- Beranda
- Stories from the Heart
Life story: horor, drama, kisah keluarga perantau [TAMAT]
...
TS
prestant18
Life story: horor, drama, kisah keluarga perantau [TAMAT]
Assalamualaikum
selamat malam buat kaskuser, utamanya pembaca forum ini,
ane mau sdikit berbagi kisah hidup aja, dimana kisah ini asli dari perjalanan hidup ane .
tujuan ane bercerita kisah ini, tak lain hanya ingin berbagi, siapa tahu banyak hal yang bisa dijadikan pelajaran untuk kedepannya.
langsung aja ya:
nama ane Tio (bukan nama panggilan sehari hari, cuma sempalan dari nama panjang).
Ane terlahir dari keluarga yg senang merantau. kelahiran ane aja menurut penuturan orang tua, ada didalam mobil hard top yang membawa ibu ane dari camp (kalo menurut penuturan bapak, dulu beliau kerja di camp pembukaan lahan di pedalaman kalimantan timur, dimana dari camp sampe ke ibukota propinsi memakan waktu sampe hampir 6 jam, dimana yang 3 jam adalah jalan hutan yg belum diaspal).
ada sdikit cerita horor dalam proses kelahiran ane, dimana berdasar penuturan kedua orang tua, mobil yang ngebawa ibu ane ke RS, diikuti sama kuyang, untungnya Allah masih melindungi kami, dimana bersama mobil itu juga ada seorang warga dayak pribumi yg membantu menghalau makhluk tsb. bahkan ketika ibu ane beserta ane yg masih bayi kembali ke camp pasca menerima perawatan medis, makhluk itu masih kembali meneror camp tempat kami tinggal. bapak bercerita jika setiap malam, laki2 yg bekerja disitu selalu begadang untuk berjaga2, dan bapak2 warga pribumi tadi jugalah yang banyak membantu selama proses penjagaan dari teror kuyang tadi. (ane gak kebayang gimana horornya ditengah belantara kalimantan tahun segitu (1990), di camp hanya ada 8 keluarga dan beberapa pekerja yang masih bujang)
ane bener2 harus banyak berterimakasih sama keluarga bapak tadi yang menurut ibu ane juga, istrinya sempat juga menjadi ibu persusuan bagi ane karena dalam beberapa kesempatan ibu ane harus meninggalkan ane yg masih bayi merah untuk menunaikan kewajiban berbelanja ke kota dalam waktu yg cukup lama. (bapak dan ibu yang bahkan ane nggk mengenal sama sekali siapa anda, ane sangat berterimakasih atas bantuan bantuan kepada ane yang masih amat sangat lemah dulu)
semoga Allah selalu melindungi kalian dimanapun saat ini.
singkat cerita ibu sama ane yg masih bayi harus pulang kembali ke tanah jawa, karena tugas bapak ane berganti tempat, beliau dimutasi kepedalam irian (dulu masih familiar disebut irian). ane tumbuh hanya dalam didikan seorang ibu, dimana bapak ane sama sekali nggk pulang dalam kurun waktu 3 tahun. (komunikasi masa itu masih via surat menyurat karena ditempat bapak ane kerja juga belum ada fasilitas telepon kecuali di kantor cabangnya.)
walhasil ane tumbuh menjadi laki2 yang berperasaan halus (ane anak pertama), cenderung introvert dan nggk percaya diri.
ane bener2 nggk punya sosok bapak selama 3 tahun pertama fase kehidupan ane, yang ane tau waktu itu, anak2 ketawa2 sambil digendong pas main sama bapaknya, dan tiap ane nanya tentang bapak, ibu ane cuma ngasih penjelasan "bapak kerja jauuuuuuh banget".
(setelah ane dewasa, ane bongkar2 memori lama, baik itu kumpulan surat2 dari bapak ke ibu, maupun foto2 masa kecil ane, ane nangis gan, ane baru paham gimana rasanya jauh dari anak istri, dan cuma bisa memandang pertumbuhan anak dari selembar foto yang datangnya beberapa bulan sekali)
sementara ini dulu gan ya, insyaAllah kesempatan berikutnya ane apdet lagi kelanjutan cerita ini, masih ada bagian2 dimana ane ngalamin horor dirumah itu, kemudian bagian ane balik ke tanah jawa, mengalami pasang surut kehidupan dan banyak cerita horor yang juga mengikuti kehidupan ane.
selamat menikmati pembukaannya dulu ya. . .
biar nyaman, updatenya ane taro dimari yak
1. kembali ke rumah itu
2. pakde ane yang iseng
3. sekelumit kisah tentang rumah itu
4. adikku kenapa???
5. Kebenaran yang samar
6. perkenalan tentang kakek ane
7. benda itu apa kek?
8. si manis kucing kakek
9. kucing dengan tingkah ganjil
10. beliau adalah mbah kakung kami
11. dini yang keras kepala
12. dini yang membingungkan
13. Ruqyah
14. back to java
15. 1st meeting, perkenalan, hihi
16. misteri yang belum terpecahkan
17. pengalaman bapak.
18. puberity was started!
19. gelombang mulai datang
20. metamorfosis
21. part tambahan (pakdhe)
22. akhir masa SMP
23. SMA atyau SMK?
24. Menjaga lisan dan perbuatan
25. pindah lagiii
26. rumah kosong, kandang dan pohon waru
27. keberanianku
28. 2nd year
29. Yunita (part 1)
30. mengampu itu tak mudah
31. Yunita (part 2)
32. jerit malam
33. dendam
34. riko
35. damainya wajah beliau
36 part sisipan ( mudik tempo hari )
37. prakerin-perantauan-pertamaku-seorang-diri
38. konflik!!!
39. akhir dari perselisihan
40. kontrakan kurang nyaman
41. berita duka
42. seleksi
43. O2SN!
44. pengalaman-berharga
45. akhir masa sekolah
NEXT: disini
selamat malam buat kaskuser, utamanya pembaca forum ini,
ane mau sdikit berbagi kisah hidup aja, dimana kisah ini asli dari perjalanan hidup ane .
tujuan ane bercerita kisah ini, tak lain hanya ingin berbagi, siapa tahu banyak hal yang bisa dijadikan pelajaran untuk kedepannya.
langsung aja ya:
nama ane Tio (bukan nama panggilan sehari hari, cuma sempalan dari nama panjang).
