernama Tanaka Hashirama. Bisa kau ceritakan mengenai dirinya?"
"Tanaka-san adalah pria yang sangat lembut dan sopan bahkan kepada kami yang mempunyai profesi kotor seperti ini. Terkadang ia menyewa kami hanya untuk menemaninya bercerita tanpa hubungan seks sama sekali. Aku pernah bertanya padanya kenapa ia begitu sopan kepada kami yang hanya seorang hostess. Ia menatapku dengan lembut dan berkata bahwa semua wanita apa pun profesinya adalah mahluk yang patut untuk dihormati, dijaga dan diperlakukan dengan lembut."
"Dari cara bicaramu, sepertinya kau jatuh cinta padanya Kat."
"Sepertinya aku tidak dapat menutupi hal itu darimu Detektif. Aku memang jatuh cinta padanya tapi cintaku bertepuk sebelah tangan. Tanaka-san jatuh cinta pada Eti saat mereka pertama kali bertemu. Saat Eti belum berubah menjadi seorang Stella Magnolia. Aku berusaha merelakannya karena aku sadar jika aku bukanlah wanita baik – baik yang cocok menjadi pendampingnya."
"..."
"Saat Eti menjadi salah satu dari kami, Tanaka-san langsung menghadap Madam Viola dan berniat untuk menebusnya. Madam menyetujuinya, karena ia tahu jika Tanaka-san akan menjaga dan mencintai Eti dengan tulus. Namun Eti menolaknya mentah – mentah bahkan ia mencaci maki Tanaka-san dengan kata – kata kasar yang dapat membuat semua orang yang mendengarnya sakit hati. Termasuk aku yang saat itu berada diruang kerja Madam Viola."
Air mata kembali meluncur dari kedua bola mata Kattareyya. Tangisan wanita adalah kelemahan Darren. sebenarnya ia sudah gatal untuk menarik Kat dalam pelukannya. Memberikan sedikit kekuatannya pada seorang wanita rapuh yang bersedih hati tapi ada sebuah garis tipis yang bernama profesionalitas yang membuatnya tak dapat berkutik sedikit pun dan memang harus dipatuhi olehnya.
"Maaf Detektif hari ini aku sangat emosional."
"Aku mengerti apa yang kau rasakan. Bisa kau lanjutkan ceritamu?"
Kat mengangguk.
"Satu minggu setelah kejadian itu, aku tidak sengaja mendengar percakapan telepon Stella dengan seseorang yang tidak aku kenal. Mereka terdengar sangat intim dan mesra. Setelah ia selesai menelepon, aku langsung menanyakan siapa pria itu. Awalnya ia bungkam tapi akhirnya ia menyerah setelah aku memaksanya untuk bercerita."
"Jadi siapa pria itu?"
"Stella tidak memberitahuku nama maupun ciri – ciri pria itu. Mereka berkenalan melalui jejaring media sosial. Aku selalu menasehatinya karena bergaul dengan orang asing yang menurutku membahayakan."
"Bukankah profesimu membuatmu harus berhubungan dengan orang asing?"
"Aku tidak menampik hal itu hanya saja Madam Viola selalu menjaga kami 1x24 jam bahkan dengan penjagaan khusus saat kami menerima job diluar Golden Lotus. Jadi jika ada yang bertindak kasar pada kami, maka mereka akan menerima akibatnya."
"Apa Stella menolak Tanaka karena pria itu?"
"Iya."
"Apa Tanaka tahu mengenai hal ini?"
"Aku tidak tahu Detektif."
"Baiklah sudah cukup untuk hari ini." Darren mematikan recorder-nya.
Kat pun mengantarkan Darren sampai kedepan pintu apartemennya.
"Kat sebaiknya kau cepat memberitahu Tanaka-san mengenai perasaan cintamu sebelum terlambat. Satu lagi, jangan pernah merendahkan dirimu. Persetan dengan profesimu, tapi aku yakin kau adalah wanita yang baik. Jika Tanaka menolakmu maka aku siap menghajarnya dengan kedua tanganku karena ia telah menyia – nyiakan wanita berhati tulus sepertimu."
Perkataan Darren membuat wajahnya seketika itu merona.
"Terimakasih Darren. Berjanjilah untuk menangkap pembunuh Stella."
