Beta186Avatar border
TS
Beta186
Kriminalisasi Ulama dan Puluhan Juta Rekening Umat
Kriminalisasi Ulama dan Puluhan Juta Rekening Umat


REPUBLIKA.CO.ID, Oleh : Rudi Agung *)

Ubay bin Ka’ab. Namanya mewangi bagi penduduk bumi dan langit. Beliau satu Sahabat Rasulullah, yang memiliki kedudukan tinggi di sisi Nabi. Berasal dari kaum Anshar, suku Khazraj. Beliau penghafal Alquran dan memperoleh kepercayaan Nabi sebagai satu penulis wahyu Allah.

Namanya disebutkan Allah Ta’ala agar Rasul mendengarkan bacaan Quran darinya. Beliau terbiasa menghatamkan Quran setiap delapan malam dalam shalat Tahajud-nya. Satu keistimewaannya, betapa pedulinya Ubay terhadap persatuan dan kesatuan kaum Muslimin.

Saat wilayah Islam meluas, beliau melihat sebagian kaum Muslim mulai menyeleweng dengan menjilat para pembesar. Beliau mengingatkan dengan kata-kata yang pedas: “Demi Tuhan! Mereka celaka dan mencelakakan! Tetapi aku tidak menyesal melihat nasib mereka. Hanya kusayangkan, kaum Muslimin yang celaka disebabkan mereka!” Yang paling dicemaskan Ubay terhadap umat Islam ialah datangnya generasi umat yang saling berbantah-bantahan sesama mereka.

Belasan abad berlalu, apa yang dikhawatirkan Ubay kembali terjadi di era sekarang. Bahkan, perpecahan dan atau upaya pecah belah terhadap umat Islam begitu kental dirasakan di negeri mayoritas Muslim terbesar di dunia. Pascaaksi 'super damai 212', banyak sekali pihak yang ketakutan. Seolah muak melihat persatuan Muslim Indonesia. Keterkejutan mereka dibalas varian adu domba.

Ulama dibunuh karakternya, ormas Islam bahkan sekelas lembaga MUI dihinakan, ditolak, dan dituduh sedemikan rupa. Terlebih FPI dan GNPF MUI, dua kekuatan umat yang dikenal sebagai inisiator gerakan aksi 212. Terbaru, dua kali dua ormas itu ditolak di Balikpapan, satu kali di Samarinda.

Bumi Etam yang dikenal adem, damai, tentram, dan nyaman tetiba dikejutkan aksi penolakan FPI dan GNPF MUI. Warga setempat pun beradu argumen, silang pendapat, pro kontra. Baik di media sosial maupun media massa. Kota nyaman itu digegerkan dengan penolakan yang tak beralasan.

Bahkan, mengatasnamakan suku tertentu serta ormas Islam. Betapa kental upaya adu domba. Beruntung, masyarakat setempat tidak terpantik benturan fisik. GNPF MUI Balikpapan pun resmi dibentuk. Mereka berkomitmen menjaga persatuan umat dan rakyat serta menangkal paham komunisme serta radikalisme.

Di Jabar, baru kali ini penolakan beradu fisik yang melibatkan ormas binaan jenderal. Ini bahaya laten, sekaligus satu amunisi jitu kegaduhan menutup kegagalan rezim dan kondisi keuangan pemerintah yang makin morat marit. Terlebih tak jelasnya Tax Amnesty dan melesetnya targer rupiah dalam APBN 2017.

Semua pihak menyesalkan kriminalisasi Ulama dan kasus bentrokan. Padahal mereka yang berbenturan itu anak-anak bangsa. Lebih jauh lagi, mereka satu aqidah: sesama umat Muslim. Kenapa kita mau diadu?

Jika mau jujur, mudahnya kita diadu domba jadi satu kelemahan mendasar umat. Bagaimana aksi 212 yang menggerakan sekitar 7,3 juta massa belum mampu mempersatukan umat secara substansial. Bahkan, untuk menyeret satu orang terdakwa penista agama justru disajikan varian adu domba. Kekuatan di balik layar yang mengadu domba anak-anak bangsa tentu tertawa.

Rencananya, akan ada aksi serupa yang dihelat 11,12 dan 15 Februari 2017 mendatang. Ini sangat menarik untuk menyatukan umat. Tapi, bandar tidak gentar aksi gerakan massa. Lantas, apa yang mereka takuti? Finansial. Yah, tanpa finansial mereka takkan mampu membuat dan menjalankan skenario adu domba.

Siapa yang memberi mereka modal? Umat Islam sendiri. Sadar atau tidak, kita memberi kekuatan finansial bagi mereka. Yakni, melalui zona nyaman riba yang masih menjadi bagian hidup kita.

Dalam jejak digital cuitan Twitter Wasekjen MUI, KH Tengku Zulkarnain, 19/11/2016, beliau mencuit: “Memindahkan serentak semua uang umat ke bank syariah, tidak akan membuat ekonomi kolaps. Paling hanya membuat bank milik Taipan bangkrut.” Jejak digital itu pun kini makin berseliweran di sosmed.


