- Beranda
- Stories from the Heart
Biro Detektif Supranatural PSYCH: Prince Charming #2
...
TS
dianmaya2002
Biro Detektif Supranatural PSYCH: Prince Charming #2
Biro Detektif Supranatural PSYCH: Prince Charming #2
Erick dan Darren kembali dihadapkan dengan seorang psikopat gila pecinta Disney Princess yang menyebut dirinya sebagai PRINCE CHARMING. Korban - korbannya selalu ditemukan dalam berbagai tema Disney Princess, seperti Stella Magnolia yang ditemukan ditepi dermaga dalam balutan kostum mermaid seperti Princess Ariel.
Apakah duo detektif ini dapat menghentikan kegilaan Prince Charming?
Apakah duo detektif ini dapat menghentikan kegilaan Prince Charming?
Hai Agan dan Aganwati...
Ane balik lagi nih buat posting sequel nya Biro Detektif Supranatural PSYCH
Yang masih penasaran sama Mbak Samantha Reindhaard bakal ane buat tambah penasaran lagi...
ini akun wattpad ane Anthazagoraphobia
karya ane:
Biro Detektif Supranatural PSYCH : Pieces #1
The Haunted Hotel La Chandelier
bagi cendol dan rate nya ya
DAFTAR ISI
Spoiler for Index:
Diubah oleh dianmaya2002 07-03-2017 13:20
zeref13 dan 5 lainnya memberi reputasi
6
16.9K
Kutip
80
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
31.6KThread•42.6KAnggota
Tampilkan semua post
TS
dianmaya2002
#1
langsung Chapter 1
Tubuh – tubuh manusia saling berhimpitan di lantai dansa. Meliuk mengikuti dentuman musik EDM. Para bartender sibuk meracik minuman beralkohol berbagai jenis untuk para pelanggan yang duduk di bar. Sorak – sorai memenuhi ruangan itu ketika para sexy dancer muncul dengan pakaian minim kurang bahan yang menonjolkan lekuk tubuh mereka.
Mata para pria kini tertuju pada mini stage yang berada didekat DJ Booth dimana para sexy dancer itu tengah menari bagai cacing kepanasan. Dibeberapa sudut tergelap ada muda mudi yang tengah bercumbu tanpa mempedulikan orang – orang yang berlalu lalang dihadapan mereka.
Pemandangan seperti inilah yang selalu Keichiro Yamaguchi lihat dari balik jendela ruangan khusus miliknya. Terkadang ia begitu heran dengan para muda mudi yang menghabiskan setiap malamnya hanya untuk mabuk – mabukkan, menari di lantai dansa, dan berakhir menjalin one night stand bersama orang asing.
"Apa mereka tidak jenuh dengan dunia gemerlap ini? Aku saja sebagai pemilik klub ini merasa bosan." Gumamnya pada diri sendiri.
Seandainya ia bukan anak seorang pemimpin yakuza, ia mungkin tidak akan hidup seperti ini. Setiap malam dikelilingi oleh wanita binal yang berprofesi sebagai pekerja seks komersil. Mata – mata musuh, penyusup, pembunuh bayaran dan polisi selalu saja bernafsu untuk menghabisimu. Baginya uang adalah hal yang tak berarti mengingat dirinya bisa mati kapan saja.
Banyak orang mengecapnya sebagai mafia keji tak punya perasaan. Padahal nyatanya tidak seperti itu, ia hanya berlaku kejam pada orang – orang yang tidak dapat menepati janji. Contohnya saja kepada para orang – orang brengsek yang seenak jidat meminjam uang tanpa berniat mengembalikannya. Sebenarnya diawal perjanjian, para anak buahnya telah menjelaskan secara gamblang apa akibat yang akan mereka terima jika tidak dapat melunasi uang yang mereka pinjam.
Bahkan para anak buahnya telah diberi ultimatum untuk menanyakan kesanggupan si peminjam dalam masalah pembayaran sebelum berutang sebanyak tiga kali berturut – turut. Namun mereka tetap saja nekat dan berakhir disebuah gudang tua, disiksa oleh anak buahnya karena tidak dapat membayar apa yang telah dipinjamnya.
