Kaskus

Story

dasadharma10Avatar border
TS
dasadharma10
Yaudah 2: Challenge Accepted

Yaudah 2: Challenge Accepted


Cover By: adriansatrio


Cerita ini didasari oleh pemikiran otak gue yang banyak orang enggak suka, malah kebanyakan menghujat. Awalnya gue risih juga, otak juga otak gue, kenapa orang lain yang ributin. Tapi aneh bin nyata, enggak tau kenapa, lama-kelamaan gue malah suka setiap kali kena hujat. Nah, demi mendapat hujatan-hujatan itulah cerita ini dibuat. WARNING: 15TAHUN+

Spoiler for QandA:


"Bukannya apatis ato apa, gue cuma males urusan sama hal-hal yang mainstream. Buat lo mungkin itu menarik, buat gue itu kayak suara jangkrik. Kriik... Krikk... bikin geli."
-Calon wakil ketua LEM-


Explanation

Spoiler for Index:
Diubah oleh dasadharma10 15-09-2017 17:22
alejandrosf13Avatar border
anasabilaAvatar border
imamarbaiAvatar border
imamarbai dan 7 lainnya memberi reputasi
6
375.4K
1.4K
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread51.9KAnggota
Tampilkan semua post
dasadharma10Avatar border
TS
dasadharma10
#298
PART 7

"Surprise!" kata cewek di depan gue. "Tiup dong lilinnya."
"Surprise?"
"Iya surprise," kata cewek itu lagi. "Surprise tuh artinya kejutan."
"Yaelah, bukan itu maksud gue, kalo artinya mah gue juga tau." Gue lihat sekeliling gue, "Bentar deh, ini idenya siapa, sih?"
"Kenapa, Wi? Kaget ya kita surprise-in?" Bapak divisi melingkarkan tangannya di bahu gue, "Ini semua idenya Disti, dedek gemes di depanmu."

Disti? Oh... gue inget sekarang. Setelah gue amati baik-baik cewek di depan gue, sekarang baru sadar kalo cewek yang pura-pura kesurupan barusan itu mirip banget sama cewek yang dapet hukuman buat nembak gue di panggung. Tunggu, apa jangan-jangan emang sama?

"Ah... Disti?"
"Ya, kak?"
"Ini... ah, ide lo?" tanya gue.
Disti mengangguk, "Iya, selamat ulang tahun, ya?"
"Ya... makasih lhoh, ya—"
"Kaget nggak kak kita surprise-in?" tanya Disti sambil senyum-senyum.
"Jujur... gue kaget banget." Gue hembuskan nafas perlahan, "Gue kaget soalnya ini bukan hari ulang tahun gue."

Seluruh orang yang tadi sempat jingkrak-jingkrak, salto lumba-lumba, sama kayang teriak-teriak seketika mematung.

Gue keluarkan dompet dan menunjukkan KTP gue, "Gue bulan Oktober, ini kan masih Juli. Ulang tahun gue masih lama kali, gimana gue enggak kaget."

Mereka terpaku, sementara gue cuma bisa nyengir-nyengir di depan mereka.

"Kayaknya sekarang kalian yang kaget, ya—"
Pepy melempar kado ke arah gue, "Ah... lo bikin kacau, Wi!"
"Yaelaaahh, Wi! Parah lo!" tambah Arya.
"Yakali gue diem aja, masa iya enggak ngaku kalo salah tanggal?!"

=================

Gue tiup lilin-lilin di depan gue sesuai permintaan yang lain walaupun semangat surprisenya berkurang. Roti itu sebagian dipake corat-coret muka, sebagian dipotong, dan sebagian lagi dicolok ke mata gue. Enggak, mereka enggak sesadis itu.

Di lapangan belakang lagi mengheningkan cipta, sementara di parkiran belakang ngerayain ulang tahun yang salah, kontras banget.

Sementara yang lain motongin kue, gue dan Disti duduk berdua bukain kado dari temen-temen gue.

"Boleh nanya, kak?"
"Mau nanya apa?"
"Kenapa enggak pernah angkat telepon aku?"
"Emang pernah telepon, Dis?"
"Sering."
"Ah.... Anu, mungkin pas lagi di silent kali, ya? Hapenya sering gue silent soalnya."

Tiba-tiba hape gue bunyi. Sewaktu gue lihat, nomor tidak dikenal menelepon hape gue.

Pas gue mau angkat, Disti menahan tangan gue. Dia menunjukkan layar hapenya.

Memanggil, Calon Imam, dibawahnya ada nomor hape gue.