Ane terlahir dari keluarga yg senang merantau. kelahiran ane aja menurut penuturan orang tua, ada didalam mobil hard top yang membawa ibu ane dari camp (kalo menurut penuturan bapak, dulu beliau kerja di camp pembukaan lahan di pedalaman kalimantan timur, dimana dari camp sampe ke ibukota propinsi memakan waktu sampe hampir 6 jam, dimana yang 3 jam adalah jalan hutan yg belum diaspal).
ada sdikit cerita horor dalam proses kelahiran ane, dimana berdasar penuturan kedua orang tua, mobil yang ngebawa ibu ane ke RS, diikuti sama kuyang, untungnya Allah masih melindungi kami, dimana bersama mobil itu juga ada seorang warga dayak pribumi yg membantu menghalau makhluk tsb. bahkan ketika ibu ane beserta ane yg masih bayi kembali ke camp pasca menerima perawatan medis, makhluk itu masih kembali meneror camp tempat kami tinggal. bapak bercerita jika setiap malam, laki2 yg bekerja disitu selalu begadang untuk berjaga2, dan bapak2 warga pribumi tadi jugalah yang banyak membantu selama proses penjagaan dari teror kuyang tadi. (ane gak kebayang gimana horornya ditengah belantara kalimantan tahun segitu (1990), di camp hanya ada 8 keluarga dan beberapa pekerja yang masih bujang)
ane bener2 harus banyak berterimakasih sama keluarga bapak tadi yang menurut ibu ane juga, istrinya sempat juga menjadi ibu persusuan bagi ane karena dalam beberapa kesempatan ibu ane harus meninggalkan ane yg masih bayi merah untuk menunaikan kewajiban berbelanja ke kota dalam waktu yg cukup lama. (bapak dan ibu yang bahkan ane nggk mengenal sama sekali siapa anda, ane sangat berterimakasih atas bantuan bantuan kepada ane yang masih amat sangat lemah dulu)

semoga Allah selalu melindungi kalian dimanapun saat ini.
singkat cerita ibu sama ane yg masih bayi harus pulang kembali ke tanah jawa, karena tugas bapak ane berganti tempat, beliau dimutasi kepedalam irian (dulu masih familiar disebut irian). ane tumbuh hanya dalam didikan seorang ibu, dimana bapak ane sama sekali nggk pulang dalam kurun waktu 3 tahun. (komunikasi masa itu masih via surat menyurat karena ditempat bapak ane kerja juga belum ada fasilitas telepon kecuali di kantor cabangnya.)
walhasil ane tumbuh menjadi laki2 yang berperasaan halus (ane anak pertama), cenderung introvert dan nggk percaya diri.
ane bener2 nggk punya sosok bapak selama 3 tahun pertama fase kehidupan ane, yang ane tau waktu itu, anak2 ketawa2 sambil digendong pas main sama bapaknya, dan tiap ane nanya tentang bapak, ibu ane cuma ngasih penjelasan "bapak kerja jauuuuuuh banget".
(setelah ane dewasa, ane bongkar2 memori lama, baik itu kumpulan surat2 dari bapak ke ibu, maupun foto2 masa kecil ane, ane nangis gan, ane baru paham gimana rasanya jauh dari anak istri, dan cuma bisa memandang pertumbuhan anak dari selembar foto yang datangnya beberapa bulan sekali)
Spoiler for pertama kali bertemu bapak:
Spoiler for pertama kalinya merantau dalam fase sadar:
Spoiler for Horor di rumah tua:
Spoiler for gangguan tak kasat mata:
sementara ini dulu gan ya, insyaAllah kesempatan berikutnya ane apdet lagi kelanjutan cerita ini, masih ada bagian2 dimana ane ngalamin horor dirumah itu, kemudian bagian ane balik ke tanah jawa, mengalami pasang surut kehidupan dan banyak cerita horor yang juga mengikuti kehidupan ane.
selamat menikmati pembukaannya dulu ya. . .
biar nyaman, updatenya ane taro dimari yak
1. kembali ke rumah itu
2. pakde ane yang iseng
3. sekelumit kisah tentang rumah itu
4. adikku kenapa???
5. Kebenaran yang samar
6. perkenalan tentang kakek ane
7. benda itu apa kek?
8. si manis kucing kakek
9. kucing dengan tingkah ganjil
10. beliau adalah mbah kakung kami
11. dini yang keras kepala
12. dini yang membingungkan
13. Ruqyah
14. back to java
15. 1st meeting, perkenalan, hihi
16. misteri yang belum terpecahkan
17. pengalaman bapak.
18. puberity was started!
19. gelombang mulai datang
20. metamorfosis
21. part tambahan (pakdhe)
22. akhir masa SMP
23. SMA atyau SMK?
24. Menjaga lisan dan perbuatan
25. pindah lagiii
26. rumah kosong, kandang dan pohon waru
27. keberanianku
28. 2nd year
29. Yunita (part 1)
30. mengampu itu tak mudah
31. Yunita (part 2)
32. jerit malam
33. dendam
34. riko
35. damainya wajah beliau
36 part sisipan ( mudik tempo hari )
37. prakerin-perantauan-pertamaku-seorang-diri
38. konflik!!!
39. akhir dari perselisihan
40. kontrakan kurang nyaman
41. berita duka
42. seleksi
43. O2SN!
44. pengalaman-berharga
45. akhir masa sekolah
NEXT: disini
Polling
0 suara
menurut reader, apakah cerita hidup ane ini menarik?
Diubah oleh prestant18 17-02-2017 16:07
ferist123 dan 42 lainnya memberi reputasi
39
488.8K
536
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•51.9KAnggota
Tampilkan semua post
TS
prestant18
#272
Mohon maaf sebelumnya kalau untuk post kali ini kurang bagus, soalnya ane update pake Hp, ,
Setelah rada enakan demamnya, leptop ane malah kena bug, wifi nggk bisa nyala, ,
Masuk SMK
Pagi itu ane sudah bersiap berangkat ke kota kabupaten. Rencananya ane hari ini mau masukin berkas pendaftaran ke SMA 7, ,
Kalau feeling ane sih, dng rata2 8.8, ane masih masuk lah di sana, walau dijurnal urutan bawah.
Ane sudah siap, sudah pamit sama ibu, tapi tiba2 bapak muncul dan menawarkan diri untuk mengantar.
(semenjak kejadian bapak dan ibu berantem, ane jadi sdikit kurang respek sama bapak, walhasil kami jarang ngobrol)
Akhirnya ane dianter bapak menggunakan sepeda motor saudara.
(keluarga ane nggk punya motor)
Sepanjang perjalanan, ane nggk bercakap2 dengan bapak. Karena rasanya canggung.
Selepas lewat terminal, ada lampu merah di perempatan. Kami pun berhenti.