"Pasti. Baiklah aku pergi dulu. Jaga dirimu dan hubungi aku jika kau memerlukan bantuan." Ujarnya sambil mengedipkan sebelah matanya.
Kat melihat punggung tegap Darren yang semakin lama semakin mengecil lalu menghilang dibalik pintu lift.
***
Sejak pertemuannya dengan mahluk berjubah hitam dan bermata merah itu, Samantha memutuskan untuk tidak keluar dari kamar. Mengucilkan diri dan menghindari Darren yang selalu melontarkan pertanyaan – pertanyaan bernada interogasi padanya. Hari ini memang ia tidak ikut dengan Darren melakukan investigasi, dirinya mempunyai tujuan yang lebih penting yaitu mengenkripsi kitab kuno yang didapatnya dari Devon. Pada akhirnya ia tersenyum puas karena telah berhasil mengetahui ritual selanjutnya yang sedang dijalankan oleh Demons.
Rasa lapar menyelimutinya hingga membuat Samantha keluar dari kamarnya berjalan menuju dapur. Sesampainya disana ia melihat Jackson yang sesekali menghela nafas panjang seperti ada suatu masalah yang tengah ia pendam. Hal itu cukup membuat rasa penasaran Samantha terusik.
"Ada apa Jackson?"
"Ini tentang Tuan Erick. Sepertinya jiwanya terguncang karena dalam beberapa hari ini ia tidak tidur sama sekali."
"..."
"Tadi pagi saya melihat ia sedang berbicara dengan pot bunga yang ada ditaman lalu memeluknya seakan itu adalah kekasihnya yang telah lama hilang."
Seorang pelayan wanita bernama Brenda datang entah darimana lalu ikut bergabung dengan mereka berdua bergosip tentang Erick. Brenda pun mengatakan bahwa kemarin malam ia melihat Erick mencium botol Champagne kosong sambil membisikkan kalimat cinta nan romantis. Samantha menahan tawanya yang nyaris pecah. Beruntung ia mempunyai self-controlled yang sangat baik. Dilain pihak ia juga tidak ingin menyakiti hati pria tua itu, apalagi Jackson telah menganggap Erick seperti anaknya sendiri.
"Ahh Jackson... Aku tidak mau jika Tuan Erick menjadi gila dan berakhir di Lali Jiwo Asylum." Ujar Brenda sambil menyeka kedua matanya yang mulai berkaca – kaca.
"Jaga bicaramu Brenda!" Jawab Jackson dengan nada marah.
"Aku hanya tidak dapat membayangkan jika hal itu benar – benar terjadi. Semoga saja ada jalan keluar."
"Lebih baik kita berdoa agar Tuan Erick kembali seperti semula." Ujar Jackson lagi. "Oh ya Nona Maya, apa ada yang bisa saya bantu?"
"Aku lapar Jackson. Buatkan aku nasi goreng. Apa Erick sudah makan?"
"Tuan Erick belum makan apa sejak tadi pagi. Saya sungguh mengkhawatirkan keadaannya."
Entah mengapa ia benci melihat raut wajah Jackson yang bersedih.
"Make it double Jackson! Aku akan memaksanya untuk makan."
Wajah Jackson yang muram berubah sumringah dan Samantha senang melihatnya. Pelayan tua itu mengingatkannya pada Martin, pelayan kepercayaan Aunty Aurelia. Sayangnya ia tidak tahu dimana keberadaan pria tua itu sekarang. Ada keinginan untuk mencari keberadaannya tapi ia tidak boleh sembarangan keluar dari rumah Erick. Apalagi semenjak pertemuannya dengan mahluk bermata merah yang menjadi bagian dari masa lalunya yang kelam. Mahluk berbahaya yang dapat mencelakakan dirinya dalam satu kedipan mata.
"Nona anda melamun."
Samantha langsung mengerjapkan matanya.
"Ini nasi goreng yang anda pesan."
Samantha pun langsung meraih dua piring berisi nasi goreng itu dan membawanya menuju kamar Erick. Pintu kamar Erick tida tertutup dengan benar, jadi karena kedua tangannya memegang dua piring berisi nasi goreng, maka Samantha menendang pintu itu menggunakan kakinya hingga terbuka. Ia mengedarkan pandangannya dan tidak melihat Erick disana. Pandangannya teralihkan pada tirai berwarna putih yang melambai karena tiupan angin. Samar – samar ia mendengar suara Erick yang berasal dari balkon kamarnya.
