dasadharma10Avatar border
TS
dasadharma10
Yaudah 2: Challenge Accepted




Cover By: adriansatrio


Cerita ini didasari oleh pemikiran otak gue yang banyak orang enggak suka, malah kebanyakan menghujat. Awalnya gue risih juga, otak juga otak gue, kenapa orang lain yang ributin. Tapi aneh bin nyata, enggak tau kenapa, lama-kelamaan gue malah suka setiap kali kena hujat. Nah, demi mendapat hujatan-hujatan itulah cerita ini dibuat. WARNING: 15TAHUN+

Spoiler for QandA:


"Bukannya apatis ato apa, gue cuma males urusan sama hal-hal yang mainstream. Buat lo mungkin itu menarik, buat gue itu kayak suara jangkrik. Kriik... Krikk... bikin geli."
-Calon wakil ketua LEM-


Explanation

Spoiler for Index:
Diubah oleh dasadharma10 15-09-2017 10:22
alejandrosf13
anasabila
imamarbai
imamarbai dan 7 lainnya memberi reputasi
6
374.3K
1.4K
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.5KThread42.2KAnggota
Tampilkan semua post
dasadharma10Avatar border
TS
dasadharma10
#497
PART 20

Kuliah pagi hari ini kosong, gue bisa tidur-tiduran sampe siang. Kamar mandi free karena yang lain belum pada bangun. Parkiran juga rasanya longgar banget, gue mau nge-drift pake motor gue juga bisa. Kapan lagi bisa bebas dikosan kayak gini.

Tapi kalo inget kejadian beberapa hari yang lalu serem juga. Gue bawa temen aja kesurupan, apalagi sendirian.

Taktik gue nongkrong bareng anak kosan kemarin dua hari yang lalu berjalan mulus! Gue bisa mengorek informasi dari Edo, Wisnu, dan bang Galang.

Target pertama, Edo. Dia cuma mahasiswa biasa. Cowok lurus seperti kebanyakan, dan masih suka cewek. Edo ikutan kos di kosan gue karena rumahnya jauh. Menurut dia, "Kuliah jauh-jauh kalo dilaju dari rumah bakalan capek, bisa-bisa kuliahnya jadi enggak fokus."

Ah... tunggu, kayaknya gue salah cari informasi. Enggak ada satupun informasi yang berkatian dengan perdamaian.

Santai, masih ada informasi atas dua orang lainnya.

Target kedua, Wisnu. Anak kedua dari tiga bersaudara. Secara keseluruhan dia hampir sama kayak gue, nilai pas-pasan, jomblo, dan sewaktu malam minggu datang, dia sering garuk-garuk tembok dipojokan.

Yang membedakan gue sama dia adalah fisik, dia punya kutil gede banget di bagian bawah ketek sebelah kirinya. Kata dia, "Kutilku ini keturunan, semua keluarga dari bapakku punya kutil di bawah ketek. Punyaku ini termasuk kecil, punya kakek buyutku jauh lebih gede. Yah... mungkin seukuran bola tenis."

Percaya? Gue enggak. Itu kutil pasti kutukan! Menurut hasil penelitian di salah satu universitas yang kurang terkenal di negeri Wakanda, sel kutil itu tidak termasuk gen keturunan, melainkan kutukan.

Kakek buyutnya Wisnu kena kutuk! Iya! Gue yakin banget itu sebuah kutukan!

Tunggu... kok gue jadi mikirin kutilnya Wisnu?! Apa urusannya sama gue coba? Jelas-jelas enggak ada hubungannya sama perdamaian kosan, kenapa masih gue tanyain?!

Tenang, Wi! Brace yourself! Masih ada target ketiga! Informasi terakhir biasanya paling bermanfaat, yang pertama dan kedua enggak penting gapapa, yang terpenting yang terakhir!

Target terakhir, bang Galang. Pegawai kantoran yang udah mateng secara lahir dan batin. Gajinya udah siap buat menafkahi satu istri dan dua anak, buat sedekah tiap minggu juga siap....

Bentar, deh. Ini kenapa informasi dari bang Galang juga sama aja? Gue yang salah apa gimana, sih?!

Sabar, Wi. Berpikir dengan positif, mungkin ada hal penting yang udah terlewatkan. Iya! Pasti kelewatan!