Tiba2 bapak bertanya,
"yo, seumpama kamu masuk SMK aja gimana? "
Ane:" nggak ah pak, q mau masuk sma aja, nilaiku mampu kok bersaing, , toh cita2 q juga diawali dari situ"
Bapak: "kamu mau jadi apa si memangnya?"
Ane : "q mau jadi penulis, sastrawan, atau kalau nggak jadi orang yang bekerja di departemen luar negeri"
Bapak : "cita2mu tadi kan sulit dicapai jika kamu nggk kuliah, kamu tau sendiri kan kondisi bapak sama ibu gimana? Adikmu juga masih kecil, masih butuh dana banyak."
Bapak lalu terdiam, begitupula ane.
Bapak : "kalau kamu memang mau lebih bijaksana, kamu masuk SMK aja gimana? Nanti selepas lulus, kamu jadi punya skill, lebih mudah mencari pekerjaan, toh kerja nggak harus sesuai dengan cita2 kan?"
Ane lalu terdiam, dalam hati ane sebenarnya ingin membantah dan marah atas pendapat bapak.
Tapi ane nggk berani mengungkapkan.
Karena ane juga terpikir jika kata2 bapak benar adanya.
Akhirnya lampu hijau menyala, menandakan pengguna jalan di lajur tsb boleh kembali berjalan.
Tak jauh dari lampu merah, bapak menghentikan motornya.
Bapak : "kalau kamu memang setuju dengan kata2 bapak, ayo kita masuk kesana" kata bapak sambil menunjuk bangunan sekolah bertuliskan SMK Negeri 1 P******.
Ane lantas melihat keseberang jalan dan memperhatikan bangunan sekolah tsb.
Areanya luas, pikir ane. Tapi lapangan basketnya kok jelek ya?
(selain karena alasan jurusan bahasa, ane sempat memilih sma 7 karena prestasi basketnya yg terkenal bagus)
Bapak : "yo, gimana? Daftar sini aja ya? Kamu ambilah jurusan mesin, , nanti kamu lulus gampang nyari kerjanya."
Ane butuh waktu lumayan lama untuk berpikir, , hingga akhirnya bapak berbicara dengan nada kesal.
Bapak : "apa lagi yang kamu pikirkan yo? Sudah, masuk sini saja, kamu masuk SMA, nanti lulusnya susah cari kerjaan, soalnya kamu nggak punya keterampilan"
Ane : "tapi kan pak, masih bisa kuliah, , dan SMA 7 itu favorit pak, lulusannya banyak yang kuliah di PTN"
Bapak : "memangnya kamu pikir bapak ibu mampu menguliahkan kamu? Kalau kamu kuliah, uang darimana? Adikmu itu juga perlu sekolah yo, bukan kamu tok" (kali ini bapak ane berbicara dengan nada lebih tinggi)
Bapak : "udahlah, susah ngomong sama kamu, sekarang terserah kamu mau masuk kemana, bapak mau pulang, kalau kamu mau masuk ke SMA silahkan, itu pilihan kamu, , tapi bapak nggak mampu membiayai kuliah kamu kelak."
Bapak akhirnya pulang meninggalkan ane didepan SMK 1,, dalam hati ane, ane kepingin marah, ,
Kenapa orang seperti ane nggak bisa memilih bahkan untuk bersekolah dimana, padahal ane pikir, ane mampu kok.
Ane duduk di trotoar, hati ane sedang berkutat, pikiran ane tarik ulur antara menuruti keinginan bapak atau keinginan hati ane.
Sebenarnya tempo hari, ibu juga sudah menyarankan agar ane masuk ke SMK saja, dengan pertimbangan yang sama dengan bapak, tapi ane tetep keukeuh.
Akhirnya dengan berbesar hati, ane kalahkan ego yang berkeinginan agar ane masuk SMA.
Ane pun menyeberang dan masuk ke gerbang SMK 1, , datang ke bagian pendaftaran dan memasukan berkas2 yg dibutuhkan. Kemudian ane pulang.
Selama perjalanan pulang, didalam angkot, ane terus menerus meyakinkan hati ane sendiri jika pilihan ini adalah yang paling bijaksana.
Setidaknya ane nggak perlu kembali berdebat dengan bapak. Hingga akhirnya angkot berhenti di alun2 dan ane turun.
Setelah itu, ane nggak pernah datang ke SMK untuk melihat jurnal, karena ane yakin, nilai ane lebih dari cukup untuk bertahan dijurusan yang ane pilih, karena sewaktu ane masukan berkas, nilai ane secara pembobotan diatas anak yang memiliki nilai tertinggi pada jurnal tsb.
Benar saja, seminggu kemudian, ketika pendataran hari terakhir, nama ane masih terpajang disana, tapi ada diposisi 19 dari 36 calon siswa. Ane akhirnya pulang dan menunggu daftar ulang.
Setelah itu, ane resmi menjadi siswa SMK 1, yang ane bakal singkat menjadi smeksa.
Masa2 awal ane masuk sekolah, rasanya hampa, , nggak ada motivasi lebih, , seakan2 sekolah itu cuma formalitas untuk mengikuti keinginan orang tua.
Ane lebih menikmati pelajaran dikelas daripada di bengkel, , karena ane nggk menemukan passion di teknik.
Ane pikir, ane akan lebih bersemangat ketika datang waktunya eskul,
(ane ikut eskul basket & silat)
Tapi ternyata jauh panggang dari api.
Eskul basket smeksa mati suri, , anggotanya hanya ada beberapa orang, , itupun lebih banyak duduk2 dipinggir lapangan daripada berlatih.
Kakak2 kelas berkata jika eskul basket itu percuma, , nggak pernah dilatih, nggak pernah bertanding, , lebih mirip kumpulan orang bego.
Lengkap sudah kekecewaan ane masuk kemari. Nggak ada satu hal pun yang membuat ane semangat.
Udah pelajaran teknik ane nggak suka, temen satu angkatan ceweknya cuma 8 dari 360 siswa, ,
Basketnya juga nggak bisa diharapkan, ,
(tapi akhirnya ane rada terobati di eskul pencak silat, soalnya energi dan emosi lebih atas kekecewaan ane, bisa ane salurin disitu.)
Diawal masa smk, ane pernah berselisih dng seorang anak bernama gun, yang dikemudian hari jadi sohib ane, sampai detik ini.