Paling parah mereka akan berakhir dengan tubuh termutilasi menjadi potongan – potongan kecil didalam sebuah mobil pengaduk berisi semen atau aspal yang akan menjadi pondasi bangunan maupun jalan raya. Tidak meninggalkan jejak sedikit pun.
Lamunannya terhenti saat pintu ruangannya terbuka paksa. Dengan ekspresi datar ia melihat Bayu Satrio, si reserse kriminal senior dengan senyum mengembang tengah menatapnya dengan tatapan kepuasan karena dapat menangkap penjahat kelas kakap seperti Yamaguchi.
"Keichiro Yamaguchi, Kau ditangkap!"
Dua anak buah Bayu melangkah memasuki ruangan itu. Memborgol kedua tangan Yamaguchi dengan cepat. Tanpa perlawanan sedikit pun, ia digiring oleh pihak kepolisian keluar dari Golden Lotus. Setiap mata memandang dirinya dengan tatapan berbagai arti. Ada yang menatapnya dengan penasaran, bingung, simpati, bahkan ada yang tidak peduli.
"Madam Viola, Kenpachi! Urus tempat ini selama aku pergi." Ujarnya sebelum ia memasuki mobil tahanan yang akan membawanya ke markas kepolisian. "Jangan khawatir aku tidak akan lama."
Bayu yang mendengar itu hanya mendengus geli.
"Jangan terlalu percaya diri Tuan Yakuza." Cibirnya.
Iringan mobil patroli bersirene itu pun menjauh dari Golden Lotus. Semakin mengecil hingga hilang dari pandangan begitu saja.
Yamaguchi duduk santai dihadapan Bayu yang memasang tampang garangnya. Tidak ada rasa takut sedikit pun yang timbul dalam dirinya, malah ia ingin tertawa karena harus berdua bersama dengan pria tua galak tersebut.
"Jadi apa kau mau mengakui segalanya?"
Ia menghela nafas panjang. Sudah beratus – ratus kali pria tua galak ini menanyainya pertanyaan yang sama. Membuatnya bosan setengah mati.
"Sudah aku katakan berkali – kali jika aku tidak membunuh Stella. Jika sekali lagi kau menanyakan hal ini, lebih baik kau tembak kepalaku saat ini juga."
"Kau tidak mau jujur?! Maka dengan senang hati, aku akan menyiksamu dan menjebloskanmu ke penjara."
Perkataan Bayu membuatnya tergelak hingga tawanya memenuhi seluruh ruangan itu. Yamaguchi sadar jika dirinya ditangkap untuk memenuhi nafsu seorang penegak hukum yang mulai putus asa karena tidak dapat memenjarakannya dengan bukti kuat.
Dirinya bukanlah anak kemarin sore yang baru mengenal hukum, ayahnya sebagai pemimpin Klan Yamaguchi terdahulu selalu mengajarinya bagaimana cara untuk berkelit dan bermain – main dengan hukum negara. Perkataan ayahnya kembali terngiang dikepalanya,"Jika kau tidak salah maka jangan pernah takut! Pegang teguh argumenmu."
"Sampai kapan kau akan menahanku? Seharusnya kau sadar jika reputasimu berada diujung tanduk. Apa kata masyarakat Metropolis jika kepala polisi sepertimu menjebloskan orang tak bersalah ke dalam jeruji besi."
"..."
"Perlu kutegaskan sekali lagi bahwa aku dan orang – orangku tidak terlibat dalam pembunuhan di Distrik K. Dia memang bekerja di Golden Lotus tapi aku tidak terlalu mengenalnya dengan baik. Aku juga tidak pernah menyentuhnya sama sekali."
"..."
"Jika kau ingin menanyakan tentang Stella Magnolia, kau bisa panggil Madam Viola dan menginterogasinya. Karena ia yang terlibat langsung dan mengurus berbagai hal mengenai para hostess Golden Lotus."
"..."
"Aku yakin sebentar lagi pengacaraku akan datang dan membebaskanku." Ujarnya lagi sambil tersenyum.
