- Beranda
- Stories from the Heart
Yaudah 2: Challenge Accepted
...
TS
dasadharma10
Yaudah 2: Challenge Accepted
Cover By: adriansatrio
Cerita ini didasari oleh pemikiran otak gue yang banyak orang enggak suka, malah kebanyakan menghujat. Awalnya gue risih juga, otak juga otak gue, kenapa orang lain yang ributin. Tapi aneh bin nyata, enggak tau kenapa, lama-kelamaan gue malah suka setiap kali kena hujat. Nah, demi mendapat hujatan-hujatan itulah cerita ini dibuat. WARNING: 15TAHUN+
Spoiler for QandA:
"Bukannya apatis ato apa, gue cuma males urusan sama hal-hal yang mainstream. Buat lo mungkin itu menarik, buat gue itu kayak suara jangkrik. Kriik... Krikk... bikin geli."
-Calon wakil ketua LEM-
-Calon wakil ketua LEM-
Explanation
Spoiler for Index:
Diubah oleh dasadharma10 15-09-2017 17:22
imamarbai dan 7 lainnya memberi reputasi
6
375.4K
1.4K
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•51.9KAnggota
Tampilkan semua post
TS
dasadharma10
#540
PART 21
Kupetik Bintang~
Untuk kau simpan~
Cahayanya terang~
Berikan kau perlindungan~
Nah, itu ada orang nyanyi, berarti ada orang dikosan.
Sebagai pengingat teman~
Juga sebagai jawaban~
Semua tantangan~
Tuhkan, lagunya So7 kalo ini mah, gue punya lagunya di flashdisk.
"Bro!" teriak gue. "Bukain pintu kamar mandi dong! Aku kejebak di dalem, nih!"
Lingsir wengi~
Sliramu sing medeni~
Bujug! Kok jadi lingsir wengi?! Yang bener aja!
"U-Uchup, kan? Apa anak kubu malam?! Gausah pura-pura jadi setan, kesetanan beneran aku sukurin!"
Suara tembang jawa barusan berhenti seketika.
"Chup! mas Fred! mas Bowo! atau siapapun enggak peduli. Tolong bukain pintu ini! Pintunya enggak bisa dibuka! Tenang aja aku enggak bakal lapor kalo kalian keliaran di jamnya kubu pagi! Dari awal aku juga enggak setuju perkubuan ini!"
Grek!
Kriiiieeet....
Pintu terbuka, tapi enggak gue temukan siapapun di depan pintu. Setan? No it wasn't. Arwah gentayangan? Delapan puluh persen iya.
Sewaktu gue melangkah keluar, gue mendengar rintihan disebelah kanan gue. Pas gue lihat, mas Freddy terkapar di lantai megangin pantatnya.
"Lhoh..., mas? Kenapa, mas?"
"Kamu buta?! Aku jatoh!"
"Kok bisa?"
Sewaktu gue bantu mas Freddy buat berdiri, dia mulai cerita awal mula terciptanya danau Toba.
Dahulu kala ada seorang pemuda hidup dalam kemiskinan bersama ibunya. Ibunya selalu bersyukur dalam menjalani kehidupannya yang serba kekurangan. Sementara anaknya, dia berkeinginan untuk memperistri dewi Roro Jonggrang.
"Tunggu, ini kenapa jadi cerita Malin Kundang, sih?!"
"Kamu sendiri yang tiba-tiba minta diceritain, kenapa jadi nanya aku?!"
"Tapi bagian terakhir itu kan cerita candi Prambanan! Sejak kapan Malin Kundang itu ke kota jadi Bandung Bandawasa?!"
"Apa sih, Wi?! Enggak jelas banget!"
Jadi cerita sebenernya gini. Hari ini, mas Freddy bangun pagi seperti biasanya. Tapi karena dia terjerat hukum perkubuan, dia yang termasuk dalam kubu malam dilarang untuk berkeliaran pada pagi hari. Sementara dia diam dikamar, hasrat kebebasannya meluap-luap, hati kecilnya memberontak ingin keluar dari kamar.
Setelah diam-diam memeriksa keadaan di luar aman dari keberadaan kubu pagi, dia keluar kamar dengan riang gembira. Dia lompat kesana-kemari mengelilingi kosan sambil bersenandung kecil—
"Stop!" potong mas Freddy.
"Ke-kenapa, Mas?"
"Bukan kayak gitu ceritanya! Mana ada aku lompat-lompatan sambil muterin kosan! Kamu kalo nambah-nambahin cerita pinter banget."
Setelah mengetahui kosan sepi, dia keluar kamar dan segera ke arah kamar mandi. Dari semalam cairan lengket memenuhi seluruh badan bagian depannya—
"Stop!"
"Apa lagi?"
"Ceritanya bukan gitu!"
"Aku udah hapus adegan mas Fred lompat-lompat di kosan!"
"Iya, emang enggak ada adegan lompat-lompat. Tapi bukan berarti ada adegan aku mimpi basahnya!"