Awal perselisihan ini gara2 ketika sedang bercanda di dalam kelas, ane nonyol kepalanya, dan tiba2 dia mukul ane, dia bilang,
"bapakku aja nggak pernah mukul kepalaku, kok kamu berani2nya, , ayo berantem aja yok"
Akhirnya ane meminta maaf karena memang ane salah. Dan ternyata gun di jaman smp adalah seorang karateka. . .
(untung nggak ane iyain tantangan berantemnya)
Ane ajak dia ikut eskul pencak, dengan alasan, kalau mau berantem, biar ada medianya. .
(ane dan gun berada di kelas yang sama, kelas 52 kg, , cuma bedanya, dia berbadan kekar dng tinggi cuma 159an, sedangkan ane 169, keceng pula
)
Gun mengiyakan aja ajakan ane dan beneran, pas pertama kali latihan tanding, gun memilih ane jadi sparring partner. . .
(Rupanya dendam. . .)
Ada pengalaman horor ketika ane masih di kelas 1, dimana ketika ane menjalani prosesi kenaikan sabuk.
Setelah tes jurus dan fisik, kami juga dilanjutkan dng bertanding beladiri tangan kosong,
Setelah itu, seminggu kemudian, kami juga melaksanakan long march malam hari.
Kejadiannya ane tuturkan dalam bentuk cerita ya, biar enak.
Long march malam.
=======
Sore itu kami sudah berkumpul di halaman tengah smeksa, bersiap berangkat kerumah guru besar kami di padepokan utama.
Terletak didesa ke**** **ri, menyeberangi sungai bogowonto.
Setelah lengkap, maka kami berangkat kesana dan tiba menjelang maghrib.
Kami diarahkan untuk shalat maghrib terlebih dahulu sebelum pembukaan dan berdoa bersama.
Ada banyak peserta karena ini sifatnya akbar, ,
Ane dan gun sempat curi2 pandang dengan peserta cewek dari cabang lain.
Cewek itu kami kenal ketika menjalani long march siang, dengan napak tilas di petilasan lowo ijo.
Ane dan gun sempat berharap satu tim dengan cewek ini, karena kabarnya, long march nanti dilakukan dengan dengan berpasangan 2 orang untuk laki2, dan 3 orang untuk 2 laki2 dan satu perempuan.
Namun ternyata tuhan berkehendak lain

Ane dipasangkan dengan seorang anak smp, laki2. .
Dan gun dipasangkan dengan 2 perempuan, gendut2 pula. . .
Kami hanya saling menertawakan ketidakberuntungan satu sama lain. . .
Akhirnya pukul 20:00 kami dilepas oleh ketua perguruan.
Kami dilepas per rombongan dengan jeda tiap rombongan 5 menit.
Dimana ane dapet giliran ke2, dan gun dapet giliran ke 14.
Rute yang akan kami lalui adalah jalan desa dan jalan hutan.
Selang 5 menit dari rombongan pertama, tiba giliran ane.
Akhirnya long march malam pertama buat ane resmi dimulai.
Awal perjalanan, ane sibukan dengan berkenalan dengan anak tadi.
Ternyata dia masih kelas 2 smp.
Dan satu cabang dengan cewek yang sedang ditaksir oleh gun. .
Kami bercakap2 sepanjang jalan desa yang masih terang oleh lampu penerangan jalan.
Beberapa kali, kami nampak pos jaga yang ditunggu oleh kakak2 senior.
Hingga akhirnya kami tiba di jalan ujung desa.
Ada sebuah warung kopi dengan beberapa orang bapak2 yang duduk2 sembari bercerita.
Tiba2 salah satu bapak menyapa,
Penduduk : "mau kemana masnya? Apa sama dengan dua orang yang barusan lewat?" tanyanya sambil merujuk pada rombongan nomor 1
Ane : "nggih pak, ini mau keutara"
Penduduk : "masnya bukan orang sini ya?"
Ane : " nggih pak, saya anak k******o"
Penduduk : "ya sudah, hati hati ya, terutama nanti diujung jalan ini mulai ada tanjakan, setelah tanjakan itu ada jalan berkelok kelok dan kemudian ada tanjakan kedua, tepat ditanjakan kedua itu, masnya hati2, soalnya ada punden tua, intinya jangan lupa baca doa dan jangan hiraukan apapun kecuali jalan yang mas lalui"
Bapak itu menasehati kami dengan mimik serius.
Ane : "nggih pak, maturnuwun atas sarannya, kami akan hati2"
Akhirnya ane dan anak tadi kembali melanjutkan perjalanan.
Selepas warkop tadi, kami sudah memasuki area hutan yang gelap, sama sekali tidak ada penerangan.
Cahaya bulan tidak mampu menembus rimbunnya dedaunan yang berasal dari pohon2 tinggi menjulang disekitar kami.
Anak disebelah ane (ane akan sebut rio) mulai nampak gelisah...
Ane bertanya kepada dia,
Ane : "kenopo rio?"
Rio : "mmm, rapopo mas"
Rio menjawab sambil menundukan kepalanya. Ane nggak mengerti kenapa dia nampak ketakutan.
Mulutnya nampak merapalkan doa.
Ane kembali berfokus kepada jalanan yang kami lalui, karena suasananya sangat gelap, hampir kami tidak bisa melihat jalannya kecuali dirasakan dengan kaki kami, batas antara jalan aspal dan tanah.
Jalanan mulai menanjak, dan nafas kami mulai terdengar ngos ngosan.
Setelah tanjakan pertama, kami tiba di jalan berkelok2.
Sekitar 15 meter didepan kami, nampak ada jembatan kecil dan ada seseorang duduk diatasnya.
Kami mendekat pelan2 dan memperhatikan siapa gerangan.
Setelah cukup dekat, ane baru ngeh jika itu rombongan pertama, ,
Rombongan pertama ini namanya rian, teman satu sekolah ane, cuma beda jurusan, dan satunya anak dari cabang lain, tapi ane nggak kenal.
Ane : "bro? Ngapain disini? Kok sendiri, mana temenmu?"
Rian : "itu dibawah, lagi kencing" jawab rian sambil menunjukan pada kami jika ada seseorang dibawah jembatan.
Ane : "yo wes, q tak ikutan istirahat sebentar lah" ane memberi isyarat kepada rio untuk istirahat.
Rio lalu duduk disebelah rian yang duduk disisi sebelah barat jalan, sedangkan ane disebelah timur.
Tak lama pasangan rian sudah selesai dan bergabung duduk disebelahku
Rio masih menunduk seperti tadi ketika kami memasuki hutan.
Hal ini jelas memancing rasa penasaran rian.
Rian : "heh, kamu ngapain nunduk terus?"
Rio hanya menggeleng sambil terus menunduk.