Tak lama kemudian, pintu ruangan itu terbuka. Antonio Martin, seorang pengacara handal yang dibenci pihak kepolisian termasuk Bayu. Ia bekerja untuk Yamaguchi dan Don Geraldine untuk menuntaskan kasus hukum yang menjerat mereka. Tentunya dengan bayaran yang sangat tinggi.
Ia muncul dari balik pintu. Senyuman kemenangan tercetak jelas diwajahnya.
"Yamaguchi-san. Kau boleh keluar, tempatmu bukan disini."
"Terimakasih Antonio-san. Aku berhutang padamu."
Lalu ia menatap Bayu yang masih diam menahan emosi yang siap meledak.
"Sudah kubilang! Aku tidak akan lama berada disini."
"Suatu saat nanti aku akan menangkapmu."
"Aku menunggu hari itu Ojisan." Bisik Yamaguchi tepat ditelinga Bayu.
Yamaguchi pun melangkah menuju pintu keluar meninggalkan Bayu yang mematung.
***
Sementara itu kondisi Erick tidak lebih baik. Setelah menangani kasus mutilasi tiga bulan lalu, ia mulai mengalami teror mimpi buruk mengerikan yang selalu datang setiap malamnya. Ketakutan membuatnya terjaga sepanjang malam. Wajah tampannya mulai berubah menjadi kusut dengan mata sayu yang memerah dan lingkaran hitam yang melingkar dengan cantik mengelilingi kedua matanya.
Dua hari yang lalu, saat penemuan mayat korban pembunuhan di Distrik K, semua orang menatapnya dengan heran. Bahkan Bayu mengatakan bahwa penampilannya lebih mengerikan dari si korban pembunuhan. Sialnya lagi, tak hanya clairvoyance tapi indera keenam – nya miliknya juga menghilang.
Sungguh ia begitu frustasi dengan apa yang menimpanya. Mau tidak mau, ia harus melakukan investigasi secara manual tanpa vision masa lalu yang membantu memudahkan dirinya mengungkap kasus pembunuhan.
Hari – harinya dihabiskan dengan duduk di pantry sambil meminum bergelas – gelas kopi hitam pekat yang membuatnya tetap tersadar. Pernah suatu kali ia tertidur, si iblis jalang itu langsung menerornya dengan sebuah lucid dream yang amat mengerikan.
Dalam mimpinya, iblis berkulit merah itu mencabut jantungnya dengan ujung – ujung kuku yang runcing dan tajam. Walaupun hanya mimpi tapi ia merasakan dengan jelas bagaimana rasa sakit ketika jantung yang telah mendiami tubuhnya selama 25 tahun dicabut paksa dari rongganya.
Ia juga pernah mimpi seluruh tubuhnya tenggelam di lautan api abadi yang panasnya melebihi api yang ada didunia nyata. Kulitnya melepuh dalam hitungan detik menyisakan tulang belulang yang mulai menghitam karena terbakar. Sungguh ia tidak sanggup lagi jika setiap tidur harus mengalami mimpi – mimpi ekstrim seperti itu.
Terbangun dengan nafas tersengal dan keringat dingin yang bercucuran membasahi seluruh tubuhnya adalah hal biasa baginya. Sebenarnya hal ini membuatnya nyaris gila.
"Tuan Erick apa saya harus menghubungi dokter Tirta untuk memeriksa anda?" tanya Jackson cemas.
"Tidak usah Jackson! Penyakitku bukan penyakit biasa. Dokter Tirta tidak akan bisa mengobatinya."
Jackson hanya menatapnya dengan iba. Hampir tiap malam telinga tuanya harus mendengar teriakan ketakutan dari kamar Erick. Hingga akhirnya ia bangun dan tergopoh – gopoh berlari ke kamarnya dengan kepanikan luar biasa hanya untuk menenangkan sang majikan.
"Sebaiknya kau kembali bekerja Jackson. Aku baik – baik saja."
Ia tahu bahwa tuan mudanya ini tengah menghiburnya. Akhirnya Jackson meninggalkannya duduk sendiri di pantry.
"Wow kau terlihat sangat... mengkhawatirkan."