"Kau menginginkanku untuk terbang? Tapi aku tidak punya sayap. Lalu bagaimana aku bisa menyusulmu?"
"..."
"Baiklah kalau begitu aku akan melompat."
Samantha yang mendengar hal itu langsung melempar piring nasi gorengnya hingga terhambur berantakan dilantai kamar Erick. Ia berlari menuju balkon dan melihat Erick yang sudah memanjat teralis balkonnya yang berada dilantai dua.
"ERICK STOP!!" teriak Samantha panik.
Erick menoleh dan tersenyum padanya.
"Bye Sam!"
Erick Alcander melompat dari balkon kamarnya yang berada dilantai dua tepat dihadapan seorang Samantha Reindhaard.
"NOOOOOOOOOOOO." Teriak Samantha.
Teriakan gadis itu terdengar oleh Darren yang baru saja tiba. Ia langsung berlari menuju kamar Erick dan menemukan Samantha dengan tubuh yang gemetar hebat dan syok. Dengan sisa tenaga yang ia miliki, Samantha menunjuk kearah teralis balkon. Darren berjalan menuju arah yang ditunjuk Samantha. Ia begitu terkejut ketika mendapati Erick bersimbah darah dibawah sana.
"JACKSOOOONNNN!!! PANGGIL AMBULANCE!!!!!"
***
yang baca 1k vote nya 127 doankk...
thats why ... i'm sad
Spoiler for 4:
Darren duduk dihadapan seorang wanita cantik berambut panjang yang dicat berwarna kecoklatan. Gadis itu memakai baju terusan berwarna biru tua yang sangat kontras dengan kulit putihnya. Riasan makeup tipis membuat wajah orientalnya menjadi makin mempesona. Gadis itu bernama Kattareya Angel, salah satu hostess Golden Lotus yang ada dibawah asuhan Madam Viola.
Matanya menatap sendu Darren. Dirinya masih berkabung karena kematian Stella Magnolia alias Eti Sumiati, sahabat baiknya. Apalagi setelah tahu jika Stella menjadi korban pembunuhan. Kehilangan sahabat adalah hal terburuk untuknya.
"Aku tahu kau masih sangat sedih karena kematian sahabatmu. Beberapa waktu lalu polisi juga telah menginterogasimu. Jika kau tidak keberatan, maukah kau menceritakan bagaimana hubunganmu dengan Stella?"
"Aku akan menceritakannya Detektif Darren."
Darren pun mengambil recorder yang ada di kantung jas bagian dalamnya. Lalu mulai merekam cerita yang keluar dari mulut Kat.
"Aku bertemu Stella di minimarket 24 hours yang terletak diseberang apartemen ini. Masih terukir jelas dipikiranku bagaimana waktu itu dia duduk didepan minimarket itu sambil menangis. Awalnya aku tidak peduli dan mencoba mengacuhkannya tapi aku tidak tega."
Kat tidak dapat membendung air matanya hingga ia pun menangis tersedu – sedu. Darren hanya diam, ia memberikan waktu padanya untuk mengeluarkan emosi yang telah memuncak. Setelah merasa tenang, Kat kembali melanjutkan ceritanya.
"Malam itu aku membawanya kemari. Ia menceritakan kondisi ibunya yang kritis karena sakit gagal ginjal yang telah dideritanya lama. Mungkin ini cerita klise yang sering kau dengar dimana – mana Detektif, selanjutnya mungkin kau sudah tahu dari Madam Viola."
"Bagaimana tanggapanmu mengenai Tanaka Hashirama?"
"Tanaka-san adalah pria yang baik. Ia jatuh cinta pada Stella saat pertama kali melihatnya tapi gadis itu menolaknya dengan alasan yang aneh."
"Aneh? Apa maksudmu?"
Kat menghela nafas kasar sebelum melanjutkan ceritanya.
"Stella tidak menyukainya karena menurutnya Hashirama-san sangat membosankan dan juga tidak terlalu tampan. Ia malah sibuk menjalin hubungan dengan seorang pria dari dunia maya yang tidak jelas asal usulnya."