Rian : "udah, nggak ada apa apa kok, bapak diwarung tadi paling cuma settingan buat nakut2in kita"
Rio : "ada kok mas, bapak2 tadi nggak bohong" mendengar jawaban rio, ane jadi merinding.
Rian : "ada apaan emang? Orang dari tadi juga nggak ada apa apa kok"
Rio hanya terdiam dan masih tetap menunduk.
Ane yang duduk disisi yang berlawanan dengan mereka, mulai merinding berat.
Bulu kuduk ane rasanya bener2 tegang.
Ane merasa ucapan rio ada benarnya, jadi ane mengajak mereka untuk segera berjalan, ,
Ane : "bro, ayo mlaku yo, rasane mulai nggak enak"
Rian : "halah, yo wes kamu mlaku duluan aja, q masih capek"
Ane : "yo wes, ayo rio, duluan, mereka tinggal aja"
Dan rio pun bangkit dari duduknya sambil terus menunduk.
Dia lalu mengikuti langkah ane menjauh.
Beberapa meter meninggalkan rian, ane berbisik kepada rio,
"kamu liat apa bro? "
Rio menjawab,
Mas tiyo lihat saja kebelakang. . .
Dan ane menoleh. ..
Dijembatan tempat kami duduk tadi, dimana ane meninggalkan rian & temannya yang seharusnya hanya ada 2 orang, kini jadi bertiga.
Dengan satu orang lagi samar2 berambut panjang dan baju lusuh berwarna cerah (ane nggak yakin itu putih atau apa, hanya saja warnanya tidak hitam seperti seragam pencak kami)
"Astagfirullah ", kata ane, , , ,
Rio : " perempuan itu yang sedari tadi ngikutin kita pas masuk hutan mas, makanya q milih nunduk biar nggak liat"
Ane ikutan berdebar2 gara2 melihat sosok itu, , padahal ane udah sering menemui bangsa mereka sebelumnya.
Rio : "pokoknya hati2 mas, mereka ada banyak, dan sedang memperhatikan kita dari segala arah, ,"
Ane cuma mengiyakan saja, sebab dalam hati ane merasa jika rio ini kayaknya bisa melihat bangsa halus.
Kami melanjutkan perjalanan hingga akhirnya kami sampai di tanjakan kedua.
Diujung tanjakan, nampak ada seberkas cahaya dikiri jalan.
Cahaya itu berasal dari lampu teplok (dalam bahasa jawa, senthir)
Dikiri jalan juga tempat teplok itu diletakan, ane melihat ada bangunan rumah2an kecil, serupa cungkup.
Mungkin itu yang dimaksud bapak tadi dengan punden.
Rio mulai memperingatkan ane untuk tidak melihat ke arah sana, ,
Tapi Ane malah memperhatikan dengan seksama kearah punden itu.
Awalnya nggak ada apa2, ,
Lama2 dari belakang cungkup, ane lihat ada seseorang berjalan keluar, ,
Sosoknya nggak terlalu jelas karena posisinya jauh dari lampu teplok.
Namun semakin sosok itu mendekat ke arah teplok, semakin jelas pula dia.
Ternyata dia berwujud wanita dengan kemben jawa.
Wajahnya nampak ramah dan ada sunggingan senyum.
Ane tersenyum dan bermaksud menyapanya, hingga "plakkkkkkk"
"mas, ojo disawang! " kata rio mengingatkan ane sambil memukul pipi ane.
Ane tersadar dan kembali melihat jika sekeliling kami gelap gulita. .
Tidak ada lampu teplok seperti yang ane lihat tadi.
Hanya saja ditempat ane melihat perempuan tadi, ada sorot mata merah menyala memperhatikan kami. Ane merinding hebat melihat tatapan mata itu.
Akhirnya ane ikut menundukan kepala dan mengikuti saran bapak di warkop tadi. "PERHATIKAN JALANNYA SAJA"
semakin mendekati tempay dimana sorot mata tadi ada, semakin hebat bulu kuduk ane berdiri. Sayup2 mulai terdengar gending gamelan.
Padahal tadi tidak ada. Ane bener2 merasa keder, rio berkali2 mengingatkan agar ane tetap konsentrasi dan membaca doa, agar tidak disesatkan kedalam alamnya mereka.
Akhirnya ane bener pasrah dan terus berusaha melangkahkan kaki yang sudah semakin lelah, dan hati yang semakin takut.
Satu langkah, dua langkah, tiga langkah. . .
Ane memperhatikan langkah ane dan jalan aspal.
Disebelah kanan ane, rio juga nelangkah seirama dengan ane, ,
Dan disebelah kiri, nampak juga langkah kaki yang selaras dengan langkah kaki kami. . .
"kiri? " hei! Kami cuma berdua! Siapa di kiri ane ini?
Ane hendak menengok kekiri, tapi dicegah oleh rio, dia bilang, abaikan, jangan ditoleh, , terus perhatikan jalan kita saja.
Ane akhirnya mengurungkan niat dan kembali berkonsentrasi pada jalan yang gelap. . .
Suara gamelan makin jelas, seperti berasal dari dekat. . Dan diikuti suara perempuan, , samar tapi jelas jika wanita itu seperti sedang nyinden. . .
Bulu kuduk ane sudah bener2 maksimal. Dan kaki ane lemas.
Rio memberi semangat agar ane bertahan, karena didepan sudah nampak pos jaga. . .
Ane kuat2kan agar ane tetap bisa berjalan, dan ketika sampai di pos jaga, ,
Ane langsung terduduk lemas.
Kakak senior menolong ane agar duduk di pos, ane diberi minum dan kakak seperguruan bergerak seperti sedang melakukan sesuatu.
Dia bilang, ane sedang dinetralisir. . .
Ane hanya diam dan berusaha mengembalikan tenaga yang tadi benar2 terasa habis. Sedang rio juga mulai kembali menegakkan kepalanya.
Kami beristirahat hingga tiba tiba dari arah selatan tempat punden itu, tiba2 terdengar teriakan. . . . .
(bersambung)
Setelah rada enakan demamnya, leptop ane malah kena bug, wifi nggk bisa nyala, ,

Masuk SMK
Pagi itu ane sudah bersiap berangkat ke kota kabupaten. Rencananya ane hari ini mau masukin berkas pendaftaran ke SMA 7, ,
Kalau feeling ane sih, dng rata2 8.8, ane masih masuk lah di sana, walau dijurnal urutan bawah.
Ane sudah siap, sudah pamit sama ibu, tapi tiba2 bapak muncul dan menawarkan diri untuk mengantar.