Kali ini Samantha muncul dihadapannya lengkap dengan ekspresi wajah menyebalkan seperti biasanya. Erick hanya diam berusaha untuk tidak menggubrisnya. Ia harus menghemat tenaganya yang mulai habis daripada meladeni psikopat gila satu itu.
"Aku yakin Succubus itu menyiksamu berkali – kali lipat. By the way aku mendengar teriakanmu sepanjang malam. Sungguh memilukan! Aku cukup prihatin."
Erick hanya mendengus sebal ketika mendengar cemoohan Samantha. Ia masih bisa menahan rasa kesalnya untuk tidak membalas perkataan gadis itu.
"Berhenti mengganggunya Sam." Ujar Darren yang sekarang bergabung dengan mereka.
Pria itu duduk tepat disebelah Erick yang sekarang tengah memandangnya dengan tatapan sayu.
"Shit! Aku tidak bisa melihatmu dengan kondisi seperti ini. Sam tidak bisakah kau menolongnya?"
"Aku? Menolongnya? Yang benar saja!"
"Bagaimana kalau kita melakukan penawaran?"
Mata Samantha berbinar saat mendengar perkataan Darren. Otaknya kini tengah berpikir mencari suatu hal yang akan ia gunakan sebagai syarat barter. Menolong Erick itu mudah.
"Aku akan memikirkan tawaranmu."
"Sekarang atau tidak sama sekali Sam. No time for thinking!"
"..."
"Tik tok tik tok... waktu terus berjalan Sam! Jangan sampai aku berubah pikiran dan membatalkan penawaran ini."
Samantha menggeram menahan amarah.
"Fine! Aku ingin ikut denganmu mencari petunjuk tentang Demons."
Darren tersenyum.
"Baiklah! Kau boleh ikut denganku mengingat kondisi Erick yang saat ini tidak dapat diandalkan. Lagi pula aku butuh partner. Oke sekarang giliranku! Sekarang kau harus mencari cara menyembuhkannya."
"Itu mudah! Kamis depan adalah bulan purnama. Kita bisa melakukan ritual menangkap iblis itu tapi aku membutuhkan beberapa barang untuk ritual tersebut. Bisakah kita bertemu dengan Devon? Aku tidak bisa melakukan ritual itu sendiri, tubuh ini tidak cukup kuat untuk menerima kekuatanku."
Darren kembali mengingat saat pertama kali Samantha mengeluarkan kekuatan telekinesisnya yaitu saat ia diculik oleh Mikail Reindhaard. Tubuh Maya yang ia gunakan tidak cukup kuat, lalu ia pingsan begitu saja.
"Baiklah! Sekarang bersiaplah, kita akan pergi ke Golden Lotus untuk melakukan investigasi."
***
Spoiler for #1:
Revisi
Ada kalimat absurd atau typo yang belum dibenerin? Kasih tau aja ya pake quote
Ada kalimat absurd atau typo yang belum dibenerin? Kasih tau aja ya pake quote
Tubuh – tubuh manusia saling berhimpitan di lantai dansa. Meliuk mengikuti dentuman musik EDM. Para bartender sibuk meracik minuman beralkohol berbagai jenis untuk para pelanggan yang duduk di bar. Sorak – sorai memenuhi ruangan itu ketika para sexy dancer muncul dengan pakaian minim kurang bahan yang menonjolkan lekuk tubuh mereka.
Mata para pria kini tertuju pada mini stage yang berada didekat DJ Booth dimana para sexy dancer itu tengah menari bagai cacing kepanasan. Dibeberapa sudut tergelap ada muda mudi yang tengah bercumbu tanpa mempedulikan orang – orang yang berlalu lalang dihadapan mereka.
Pemandangan seperti inilah yang selalu Keichiro Yamaguchi lihat dari balik jendela ruangan khusus miliknya. Terkadang ia begitu heran dengan para muda mudi yang menghabiskan setiap malamnya hanya untuk mabuk – mabukkan, menari di lantai dansa, dan berakhir menjalin one night stand bersama orang asing.
"Apa mereka tidak jenuh dengan dunia gemerlap ini? Aku saja sebagai pemilik klub ini merasa bosan." Gumamnya pada diri sendiri.