"Ah... lo telepon?"
"Iya," Disti mengangguk. "Aku kira disilent."
"Hapenya emang enggak pernah disilent," jawab gue santai. "Ujian aja enggak gue silent."
"Lhoh... barusan kakak bilang kalo hapenya sering disilent, kok sekarang beda? Berarti tau dong kalo aku telepon?!"
"Ah.... Anu, ja-jadi gini—"
"Sebenernya disilent beneran apa enggak mau angkat, sih?!"
"Gue silent, iya gue silent."
"Kapan?"
"Pas enggak ada orang."

===============

"Kakak tuh cool, enggak banyak ngomong."
"Iya, gue ngefans sama charlie chaplin—"
"Tapi kakak tuh tetep murah senyum."
"Iya, kata nyokap gue ganteng kalo senyum doang, jadi gue sering senyum—"
"Jangan dipotong ih!" bentak Disti.
"Ah... oke." Gue lanjutkan buka kado yang lain. "Tapi lo tau enggak sih, Dis? Apa yang ada di depan lo, yang lo kira bagus tuh belum tentu bagus."
"Maksudnya?"
"Iya, kayak kicauan burung. Kita denger burung saling kicau kan merdu tuh, tapi siapa tau artinya mesum."
"Mesum?"
Gue kepak-kepakkan ketek gue, "Oi...! Sebelah sini...! kimpoiin gue sekarang!"
"Hah?"
"Jangan cuma situ! Sebelah sini! Kita gangbang rame-rame aja!"
"Kakak jorok ih!" keluh Disti dengan wajah manyun.
Setelah sadar telah berbuat hina, gue hentikan kepakkan ketek gue, "Ya kan siapa tau."
"Kakak nih... berprasangka buruk sama burung."
"My bad...."
"Kakak tau enggak, sih? Tadinya aku kira ulang tahun kakak beneran 12 Juli, ternyata malah salah."
"Iya tau, barusan kan lo surprise-in."
"Kakak juga sih pasang tanggal lahir di medsosnya asal, kan aku jadi bingung mana yang bener."
"Kok kayaknya Makin kesini jadi gw yang salah, ya?"
"Biarin," ucapnya manyun.
"Iyaaa... Iyaaaaa.... Gue yang salah, nanti gue ganti, deh.
"Kak aku mau nanya deh, kak grace itu siapanya kakak?"
"Temenlah, kan lo juga tau."
"Enggak lebih? Bukan gebetan, kan?"
"Bukanlah, kita cuma kakak adekan. Lagian dia juga udah punya pacar."
"Punya pacar?"
Gue menunjuk peppy, "Tuh orangnya yang bukan panitia. Dia temen gue tapi juga pacar temen gue."
Disti menutupi mulutnya, "Ya ampun! Kakak ditikung?!"
Gue sobek bungkus kado kenceng-kenceng, "Terserah lo deh."
Disti menyandarkan kepalanya di bahu gue, "Aku seneng deh berduaan sama kakak, bawaannya nyaman. Jadi kebayang kalo beneran jadian."
Gue jauhkan kepala Disti, "Ah... Dis, kayaknya kita musti jaga jarak, deh."
"Iyaaaa... aku tau kok kalo kakak belum mau pacaran."
"Iya." Gue tengok muka Disti, "Eh... lo kok hebat tau-tauan?"
"Iya, aku stalkingin kakak tiap malem," jelasnya santai. "Salah satu tweet kakak ada yang bilang gitu."
"Uh... Oke...."

Gilak! Gue kira cuma cowok doang yang stalkingin cewek, ternyata mereka sama aja!

Bentar deh... kalo dia beneran udah stalkingin gue berarti dia udah tau sebagian rahasia gue dong?! Tapi rahasia gue yang mana? Apa mungkin dia udah tau kalo gue suka ngupil pake jempol kaki? Wah... Ini mah gawat! Tunggu, kenapa gue jadi panik gini?!

"Ah... lo stalkingin gue udah dapet informasi apa aja?"
Disti melempar senyum ke arah gue, manis banget, "Rahasialah."
"Tapi itu kan tentang gue? Masa iya buat gue rahasia juga?!"

Disti mengeluarkan sebuah buku catatan kecil lalu menuliskan sesuatu.

"I-itu buku apa, Dis?"
"Kakak kalo panik lucu," gumam Disti.

Tunggu! Dia barusan nulis tentang gue?! Dia juga punya catatan orang yang abis dia stalkingin kayak gue juga?!

"Di-dis, i-itu barusan lo nulis gue?"
Disti menutup bukunya sambil tersenyum, "Udaaahh... jangan bahas, ini buku terlarang."
"Yaudah, maaf kalo kelewat kepo, Dis."
"Tapi enggak ada larangan buat perjuangin hati kakak, kan?"
"Eh?"
Diubah oleh dasadharma10 01-02-2017 08:02
phntm.7
phntm.7 memberi reputasi
1
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.