(semenjak kejadian bapak dan ibu berantem, ane jadi sdikit kurang respek sama bapak, walhasil kami jarang ngobrol)
Akhirnya ane dianter bapak menggunakan sepeda motor saudara.
(keluarga ane nggk punya motor)
Sepanjang perjalanan, ane nggk bercakap2 dengan bapak. Karena rasanya canggung.
Selepas lewat terminal, ada lampu merah di perempatan. Kami pun berhenti.
Tiba2 bapak bertanya,
"yo, seumpama kamu masuk SMK aja gimana? "
Ane:" nggak ah pak, q mau masuk sma aja, nilaiku mampu kok bersaing, , toh cita2 q juga diawali dari situ"
Bapak: "kamu mau jadi apa si memangnya?"
Ane : "q mau jadi penulis, sastrawan, atau kalau nggak jadi orang yang bekerja di departemen luar negeri"
Bapak : "cita2mu tadi kan sulit dicapai jika kamu nggk kuliah, kamu tau sendiri kan kondisi bapak sama ibu gimana? Adikmu juga masih kecil, masih butuh dana banyak."
Bapak lalu terdiam, begitupula ane.
Bapak : "kalau kamu memang mau lebih bijaksana, kamu masuk SMK aja gimana? Nanti selepas lulus, kamu jadi punya skill, lebih mudah mencari pekerjaan, toh kerja nggak harus sesuai dengan cita2 kan?"
Ane lalu terdiam, dalam hati ane sebenarnya ingin membantah dan marah atas pendapat bapak.
Tapi ane nggk berani mengungkapkan.
Karena ane juga terpikir jika kata2 bapak benar adanya.
Akhirnya lampu hijau menyala, menandakan pengguna jalan di lajur tsb boleh kembali berjalan.
Tak jauh dari lampu merah, bapak menghentikan motornya.
Bapak : "kalau kamu memang setuju dengan kata2 bapak, ayo kita masuk kesana" kata bapak sambil menunjuk bangunan sekolah bertuliskan SMK Negeri 1 P******.
Ane lantas melihat keseberang jalan dan memperhatikan bangunan sekolah tsb.
Areanya luas, pikir ane. Tapi lapangan basketnya kok jelek ya?
(selain karena alasan jurusan bahasa, ane sempat memilih sma 7 karena prestasi basketnya yg terkenal bagus)
Bapak : "yo, gimana? Daftar sini aja ya? Kamu ambilah jurusan mesin, , nanti kamu lulus gampang nyari kerjanya."
Ane butuh waktu lumayan lama untuk berpikir, , hingga akhirnya bapak berbicara dengan nada kesal.
Bapak : "apa lagi yang kamu pikirkan yo? Sudah, masuk sini saja, kamu masuk SMA, nanti lulusnya susah cari kerjaan, soalnya kamu nggak punya keterampilan"
Ane : "tapi kan pak, masih bisa kuliah, , dan SMA 7 itu favorit pak, lulusannya banyak yang kuliah di PTN"
Bapak : "memangnya kamu pikir bapak ibu mampu menguliahkan kamu? Kalau kamu kuliah, uang darimana? Adikmu itu juga perlu sekolah yo, bukan kamu tok" (kali ini bapak ane berbicara dengan nada lebih tinggi)
Bapak : "udahlah, susah ngomong sama kamu, sekarang terserah kamu mau masuk kemana, bapak mau pulang, kalau kamu mau masuk ke SMA silahkan, itu pilihan kamu, , tapi bapak nggak mampu membiayai kuliah kamu kelak."
Bapak akhirnya pulang meninggalkan ane didepan SMK 1,, dalam hati ane, ane kepingin marah, ,
Kenapa orang seperti ane nggak bisa memilih bahkan untuk bersekolah dimana, padahal ane pikir, ane mampu kok.
Ane duduk di trotoar, hati ane sedang berkutat, pikiran ane tarik ulur antara menuruti keinginan bapak atau keinginan hati ane.
Sebenarnya tempo hari, ibu juga sudah menyarankan agar ane masuk ke SMK saja, dengan pertimbangan yang sama dengan bapak, tapi ane tetep keukeuh.
Akhirnya dengan berbesar hati, ane kalahkan ego yang berkeinginan agar ane masuk SMA.
Ane pun menyeberang dan masuk ke gerbang SMK 1, , datang ke bagian pendaftaran dan memasukan berkas2 yg dibutuhkan. Kemudian ane pulang.
Selama perjalanan pulang, didalam angkot, ane terus menerus meyakinkan hati ane sendiri jika pilihan ini adalah yang paling bijaksana.
Setidaknya ane nggak perlu kembali berdebat dengan bapak. Hingga akhirnya angkot berhenti di alun2 dan ane turun.
Setelah itu, ane nggak pernah datang ke SMK untuk melihat jurnal, karena ane yakin, nilai ane lebih dari cukup untuk bertahan dijurusan yang ane pilih, karena sewaktu ane masukan berkas, nilai ane secara pembobotan diatas anak yang memiliki nilai tertinggi pada jurnal tsb.
Benar saja, seminggu kemudian, ketika pendataran hari terakhir, nama ane masih terpajang disana, tapi ada diposisi 19 dari 36 calon siswa. Ane akhirnya pulang dan menunggu daftar ulang.
Setelah itu, ane resmi menjadi siswa SMK 1, yang ane bakal singkat menjadi smeksa.
Masa2 awal ane masuk sekolah, rasanya hampa, , nggak ada motivasi lebih, , seakan2 sekolah itu cuma formalitas untuk mengikuti keinginan orang tua.
Ane lebih menikmati pelajaran dikelas daripada di bengkel, , karena ane nggk menemukan passion di teknik.
Ane pikir, ane akan lebih bersemangat ketika datang waktunya eskul,
(ane ikut eskul basket & silat)
Tapi ternyata jauh panggang dari api.
Eskul basket smeksa mati suri, , anggotanya hanya ada beberapa orang, , itupun lebih banyak duduk2 dipinggir lapangan daripada berlatih.
Kakak2 kelas berkata jika eskul basket itu percuma, , nggak pernah dilatih, nggak pernah bertanding, , lebih mirip kumpulan orang bego.
Lengkap sudah kekecewaan ane masuk kemari. Nggak ada satu hal pun yang membuat ane semangat.
Udah pelajaran teknik ane nggak suka, temen satu angkatan ceweknya cuma 8 dari 360 siswa, ,
Basketnya juga nggak bisa diharapkan, ,
(tapi akhirnya ane rada terobati di eskul pencak silat, soalnya energi dan emosi lebih atas kekecewaan ane, bisa ane salurin disitu.)