"Pria dari dunia maya? Apa Stella pernah menceritakannya padamu?"
"Sayangnya tidak. Stella sangat tertutup mengenai hubungannya dengan pria ini. Seminggu sebelum kematiannya, ia terus mengatakan padaku bahwa ia akan melakukan blind date dengan pria asing itu."
"Kau tahu apa alasan seorang Eti Sumiati beralih profesi menjadi seorang hostess? Aku dengar dari Madam Viola jika ia diberikan gaji yang cukup besar ketika menjadi seorang cleaning service."
"Aku dengar dari Madam Viola jika kondisi ibunya memburuk hingga ia mengajukan diri sebagai hostess. Berkali – kali ia menolak permintaan Eti bahkan ia sempat menawarkan pinjaman tanpa bunga padanya tapi Eti justru menolaknya mentah – mentah."
"Apa yang membuatnya menolak kebaikan Viola?"
"Hmm... aku tidak tahu Detektif. Padahal Madam tidak memberatkannya dalam masalah pembayaran. Eti bisa mencicil hutangnya dengan gaji yang ia miliki. Madam Viola adalah orang yang sangat baik."
"..."
"Setelah menjadi hostess, Eti berganti nama menjadi Stella Magnolia. Sejak saat itu sifatnya pun ikut berubah. Aku seperti tidak mengenalinya lagi."
"Berubah?"
"Eti yang baru maksudku Stella adalah orang yang sangat sombong dan arogan. Setiap hari ia selalu berfoya – foya dengan berbelanja barang – barang bermerek yang mahal bahkan ia tidak sungkan merebut pelanggan milik hostess lain. "
"Persaingan ya? Jadi kalian iri dengan kesuksesan Stella?"
"Di Golden Lotus ada sebuah peraturan mutlak jika tidak boleh merebut pelanggan hostess lain. Namun Stella selalu melanggar peraturan itu. Dalam satu tahun ia sudah mendapat peringatan dari Madam Viola hanya saja ia selalu membuat hati Madam Viola luluh dengan wajah polos dan tutur katanya yang lembut."
"..."
"Ia selalu berpura – pura menyesal tapi beberapa detik kemudian ia mengulang perbuatannya lagi. Hingga membuat kami bosan dan membiarkan tindakannya."
"Jadi jika aku tarik kesimpulan hampir seluruh hostess di Golden Lotus membenci Stella."
Kattareyya mengangguk lemah.
"Viola bilang ia menolak pria bernama Tanaka Hashirama. Bisa kau ceritakan mengenai dirinya?"
"Tanaka-san adalah pria yang sangat lembut dan sopan bahkan kepada kami yang mempunyai profesi kotor seperti ini. Terkadang ia menyewa kami hanya untuk menemaninya bercerita tanpa hubungan seks sama sekali. Aku pernah bertanya padanya kenapa ia begitu sopan kepada kami yang hanya seorang hostess. Ia menatapku dengan lembut dan berkata bahwa semua wanita apa pun profesinya adalah mahluk yang patut untuk dihormati, dijaga dan diperlakukan dengan lembut."
"Dari cara bicaramu, sepertinya kau jatuh cinta padanya Kat."
"Sepertinya aku tidak dapat menutupi hal itu darimu Detektif. Aku memang jatuh cinta padanya tapi cintaku bertepuk sebelah tangan. Tanaka-san jatuh cinta pada Eti saat mereka pertama kali bertemu. Saat Eti belum berubah menjadi seorang Stella Magnolia. Aku berusaha merelakannya karena aku sadar jika aku bukanlah wanita baik – baik yang cocok menjadi pendampingnya."
"..."
"Saat Eti menjadi salah satu dari kami, Tanaka-san langsung menghadap Madam Viola dan berniat untuk menebusnya. Madam menyetujuinya, karena ia tahu jika Tanaka-san akan menjaga dan mencintai Eti dengan tulus. Namun Eti menolaknya mentah – mentah bahkan ia mencaci maki Tanaka-san dengan kata – kata kasar yang dapat membuat semua orang yang mendengarnya sakit hati. Termasuk aku yang saat itu berada diruang kerja Madam Viola."