Seandainya ia bukan anak seorang pemimpin yakuza, ia mungkin tidak akan hidup seperti ini. Setiap malam dikelilingi oleh wanita binal yang berprofesi sebagai pekerja seks komersil. Mata – mata musuh, penyusup, pembunuh bayaran dan polisi selalu saja bernafsu untuk menghabisimu. Baginya uang adalah hal yang tak berarti mengingat dirinya bisa mati kapan saja.
Banyak orang mengecapnya sebagai mafia keji tak punya perasaan. Padahal nyatanya tidak seperti itu, ia hanya berlaku kejam pada orang – orang yang tidak dapat menepati janji. Contohnya saja kepada para orang – orang brengsek yang seenak jidat meminjam uang tanpa berniat mengembalikannya. Sebenarnya diawal perjanjian, para anak buahnya telah menjelaskan secara gamblang apa akibat yang akan mereka terima jika tidak dapat melunasi uang yang mereka pinjam.
Bahkan para anak buahnya telah diberi ultimatum untuk menanyakan kesanggupan si peminjam dalam masalah pembayaran sebelum berutang sebanyak tiga kali berturut – turut. Namun mereka tetap saja nekat dan berakhir disebuah gudang tua, disiksa oleh anak buahnya karena tidak dapat membayar apa yang telah dipinjamnya.
Paling parah mereka akan berakhir dengan tubuh termutilasi menjadi potongan – potongan kecil didalam sebuah mobil pengaduk berisi semen atau aspal yang akan menjadi pondasi bangunan maupun jalan raya. Tidak meninggalkan jejak sedikit pun.
Lamunannya terhenti saat pintu ruangannya terbuka paksa. Dengan ekspresi datar ia melihat Bayu Satrio, si reserse kriminal senior dengan senyum mengembang tengah menatapnya dengan tatapan kepuasan karena dapat menangkap penjahat kelas kakap seperti Yamaguchi.
"Keichiro Yamaguchi, Kau ditangkap!"
Dua anak buah Bayu melangkah memasuki ruangan itu. Memborgol kedua tangan Yamaguchi dengan cepat. Tanpa perlawanan sedikit pun, ia digiring oleh pihak kepolisian keluar dari Golden Lotus. Setiap mata memandang dirinya dengan tatapan berbagai arti. Ada yang menatapnya dengan penasaran, bingung, simpati, bahkan ada yang tidak peduli.
"Madam Viola, Kenpachi! Urus tempat ini selama aku pergi." Ujarnya sebelum ia memasuki mobil tahanan yang akan membawanya ke markas kepolisian. "Jangan khawatir aku tidak akan lama."
Bayu yang mendengar itu hanya mendengus geli.
"Jangan terlalu percaya diri Tuan Yakuza." Cibirnya.
Iringan mobil patroli bersirene itu pun menjauh dari Golden Lotus. Semakin mengecil hingga hilang dari pandangan begitu saja.
Yamaguchi duduk santai dihadapan Bayu yang memasang tampang garangnya. Tidak ada rasa takut sedikit pun yang timbul dalam dirinya, malah ia ingin tertawa karena harus berdua bersama dengan pria tua galak tersebut.
"Jadi apa kau mau mengakui segalanya?"
Ia menghela nafas panjang. Sudah beratus – ratus kali pria tua galak ini menanyainya pertanyaan yang sama. Membuatnya bosan setengah mati.
"Sudah aku katakan berkali – kali jika aku tidak membunuh Stella. Jika sekali lagi kau menanyakan hal ini, lebih baik kau tembak kepalaku saat ini juga."
"Kau tidak mau jujur?! Maka dengan senang hati, aku akan menyiksamu dan menjebloskanmu ke penjara."
Perkataan Bayu membuatnya tergelak hingga tawanya memenuhi seluruh ruangan itu. Yamaguchi sadar jika dirinya ditangkap untuk memenuhi nafsu seorang penegak hukum yang mulai putus asa karena tidak dapat memenjarakannya dengan bukti kuat.
