Pak deny dan pak anton hari ini berpamitan dengan saya dan teman-teman. Mereka berdua memutuskan untuk resign dengan melihat kondisi perusahaan yang sudah tidak bisa dislamatkan.



Ya, akhir bulan kemarin kita meeting besar bersama direksi membahas masa depan perusahaan yang memang sudah tidak bisa dilanjutkan.

100 persen saham sudah dijual dan mulai bulan depan pemegang saham yang baru bersama jajaran direksinya dan tim nya sudah mulai perlahan masuk kedalam perusahaan.

Para komisaris menyarankan kita untuk secepatnya ambil keputusan lantaran pihak yang akan mengambil alih perusahaan akan mengganti semua kepala divisi dengan SDM yang mereka miliki.

dan hanya akan mempertahankan pada setengah dari jumlah karyawan pada bagian yang tidak terlalu penting atau non-jabatan diperusahaan ini.

Diluar dugaan saya sebelumnya. Justru kepala-kepala nya yang akan digantikan dan posisi-posisi dibawahnya yang cenderung aman.
Saya merasakan ujian yang datang silih berganti bertubi-tubi tidak memberikan jeda dan space.

Kondisi saya sangat-sangat tidak tenang dan tidak bisa berfikir jernih. Belum habis masalah hati dengan hani, masayu dan ana yang begitu konflik. Datang lagi masalah besar terkait kelanjutan karir saya.

Saya benar-benar bingung frustasi dan tidak bisa mengambil tindakan apapun pada saat itu. Saya hanya diam mengamati cobaan yang datang silih berganti.

Saya seperti orang yang linglung dan tak tahu arah entah kemana. Saya merasa sedang dalam titik terendah dalam hidup ini. saya tidak mempunyai alasan lagi untuk membuat saya back on the track seperti apa yang pak deny bilang.

Hani? nama yang selalu menjadi alasan saya untuk terus berjuang pun kini sedang dalam arah keputus asaan saya.

entah dosa apa yang sudah saya perbuat hingga saya dalam keadaan seperti ini.