Bang Galang, pegawai kantoran yang udah mateng secara lahir dan batin. Gajinya udah siap buat menafkahi satu istri dan dua anak, buat sedekah tiap minggu juga siap. Kata dia, "Aku ini udah tinggal nikah, Wi. Sebenernya aku juga udah kebelet banget, tapi berhubung calonnya belum ada ya mau enggak mau ditunda."

Ini perasaan gue doang apa informasi yang gue dapet emang enggak berguna buat misi perdamaian gue, sih?! Investigator macam apa ini?! Informasinya enggak ada yang membantu!

Bodo ah.... Uchup cuma minta gue buat cari informasi, dia kan enggak bilang harus nyambung sama misi perdamaian. Jadi secara garis besar bukan salah gue, dia enggak bisa seenak jidat nyalahin gue.

===================

Ngelamun itu enak, istilah Inggrisnya daydream, kalo wet dream, itu beda cerita. Bayangin kalo gue jadian sama Disti, arghh...! pasti hari-hari gue berwarna banget. Ya... Bukannya hari-hari gue selama ini burem, tapi kalo ada dia pasti lebih berwarna.

Kok gue jadi bayangin dia gini? Apa gue kangen sama dia? Tapi kan gue udah bilang enggak mau pacaran dulu, masa iya gue plin-plan. Ah, bodo amat, kalo kangen ya tinggal bilang.

Baru gue mau chat Disti, hape gue bunyi. Ada sebuah pesan masuk, dari Disti.

Tuh kan, pucuk dicita ulam pun tiba. Kalo jodoh emang enggak bakalan kemana.

'Pagi, Kak.'
'Pagi, Dis.'
'Lagi sibuk enggak, Kak?'
'Enggak kok, Dis. Kenapa gitu?'
'Bisa anterin aku ke kampus enggak, Kak? Mobil aku macet, mana jam sepuluh ada kelas.'

Modus! Bilang aja pengin gue anterin kali, Dis. Tanpa lo minta, gue juga bakalan dengan senang hati antar-jemput lo kali, Dis.

'Ah... aku mandi dulu, ya?'
'Beneran, Kak? Mau anterin aku ke kampus?'
'Iya, aku anterin. Nanti jam satu aku juga ada kuliah soalnya.'
'Enggak ganggu waktu istirahat kakak, kan?'

Yaelah, Dis! Lo kan modusin gue, kenapa lo tarik ulur gini, sih! Gemes sendiri gue!

'Iya, aku mandi dulu, ya?'
'Iya, Kak.'

Secepat kilat gue menggapai kotak peralatan mandi dan langsung lari menuju kamar mandi. Gue dorong pintu kamar mandi, gue masuk, terus gue dorong kenceng. Enggak perlu buang-buang waktu lagi, Disti udah nunggu gue.

Tunggu! Kok kayaknya ada yang ketinggalan? Apaan, ya? Ah... handuk! Handuk gue ketinggalan.

Gue tarik gagang pintu perlahan, enggak kebuka. Tarik lebih kuat, masih belum kebuka. Pintunya macet karena emang sudut pintunya kurang presisi. Atau mungkin karena gue belum sarapan makanya tenaga gue dikit.

Gue hembuskan nafas dan menghirup sekuat tenaga. Gue cari posisi enak yang bisa buat menarik dengan leluasa. Gue kerahkan seluruh otot gue. Dengan satu hentakan kuat!

Kretaak!

Suara apa barusan?! Gue periksa seluruh anggota badan gue. Enggak ada tulang yang patah, memar ataupun goresan. Semua clear, untuk sementara badan gue aman.

Kalo bukan badan gue terus yang barusan suara apaan? Pintu? Enggak, enggak ada yang berubah sama sekali. Pintu itu masih kokoh dan tertutup dengan sempurna.

Tunggu, ini tangan gue megang apaan?! Oh... gagang pintu.

Gagang pintunya?! Gagang pintunya lepas?! Ya Tuhan, cobaan apalagi ini?!

Gue coba paksa buka dengan segala cara, tetep enggak bisa kebuka. Pintunya stuck sementara gue masih di dalam, good job Dawi, very good job!

Gue harus putar otak, gue enggak boleh terhenti hanya gara-gara sebatang... bukan, sepapan pintu. Gimanapun caranya gue harus bisa keluar dari sini, Disti udah nunggu gue di kosannya.

Baru gue meratapi nasib, gue denger suara seseorang bersenandung di luar.
JabLai cOY
JabLai cOY memberi reputasi
1
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.