Air mata kembali meluncur dari kedua bola mata Kattareyya. Tangisan wanita adalah kelemahan Darren. sebenarnya ia sudah gatal untuk menarik Kat dalam pelukannya. Memberikan sedikit kekuatannya pada seorang wanita rapuh yang bersedih hati tapi ada sebuah garis tipis yang bernama profesionalitas yang membuatnya tak dapat berkutik sedikit pun dan memang harus dipatuhi olehnya.
"Maaf Detektif hari ini aku sangat emosional."
"Aku mengerti apa yang kau rasakan. Bisa kau lanjutkan ceritamu?"
Kat mengangguk.
"Satu minggu setelah kejadian itu, aku tidak sengaja mendengar percakapan telepon Stella dengan seseorang yang tidak aku kenal. Mereka terdengar sangat intim dan mesra. Setelah ia selesai menelepon, aku langsung menanyakan siapa pria itu. Awalnya ia bungkam tapi akhirnya ia menyerah setelah aku memaksanya untuk bercerita."
"Jadi siapa pria itu?"
"Stella tidak memberitahuku nama maupun ciri – ciri pria itu. Mereka berkenalan melalui jejaring media sosial. Aku selalu menasehatinya karena bergaul dengan orang asing yang menurutku membahayakan."
"Bukankah profesimu membuatmu harus berhubungan dengan orang asing?"
"Aku tidak menampik hal itu hanya saja Madam Viola selalu menjaga kami 1x24 jam bahkan dengan penjagaan khusus saat kami menerima job diluar Golden Lotus. Jadi jika ada yang bertindak kasar pada kami, maka mereka akan menerima akibatnya."
"Apa Stella menolak Tanaka karena pria itu?"
"Iya."
"Apa Tanaka tahu mengenai hal ini?"
"Aku tidak tahu Detektif."
"Baiklah sudah cukup untuk hari ini." Darren mematikan recorder-nya.
Kat pun mengantarkan Darren sampai kedepan pintu apartemennya.
"Kat sebaiknya kau cepat memberitahu Tanaka-san mengenai perasaan cintamu sebelum terlambat. Satu lagi, jangan pernah merendahkan dirimu. Persetan dengan profesimu, tapi aku yakin kau adalah wanita yang baik. Jika Tanaka menolakmu maka aku siap menghajarnya dengan kedua tanganku karena ia telah menyia – nyiakan wanita berhati tulus sepertimu."
Perkataan Darren membuat wajahnya seketika itu merona.
"Terimakasih Darren. Berjanjilah untuk menangkap pembunuh Stella."
"Pasti. Baiklah aku pergi dulu. Jaga dirimu dan hubungi aku jika kau memerlukan bantuan." Ujarnya sambil mengedipkan sebelah matanya.
Kat melihat punggung tegap Darren yang semakin lama semakin mengecil lalu menghilang dibalik pintu lift.
***
Sejak pertemuannya dengan mahluk berjubah hitam dan bermata merah itu, Samantha memutuskan untuk tidak keluar dari kamar. Mengucilkan diri dan menghindari Darren yang selalu melontarkan pertanyaan – pertanyaan bernada interogasi padanya. Hari ini memang ia tidak ikut dengan Darren melakukan investigasi, dirinya mempunyai tujuan yang lebih penting yaitu mengenkripsi kitab kuno yang didapatnya dari Devon. Pada akhirnya ia tersenyum puas karena telah berhasil mengetahui ritual selanjutnya yang sedang dijalankan oleh Demons.
Rasa lapar menyelimutinya hingga membuat Samantha keluar dari kamarnya berjalan menuju dapur. Sesampainya disana ia melihat Jackson yang sesekali menghela nafas panjang seperti ada suatu masalah yang tengah ia pendam. Hal itu cukup membuat rasa penasaran Samantha terusik.
"Ada apa Jackson?"
"Ini tentang Tuan Erick. Sepertinya jiwanya terguncang karena dalam beberapa hari ini ia tidak tidur sama sekali."
"..."
"Tadi pagi saya melihat ia sedang berbicara dengan pot bunga yang ada ditaman lalu memeluknya seakan itu adalah kekasihnya yang telah lama hilang."