Diawal masa smk, ane pernah berselisih dng seorang anak bernama gun, yang dikemudian hari jadi sohib ane, sampai detik ini.
Awal perselisihan ini gara2 ketika sedang bercanda di dalam kelas, ane nonyol kepalanya, dan tiba2 dia mukul ane, dia bilang,
"bapakku aja nggak pernah mukul kepalaku, kok kamu berani2nya, , ayo berantem aja yok"
Akhirnya ane meminta maaf karena memang ane salah. Dan ternyata gun di jaman smp adalah seorang karateka. . .
(untung nggak ane iyain tantangan berantemnya)
Ane ajak dia ikut eskul pencak, dengan alasan, kalau mau berantem, biar ada medianya. .
(ane dan gun berada di kelas yang sama, kelas 52 kg, , cuma bedanya, dia berbadan kekar dng tinggi cuma 159an, sedangkan ane 169, keceng pula
) Gun mengiyakan aja ajakan ane dan beneran, pas pertama kali latihan tanding, gun memilih ane jadi sparring partner. . .

(Rupanya dendam. . .)
Ada pengalaman horor ketika ane masih di kelas 1, dimana ketika ane menjalani prosesi kenaikan sabuk.
Setelah tes jurus dan fisik, kami juga dilanjutkan dng bertanding beladiri tangan kosong,
Setelah itu, seminggu kemudian, kami juga melaksanakan long march malam hari.
Kejadiannya ane tuturkan dalam bentuk cerita ya, biar enak.
Long march malam.
=======
Sore itu kami sudah berkumpul di halaman tengah smeksa, bersiap berangkat kerumah guru besar kami di padepokan utama.
Terletak didesa ke**** **ri, menyeberangi sungai bogowonto.
Setelah lengkap, maka kami berangkat kesana dan tiba menjelang maghrib.
Kami diarahkan untuk shalat maghrib terlebih dahulu sebelum pembukaan dan berdoa bersama.
Ada banyak peserta karena ini sifatnya akbar, ,
Ane dan gun sempat curi2 pandang dengan peserta cewek dari cabang lain.
Cewek itu kami kenal ketika menjalani long march siang, dengan napak tilas di petilasan lowo ijo.
Ane dan gun sempat berharap satu tim dengan cewek ini, karena kabarnya, long march nanti dilakukan dengan dengan berpasangan 2 orang untuk laki2, dan 3 orang untuk 2 laki2 dan satu perempuan.
Namun ternyata tuhan berkehendak lain

Ane dipasangkan dengan seorang anak smp, laki2. .
Dan gun dipasangkan dengan 2 perempuan, gendut2 pula. . .
Kami hanya saling menertawakan ketidakberuntungan satu sama lain. . .
Akhirnya pukul 20:00 kami dilepas oleh ketua perguruan.
Kami dilepas per rombongan dengan jeda tiap rombongan 5 menit.
Dimana ane dapet giliran ke2, dan gun dapet giliran ke 14.
Rute yang akan kami lalui adalah jalan desa dan jalan hutan.
Selang 5 menit dari rombongan pertama, tiba giliran ane.
Akhirnya long march malam pertama buat ane resmi dimulai.
Awal perjalanan, ane sibukan dengan berkenalan dengan anak tadi.
Ternyata dia masih kelas 2 smp.
Dan satu cabang dengan cewek yang sedang ditaksir oleh gun. .
Kami bercakap2 sepanjang jalan desa yang masih terang oleh lampu penerangan jalan.
Beberapa kali, kami nampak pos jaga yang ditunggu oleh kakak2 senior.
Hingga akhirnya kami tiba di jalan ujung desa.
Ada sebuah warung kopi dengan beberapa orang bapak2 yang duduk2 sembari bercerita.
Tiba2 salah satu bapak menyapa,
Penduduk : "mau kemana masnya? Apa sama dengan dua orang yang barusan lewat?" tanyanya sambil merujuk pada rombongan nomor 1
Ane : "nggih pak, ini mau keutara"
Penduduk : "masnya bukan orang sini ya?"
Ane : " nggih pak, saya anak k******o"
Penduduk : "ya sudah, hati hati ya, terutama nanti diujung jalan ini mulai ada tanjakan, setelah tanjakan itu ada jalan berkelok kelok dan kemudian ada tanjakan kedua, tepat ditanjakan kedua itu, masnya hati2, soalnya ada punden tua, intinya jangan lupa baca doa dan jangan hiraukan apapun kecuali jalan yang mas lalui"
Bapak itu menasehati kami dengan mimik serius.
Ane : "nggih pak, maturnuwun atas sarannya, kami akan hati2"
Akhirnya ane dan anak tadi kembali melanjutkan perjalanan.
Selepas warkop tadi, kami sudah memasuki area hutan yang gelap, sama sekali tidak ada penerangan.
Cahaya bulan tidak mampu menembus rimbunnya dedaunan yang berasal dari pohon2 tinggi menjulang disekitar kami.
Anak disebelah ane (ane akan sebut rio) mulai nampak gelisah...
Ane bertanya kepada dia,
Ane : "kenopo rio?"
Rio : "mmm, rapopo mas"
Rio menjawab sambil menundukan kepalanya. Ane nggak mengerti kenapa dia nampak ketakutan.
Mulutnya nampak merapalkan doa.
Ane kembali berfokus kepada jalanan yang kami lalui, karena suasananya sangat gelap, hampir kami tidak bisa melihat jalannya kecuali dirasakan dengan kaki kami, batas antara jalan aspal dan tanah.
Jalanan mulai menanjak, dan nafas kami mulai terdengar ngos ngosan.
Setelah tanjakan pertama, kami tiba di jalan berkelok2.
Sekitar 15 meter didepan kami, nampak ada jembatan kecil dan ada seseorang duduk diatasnya.
Kami mendekat pelan2 dan memperhatikan siapa gerangan.
Setelah cukup dekat, ane baru ngeh jika itu rombongan pertama, ,
Rombongan pertama ini namanya rian, teman satu sekolah ane, cuma beda jurusan, dan satunya anak dari cabang lain, tapi ane nggak kenal.
Ane : "bro? Ngapain disini? Kok sendiri, mana temenmu?"
Rian : "itu dibawah, lagi kencing" jawab rian sambil menunjukan pada kami jika ada seseorang dibawah jembatan.
Ane : "yo wes, q tak ikutan istirahat sebentar lah" ane memberi isyarat kepada rio untuk istirahat.