"Oh...."
"Biar aku sendiri yang cerita! Jadi gini, tadi sewaktu aku pikir kosan sepi, rencananya aku ke kamar mandi mau curi kesempatan buat kencing. Pas aku jalan sambil nyanyi, enggak taunya di kamar mandi ada curut kejebak. Udah, gitu doang!"
"Enggak ada yang lain?"
"Enggak! Aku murni pengin kencing! Bukan lompat-lompat dikosan! Apalagi abis mimpi basah!"
"Terus adegan jatoh?"
"Aku mau lari abis bukain kamu pintu. Eh... enggak taunya malah kepleset!"
"Oh... sial banget, yak—
"Lebih sialnya lagi sekarang jadi ngobrol enggak jelas kayak gini!" Mas Freddy mengusap-usap pantatnya, "Apes! Apes!"
Setelah mempersilahkan mas Freddy kencing, gue mandi dengan pintu sedikit terbuka.
Gue enggak akan membiarkan kejadian yang sama menimpa gue dua kali berturut-turut. Gue bukan curut seperti yang mas Freddy bilang, gue satu tingkat lebih pintar dari seekor curut.
=============
Tok! tok! tok!
"Wi, bukain pintu."
"Siapa?"
"Ini aku Fredd, yakali baru tadi ngobrol udah lupa sama suaraku."
"Bukannya lupa—"
"Udah buruan bukain!" potong mas Freddy.
Waktu pintu gue buka, mas Freddy langsung main masuk terus tutup pintu kamar gue
"Ini kenapa semua anak kos suka main tutup—"
"Shhh...! Kamu mau pergi?"
"Iya, mau jemput gebetan."
"Lama enggak?"
"Ya... lama, kan sekalian berangkat kuliah."
"Yaudah, berarti sekarang aja."
"Sekarang aja apanya?"
Mas Freddy menginterogasi gue perihal ucapan gue soal enggak suka sama perkubuan. Dilihat dari pertanyaannya kayaknya dia tertarik banget.
"Kamu sendiri yang mulai misi perdamaian?"
"Iyalah, aku emang penginya kosan ini damai."
"Good job! Count me in!"
"Kon? Kon apaan?"
"Count me in, artinya anggep aja aku ikutan."
"Oh... bilang kek."
"Yaudah, aku cabut."
Mas Freddy membuka pintu kamar gue kemudian mengeluarkan kepalanya. Bener-bener kayak agen penyelinap... enggak, bener-bener kayak maling dia menyelinap keluar. Di lorong depan kamar gue dia guling kesana-kemari.
"Mas?"
"Shhhhh...!"
"Mas ngapain?"
"Menyelinap."
"Menyelinap? Menyelinap dari apaan? Kita kan cuma berdua di kosan."
Mas Freddy langsung berdiri dari guling-gulingnya, "Bener juga, ya? Harusnya dari awal emang jalan biasa aja."
Kayaknya cerita dia lompat-lompatan mengelilingi kosan lebih masuk akal daripada jalan menyelinap. Gue kira cuma gue doang orang aneh di kosan, ternyata enggak.
Kupetik Bintang~
Untuk kau simpan~
Cahayanya terang~
Berikan kau perlindungan~
Nah, itu ada orang nyanyi, berarti ada orang dikosan.
Sebagai pengingat teman~
Juga sebagai jawaban~
Semua tantangan~
Tuhkan, lagunya So7 kalo ini mah, gue punya lagunya di flashdisk.
"Bro!" teriak gue. "Bukain pintu kamar mandi dong! Aku kejebak di dalem, nih!"
Lingsir wengi~
Sliramu sing medeni~
Bujug! Kok jadi lingsir wengi?! Yang bener aja!
"U-Uchup, kan? Apa anak kubu malam?! Gausah pura-pura jadi setan, kesetanan beneran aku sukurin!"
Suara tembang jawa barusan berhenti seketika.
"Chup! mas Fred! mas Bowo! atau siapapun enggak peduli. Tolong bukain pintu ini! Pintunya enggak bisa dibuka! Tenang aja aku enggak bakal lapor kalo kalian keliaran di jamnya kubu pagi! Dari awal aku juga enggak setuju perkubuan ini!"
Grek!
Kriiiieeet....
Pintu terbuka, tapi enggak gue temukan siapapun di depan pintu. Setan? No it wasn't. Arwah gentayangan? Delapan puluh persen iya.
Sewaktu gue melangkah keluar, gue mendengar rintihan disebelah kanan gue. Pas gue lihat, mas Freddy terkapar di lantai megangin pantatnya.
"Lhoh..., mas? Kenapa, mas?"
"Kamu buta?! Aku jatoh!"
"Kok bisa?"
Sewaktu gue bantu mas Freddy buat berdiri, dia mulai cerita awal mula terciptanya danau Toba.
Dahulu kala ada seorang pemuda hidup dalam kemiskinan bersama ibunya. Ibunya selalu bersyukur dalam menjalani kehidupannya yang serba kekurangan. Sementara anaknya, dia berkeinginan untuk memperistri dewi Roro Jonggrang.