Dirinya bukanlah anak kemarin sore yang baru mengenal hukum, ayahnya sebagai pemimpin Klan Yamaguchi terdahulu selalu mengajarinya bagaimana cara untuk berkelit dan bermain – main dengan hukum negara. Perkataan ayahnya kembali terngiang dikepalanya,"Jika kau tidak salah maka jangan pernah takut! Pegang teguh argumenmu."
"Sampai kapan kau akan menahanku? Seharusnya kau sadar jika reputasimu berada diujung tanduk. Apa kata masyarakat Metropolis jika kepala polisi sepertimu menjebloskan orang tak bersalah ke dalam jeruji besi."
"..."
"Perlu kutegaskan sekali lagi bahwa aku dan orang – orangku tidak terlibat dalam pembunuhan di Distrik K. Dia memang bekerja di Golden Lotus tapi aku tidak terlalu mengenalnya dengan baik. Aku juga tidak pernah menyentuhnya sama sekali."
"..."
"Jika kau ingin menanyakan tentang Stella Magnolia, kau bisa panggil Madam Viola dan menginterogasinya. Karena ia yang terlibat langsung dan mengurus berbagai hal mengenai para hostess Golden Lotus."
"..."
"Aku yakin sebentar lagi pengacaraku akan datang dan membebaskanku." Ujarnya lagi sambil tersenyum.
Tak lama kemudian, pintu ruangan itu terbuka. Antonio Martin, seorang pengacara handal yang dibenci pihak kepolisian termasuk Bayu. Ia bekerja untuk Yamaguchi dan Don Geraldine untuk menuntaskan kasus hukum yang menjerat mereka. Tentunya dengan bayaran yang sangat tinggi.
Ia muncul dari balik pintu. Senyuman kemenangan tercetak jelas diwajahnya.
"Yamaguchi-san. Kau boleh keluar, tempatmu bukan disini."
"Terimakasih Antonio-san. Aku berhutang padamu."
Lalu ia menatap Bayu yang masih diam menahan emosi yang siap meledak.
"Sudah kubilang! Aku tidak akan lama berada disini."
"Suatu saat nanti aku akan menangkapmu."
"Aku menunggu hari itu Ojisan." Bisik Yamaguchi tepat ditelinga Bayu.
Yamaguchi pun melangkah menuju pintu keluar meninggalkan Bayu yang mematung.
***
Sementara itu kondisi Erick tidak lebih baik. Setelah menangani kasus mutilasi tiga bulan lalu, ia mulai mengalami teror mimpi buruk mengerikan yang selalu datang setiap malamnya. Ketakutan membuatnya terjaga sepanjang malam. Wajah tampannya mulai berubah menjadi kusut dengan mata sayu yang memerah dan lingkaran hitam yang melingkar dengan cantik mengelilingi kedua matanya.
Dua hari yang lalu, saat penemuan mayat korban pembunuhan di Distrik K, semua orang menatapnya dengan heran. Bahkan Bayu mengatakan bahwa penampilannya lebih mengerikan dari si korban pembunuhan. Sialnya lagi, tak hanya clairvoyance tapi indera keenam – nya miliknya juga menghilang.
Sungguh ia begitu frustasi dengan apa yang menimpanya. Mau tidak mau, ia harus melakukan investigasi secara manual tanpa vision masa lalu yang membantu memudahkan dirinya mengungkap kasus pembunuhan.
Hari – harinya dihabiskan dengan duduk di pantry sambil meminum bergelas – gelas kopi hitam pekat yang membuatnya tetap tersadar. Pernah suatu kali ia tertidur, si iblis jalang itu langsung menerornya dengan sebuah lucid dream yang amat mengerikan.
Dalam mimpinya, iblis berkulit merah itu mencabut jantungnya dengan ujung – ujung kuku yang runcing dan tajam. Walaupun hanya mimpi tapi ia merasakan dengan jelas bagaimana rasa sakit ketika jantung yang telah mendiami tubuhnya selama 25 tahun dicabut paksa dari rongganya.
Ia juga pernah mimpi seluruh tubuhnya tenggelam di lautan api abadi yang panasnya melebihi api yang ada didunia nyata. Kulitnya melepuh dalam hitungan detik menyisakan tulang belulang yang mulai menghitam karena terbakar. Sungguh ia tidak sanggup lagi jika setiap tidur harus mengalami mimpi – mimpi ekstrim seperti itu.