Rio lalu duduk disebelah rian yang duduk disisi sebelah barat jalan, sedangkan ane disebelah timur.
Tak lama pasangan rian sudah selesai dan bergabung duduk disebelahku
Rio masih menunduk seperti tadi ketika kami memasuki hutan.
Hal ini jelas memancing rasa penasaran rian.
Rian : "heh, kamu ngapain nunduk terus?"
Rio hanya menggeleng sambil terus menunduk.
Rian : "udah, nggak ada apa apa kok, bapak diwarung tadi paling cuma settingan buat nakut2in kita"
Rio : "ada kok mas, bapak2 tadi nggak bohong" mendengar jawaban rio, ane jadi merinding.
Rian : "ada apaan emang? Orang dari tadi juga nggak ada apa apa kok"
Rio hanya terdiam dan masih tetap menunduk.
Ane yang duduk disisi yang berlawanan dengan mereka, mulai merinding berat.
Bulu kuduk ane rasanya bener2 tegang.
Ane merasa ucapan rio ada benarnya, jadi ane mengajak mereka untuk segera berjalan, ,
Ane : "bro, ayo mlaku yo, rasane mulai nggak enak"
Rian : "halah, yo wes kamu mlaku duluan aja, q masih capek"
Ane : "yo wes, ayo rio, duluan, mereka tinggal aja"
Dan rio pun bangkit dari duduknya sambil terus menunduk.
Dia lalu mengikuti langkah ane menjauh.
Beberapa meter meninggalkan rian, ane berbisik kepada rio,
"kamu liat apa bro? "
Rio menjawab,
Mas tiyo lihat saja kebelakang. . .
Dan ane menoleh. ..
Dijembatan tempat kami duduk tadi, dimana ane meninggalkan rian & temannya yang seharusnya hanya ada 2 orang, kini jadi bertiga.
Dengan satu orang lagi samar2 berambut panjang dan baju lusuh berwarna cerah (ane nggak yakin itu putih atau apa, hanya saja warnanya tidak hitam seperti seragam pencak kami)
"Astagfirullah ", kata ane, , , ,
Rio : " perempuan itu yang sedari tadi ngikutin kita pas masuk hutan mas, makanya q milih nunduk biar nggak liat"
Ane ikutan berdebar2 gara2 melihat sosok itu, , padahal ane udah sering menemui bangsa mereka sebelumnya.
Rio : "pokoknya hati2 mas, mereka ada banyak, dan sedang memperhatikan kita dari segala arah, ,"
Ane cuma mengiyakan saja, sebab dalam hati ane merasa jika rio ini kayaknya bisa melihat bangsa halus.
Kami melanjutkan perjalanan hingga akhirnya kami sampai di tanjakan kedua.
Diujung tanjakan, nampak ada seberkas cahaya dikiri jalan.
Cahaya itu berasal dari lampu teplok (dalam bahasa jawa, senthir)
Dikiri jalan juga tempat teplok itu diletakan, ane melihat ada bangunan rumah2an kecil, serupa cungkup.
Mungkin itu yang dimaksud bapak tadi dengan punden.
Rio mulai memperingatkan ane untuk tidak melihat ke arah sana, ,
Tapi Ane malah memperhatikan dengan seksama kearah punden itu.
Awalnya nggak ada apa2, ,
Lama2 dari belakang cungkup, ane lihat ada seseorang berjalan keluar, ,
Sosoknya nggak terlalu jelas karena posisinya jauh dari lampu teplok.
Namun semakin sosok itu mendekat ke arah teplok, semakin jelas pula dia.
Ternyata dia berwujud wanita dengan kemben jawa.
Wajahnya nampak ramah dan ada sunggingan senyum.
Ane tersenyum dan bermaksud menyapanya, hingga "plakkkkkkk"
"mas, ojo disawang! " kata rio mengingatkan ane sambil memukul pipi ane.
Ane tersadar dan kembali melihat jika sekeliling kami gelap gulita. .
Tidak ada lampu teplok seperti yang ane lihat tadi.
Hanya saja ditempat ane melihat perempuan tadi, ada sorot mata merah menyala memperhatikan kami. Ane merinding hebat melihat tatapan mata itu.
Akhirnya ane ikut menundukan kepala dan mengikuti saran bapak di warkop tadi. "PERHATIKAN JALANNYA SAJA"
semakin mendekati tempay dimana sorot mata tadi ada, semakin hebat bulu kuduk ane berdiri. Sayup2 mulai terdengar gending gamelan.
Padahal tadi tidak ada. Ane bener2 merasa keder, rio berkali2 mengingatkan agar ane tetap konsentrasi dan membaca doa, agar tidak disesatkan kedalam alamnya mereka.
Akhirnya ane bener pasrah dan terus berusaha melangkahkan kaki yang sudah semakin lelah, dan hati yang semakin takut.
Satu langkah, dua langkah, tiga langkah. . .
Ane memperhatikan langkah ane dan jalan aspal.
Disebelah kanan ane, rio juga nelangkah seirama dengan ane, ,
Dan disebelah kiri, nampak juga langkah kaki yang selaras dengan langkah kaki kami. . .
"kiri? " hei! Kami cuma berdua! Siapa di kiri ane ini?
Ane hendak menengok kekiri, tapi dicegah oleh rio, dia bilang, abaikan, jangan ditoleh, , terus perhatikan jalan kita saja.
Ane akhirnya mengurungkan niat dan kembali berkonsentrasi pada jalan yang gelap. . .
Suara gamelan makin jelas, seperti berasal dari dekat. . Dan diikuti suara perempuan, , samar tapi jelas jika wanita itu seperti sedang nyinden. . .
Bulu kuduk ane sudah bener2 maksimal. Dan kaki ane lemas.
Rio memberi semangat agar ane bertahan, karena didepan sudah nampak pos jaga. . .
Ane kuat2kan agar ane tetap bisa berjalan, dan ketika sampai di pos jaga, ,
Ane langsung terduduk lemas.
Kakak senior menolong ane agar duduk di pos, ane diberi minum dan kakak seperguruan bergerak seperti sedang melakukan sesuatu.
Dia bilang, ane sedang dinetralisir. . .
Ane hanya diam dan berusaha mengembalikan tenaga yang tadi benar2 terasa habis. Sedang rio juga mulai kembali menegakkan kepalanya.
Kami beristirahat hingga tiba tiba dari arah selatan tempat punden itu, tiba2 terdengar teriakan. . . . .
(bersambung)
symoel08 dan 14 lainnya memberi reputasi
15