"Tunggu, ini kenapa jadi cerita Malin Kundang, sih?!"
"Kamu sendiri yang tiba-tiba minta diceritain, kenapa jadi nanya aku?!"
"Tapi bagian terakhir itu kan cerita candi Prambanan! Sejak kapan Malin Kundang itu ke kota jadi Bandung Bandawasa?!"
"Apa sih, Wi?! Enggak jelas banget!"
Jadi cerita sebenernya gini. Hari ini, mas Freddy bangun pagi seperti biasanya. Tapi karena dia terjerat hukum perkubuan, dia yang termasuk dalam kubu malam dilarang untuk berkeliaran pada pagi hari. Sementara dia diam dikamar, hasrat kebebasannya meluap-luap, hati kecilnya memberontak ingin keluar dari kamar.
Setelah diam-diam memeriksa keadaan di luar aman dari keberadaan kubu pagi, dia keluar kamar dengan riang gembira. Dia lompat kesana-kemari mengelilingi kosan sambil bersenandung kecil—
"Stop!" potong mas Freddy.
"Ke-kenapa, Mas?"
"Bukan kayak gitu ceritanya! Mana ada aku lompat-lompatan sambil muterin kosan! Kamu kalo nambah-nambahin cerita pinter banget."
Setelah mengetahui kosan sepi, dia keluar kamar dan segera ke arah kamar mandi. Dari semalam cairan lengket memenuhi seluruh badan bagian depannya—
"Stop!"
"Apa lagi?"
"Ceritanya bukan gitu!"
"Aku udah hapus adegan mas Fred lompat-lompat di kosan!"
"Iya, emang enggak ada adegan lompat-lompat. Tapi bukan berarti ada adegan aku mimpi basahnya!"
"Oh...."
"Biar aku sendiri yang cerita! Jadi gini, tadi sewaktu aku pikir kosan sepi, rencananya aku ke kamar mandi mau curi kesempatan buat kencing. Pas aku jalan sambil nyanyi, enggak taunya di kamar mandi ada curut kejebak. Udah, gitu doang!"
"Enggak ada yang lain?"
"Enggak! Aku murni pengin kencing! Bukan lompat-lompat dikosan! Apalagi abis mimpi basah!"
"Terus adegan jatoh?"
"Aku mau lari abis bukain kamu pintu. Eh... enggak taunya malah kepleset!"
"Oh... sial banget, yak—
"Lebih sialnya lagi sekarang jadi ngobrol enggak jelas kayak gini!" Mas Freddy mengusap-usap pantatnya, "Apes! Apes!"
Setelah mempersilahkan mas Freddy kencing, gue mandi dengan pintu sedikit terbuka.
Gue enggak akan membiarkan kejadian yang sama menimpa gue dua kali berturut-turut. Gue bukan curut seperti yang mas Freddy bilang, gue satu tingkat lebih pintar dari seekor curut.
=============
Tok! tok! tok!
"Wi, bukain pintu."
"Siapa?"
"Ini aku Fredd, yakali baru tadi ngobrol udah lupa sama suaraku."
"Bukannya lupa—"
"Udah buruan bukain!" potong mas Freddy.
Waktu pintu gue buka, mas Freddy langsung main masuk terus tutup pintu kamar gue
"Ini kenapa semua anak kos suka main tutup—"
"Shhh...! Kamu mau pergi?"
"Iya, mau jemput gebetan."
"Lama enggak?"
"Ya... lama, kan sekalian berangkat kuliah."
"Yaudah, berarti sekarang aja."
"Sekarang aja apanya?"
Mas Freddy menginterogasi gue perihal ucapan gue soal enggak suka sama perkubuan. Dilihat dari pertanyaannya kayaknya dia tertarik banget.
"Kamu sendiri yang mulai misi perdamaian?"
"Iyalah, aku emang penginya kosan ini damai."
"Good job! Count me in!"
"Kon? Kon apaan?"
"Count me in, artinya anggep aja aku ikutan."
"Oh... bilang kek."
"Yaudah, aku cabut."
Mas Freddy membuka pintu kamar gue kemudian mengeluarkan kepalanya. Bener-bener kayak agen penyelinap... enggak, bener-bener kayak maling dia menyelinap keluar. Di lorong depan kamar gue dia guling kesana-kemari.
"Mas?"
"Shhhhh...!"
"Mas ngapain?"
"Menyelinap."
"Menyelinap? Menyelinap dari apaan? Kita kan cuma berdua di kosan."
Mas Freddy langsung berdiri dari guling-gulingnya, "Bener juga, ya? Harusnya dari awal emang jalan biasa aja."
Kayaknya cerita dia lompat-lompatan mengelilingi kosan lebih masuk akal daripada jalan menyelinap. Gue kira cuma gue doang orang aneh di kosan, ternyata enggak.
JabLai cOY memberi reputasi
1