Dalam jejak digital lain, Habib Rizieq Sihab, menulis, “Tarik semua uang kita dari bank riba. Simpan di rumah atau diolah. Jangan berikan uang kita hanya untuk segelintir pemodal kapitalis yang merusak bangsa dan negara. Sudah saatnya bangsa Indonesia bangkit kembali melawan Komunis dan Kapitalis.”

Sayang, gaung menjauhi riba tenggelam dengan aneka kegaduhan. Bahkan kedua Ulama itu dibunuh karakternya. Habib Rizieq dituntut ke meja hijau. Kabar beredar, beliau akan ditetapkan sebagai tersangka. Semoga kabar itu tidak benar.

Kriminalisasi ulama jelas memancing emosi umat. Namun, mari merefleksi betapa dahsyatnya riba. Meninggalkannya akan menyelamatkan kita dari ancaman Allah dan Rasulullah. Menikmatinya, justru membawa kita pada ragam petaka.

Rentetan dalil Quran dan Sunnah telah memberi peringatan mengerikan kehidupan dunia dan akhirat. Dampak itu makin dirasakan umat Islam. Kehinaan, kerapuhan persatuan, keterpurukan, dan segala macam keburukan. Ini baru di dunia. Jangan-jangan apa yang terjadi saat ini karena kita terlalu nyaman dengan riba. Bukankah Allah telah mengingatkan:

“Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa.” QS Al-Baqarah: 276. “Maka jika kamu tidak meninggalkan sisa riba, maka ketahuilah, Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu. Dan jika kamu bertobat dari pengambilan riba, maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak pula dianiaya.” QS Al-Baqarah : 279.

Dalam satu sabdanya, Rasulullah ikut memperingatkan: “Apabila telah tampak perzinahan dan riba di suatu kampung atau negeri, maka berarti mereka telah menghalalkan adzab Allah untuk diri mereka.” (HR. At-Thabrani).

Apakah yang menimpa umat Muslim Indonesia saat ini lantaran kesalahan kita sendiri? Salah satunya karena nekat menantang Allah dan Rasulullah dengan tetap menikmati jebakan riba. Barangkali kita terlalu sering menunjuk hidung orang lain, tetapi lupa kesalahan umat dari dalam sendiri.

Mari bayangkan dengan 7,3 juta massa umat Muslim dalam aksi 212 Super Damai bisa menjadi satu momentum meninggalkan riba. Kemudian bagaimana jika puluhan juta rekening umat atau bahkan seluruh umat Muslim tersadar bahaya riba dan meninggalkannya?

Kita patut berbahagia, pascaaksi Super Damai 212 terbentuk Koperasi Syariah 212. Koperasi itu sebagai tanda kesadaran umat Islam bersatu. Tetapi, jika masih menggunakan jalan riba, sama halnya mengulang kesalahan serupa. Hal penting adalah substansinya, bukan namanya.

Mampukah momentum 212 diteruskan tiga langkah ini: puluhan juta rekening umat meninggalkan riba, optimalkan penerimaan dan penyaluran zakat, serta menyadarkan kembali dahsyatnya menyuburkan sedekah. Sebagai langkah awal, alangkah aduhai merengungi peringatan Rasulullah, ini:

Bahwasanya beliau didatangi dua Malaikat lalu mereka berkata: Marilah ikut bersama kami, hingga akhirnya dua Malaikat itu membawa beliau ke sebuah sungai darah, di dalam sungai tersebut ada seorang yang sedang berenang. Sementara itu di pinggir sungai ada orang lain yang menghadap bebatuan dan memandang ke arah orang yang berenang di tengah sungai.

Jika orang yang berada di tengah sungai itu ingin keluar darinya, maka laki-laki yang dipinggir kali melempari mulutnya dengan batu, sehingga ia kembali lagi ke tempatnya semula. Lalu Nabi berkata: Aku bertanya kepada dua Malaikat tentang orang yang berada di sungai itu, maka mereka menjawab, adapun orang yang engkau datangi tadi di sungai lalu mulutnya disumpal batu, ia adalah pemakan riba. (HR. Bukhari).

Islam makin dimusuhi, ulama dikriminalisasi, pemeluknya diadu domba, dijauhkan dari para ulama, tapi uang umat diambilin. Dari ragam pajak sampai usulan dana haji. Lalu, kenapa tidak menyalahkan diri sendiri lantaran perintah Allah tinggalkan riba masih kita abaikan?

Bagaimana mungkin umat bisa unggul, sedangkan genderang perang dari Allah dan Rasul terhadap penikmat riba, kita anggap enteng? Lantas, kita mau bertumpu pada siapa? Sedangkan Allah dan Rasulullah teramat murka pada pelaku riba. Shalallahu alaa Muhammad.


*) Pemerhati masalah sosial

Sumber : http://m.republika.co.id/berita/jurnalisme-warga/wacana/17/02/02/okp7wc396-kriminalisasi-ulama-dan-puluhan-juta-rekening-umat-kebangkitan-umat-4
0
2.3K
19
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
670.1KThread40.3KAnggota
Tampilkan semua post
bewox19Avatar border
bewox19
#12
Intinya aja apaan?
0
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.