Seorang pelayan wanita bernama Brenda datang entah darimana lalu ikut bergabung dengan mereka berdua bergosip tentang Erick. Brenda pun mengatakan bahwa kemarin malam ia melihat Erick mencium botol Champagne kosong sambil membisikkan kalimat cinta nan romantis. Samantha menahan tawanya yang nyaris pecah. Beruntung ia mempunyai self-controlled yang sangat baik. Dilain pihak ia juga tidak ingin menyakiti hati pria tua itu, apalagi Jackson telah menganggap Erick seperti anaknya sendiri.
"Ahh Jackson... Aku tidak mau jika Tuan Erick menjadi gila dan berakhir di Lali Jiwo Asylum." Ujar Brenda sambil menyeka kedua matanya yang mulai berkaca – kaca.
"Jaga bicaramu Brenda!" Jawab Jackson dengan nada marah.
"Aku hanya tidak dapat membayangkan jika hal itu benar – benar terjadi. Semoga saja ada jalan keluar."
"Lebih baik kita berdoa agar Tuan Erick kembali seperti semula." Ujar Jackson lagi. "Oh ya Nona Maya, apa ada yang bisa saya bantu?"
"Aku lapar Jackson. Buatkan aku nasi goreng. Apa Erick sudah makan?"
"Tuan Erick belum makan apa sejak tadi pagi. Saya sungguh mengkhawatirkan keadaannya."
Entah mengapa ia benci melihat raut wajah Jackson yang bersedih.
"Make it double Jackson! Aku akan memaksanya untuk makan."
Wajah Jackson yang muram berubah sumringah dan Samantha senang melihatnya. Pelayan tua itu mengingatkannya pada Martin, pelayan kepercayaan Aunty Aurelia. Sayangnya ia tidak tahu dimana keberadaan pria tua itu sekarang. Ada keinginan untuk mencari keberadaannya tapi ia tidak boleh sembarangan keluar dari rumah Erick. Apalagi semenjak pertemuannya dengan mahluk bermata merah yang menjadi bagian dari masa lalunya yang kelam. Mahluk berbahaya yang dapat mencelakakan dirinya dalam satu kedipan mata.
"Nona anda melamun."
Samantha langsung mengerjapkan matanya.
"Ini nasi goreng yang anda pesan."
Samantha pun langsung meraih dua piring berisi nasi goreng itu dan membawanya menuju kamar Erick. Pintu kamar Erick tida tertutup dengan benar, jadi karena kedua tangannya memegang dua piring berisi nasi goreng, maka Samantha menendang pintu itu menggunakan kakinya hingga terbuka. Ia mengedarkan pandangannya dan tidak melihat Erick disana. Pandangannya teralihkan pada tirai berwarna putih yang melambai karena tiupan angin. Samar – samar ia mendengar suara Erick yang berasal dari balkon kamarnya.
"Kau menginginkanku untuk terbang? Tapi aku tidak punya sayap. Lalu bagaimana aku bisa menyusulmu?"
"..."
"Baiklah kalau begitu aku akan melompat."
Samantha yang mendengar hal itu langsung melempar piring nasi gorengnya hingga terhambur berantakan dilantai kamar Erick. Ia berlari menuju balkon dan melihat Erick yang sudah memanjat teralis balkonnya yang berada dilantai dua.
"ERICK STOP!!" teriak Samantha panik.
Erick menoleh dan tersenyum padanya.
"Bye Sam!"
Erick Alcander melompat dari balkon kamarnya yang berada dilantai dua tepat dihadapan seorang Samantha Reindhaard.
"NOOOOOOOOOOOO." Teriak Samantha.
Teriakan gadis itu terdengar oleh Darren yang baru saja tiba. Ia langsung berlari menuju kamar Erick dan menemukan Samantha dengan tubuh yang gemetar hebat dan syok. Dengan sisa tenaga yang ia miliki, Samantha menunjuk kearah teralis balkon. Darren berjalan menuju arah yang ditunjuk Samantha. Ia begitu terkejut ketika mendapati Erick bersimbah darah dibawah sana.
"JACKSOOOONNNN!!! PANGGIL AMBULANCE!!!!!"
***
yang baca 1k vote nya 127 doankk...
thats why ... i'm sad
nyun10 dan S E N S O R3 memberi reputasi
3
Kutip
Balas