Terbangun dengan nafas tersengal dan keringat dingin yang bercucuran membasahi seluruh tubuhnya adalah hal biasa baginya. Sebenarnya hal ini membuatnya nyaris gila.
"Tuan Erick apa saya harus menghubungi dokter Tirta untuk memeriksa anda?" tanya Jackson cemas.
"Tidak usah Jackson! Penyakitku bukan penyakit biasa. Dokter Tirta tidak akan bisa mengobatinya."
Jackson hanya menatapnya dengan iba. Hampir tiap malam telinga tuanya harus mendengar teriakan ketakutan dari kamar Erick. Hingga akhirnya ia bangun dan tergopoh – gopoh berlari ke kamarnya dengan kepanikan luar biasa hanya untuk menenangkan sang majikan.
"Sebaiknya kau kembali bekerja Jackson. Aku baik – baik saja."
Ia tahu bahwa tuan mudanya ini tengah menghiburnya. Akhirnya Jackson meninggalkannya duduk sendiri di pantry.
"Wow kau terlihat sangat... mengkhawatirkan."
Kali ini Samantha muncul dihadapannya lengkap dengan ekspresi wajah menyebalkan seperti biasanya. Erick hanya diam berusaha untuk tidak menggubrisnya. Ia harus menghemat tenaganya yang mulai habis daripada meladeni psikopat gila satu itu.
"Aku yakin Succubus itu menyiksamu berkali – kali lipat. By the way aku mendengar teriakanmu sepanjang malam. Sungguh memilukan! Aku cukup prihatin."
Erick hanya mendengus sebal ketika mendengar cemoohan Samantha. Ia masih bisa menahan rasa kesalnya untuk tidak membalas perkataan gadis itu.
"Berhenti mengganggunya Sam." Ujar Darren yang sekarang bergabung dengan mereka.
Pria itu duduk tepat disebelah Erick yang sekarang tengah memandangnya dengan tatapan sayu.
"Shit! Aku tidak bisa melihatmu dengan kondisi seperti ini. Sam tidak bisakah kau menolongnya?"
"Aku? Menolongnya? Yang benar saja!"
"Bagaimana kalau kita melakukan penawaran?"
Mata Samantha berbinar saat mendengar perkataan Darren. Otaknya kini tengah berpikir mencari suatu hal yang akan ia gunakan sebagai syarat barter. Menolong Erick itu mudah.
"Aku akan memikirkan tawaranmu."
"Sekarang atau tidak sama sekali Sam. No time for thinking!"
"..."
"Tik tok tik tok... waktu terus berjalan Sam! Jangan sampai aku berubah pikiran dan membatalkan penawaran ini."
Samantha menggeram menahan amarah.
"Fine! Aku ingin ikut denganmu mencari petunjuk tentang Demons."
Darren tersenyum.
"Baiklah! Kau boleh ikut denganku mengingat kondisi Erick yang saat ini tidak dapat diandalkan. Lagi pula aku butuh partner. Oke sekarang giliranku! Sekarang kau harus mencari cara menyembuhkannya."
"Itu mudah! Kamis depan adalah bulan purnama. Kita bisa melakukan ritual menangkap iblis itu tapi aku membutuhkan beberapa barang untuk ritual tersebut. Bisakah kita bertemu dengan Devon? Aku tidak bisa melakukan ritual itu sendiri, tubuh ini tidak cukup kuat untuk menerima kekuatanku."
Darren kembali mengingat saat pertama kali Samantha mengeluarkan kekuatan telekinesisnya yaitu saat ia diculik oleh Mikail Reindhaard. Tubuh Maya yang ia gunakan tidak cukup kuat, lalu ia pingsan begitu saja.
"Baiklah! Sekarang bersiaplah, kita akan pergi ke Golden Lotus untuk melakukan investigasi."
***
Diubah oleh dianmaya2002 18-03-2017 03:02
sormin180 memberi reputasi
1
Kutip
Balas