- Beranda
- Stories from the Heart
Diary Si Jomblo Perak (Cerita Cinta, Komedi, Plus Horror)
...
TS
dylancalista
Diary Si Jomblo Perak (Cerita Cinta, Komedi, Plus Horror)
Hay agan dan aganwati, salam kenal. Ane new bie nih di kaskus, jadi mohon bantuannya untuk kasih saran atau kritik kalau cerita ane nnti rada mulai ngebosenin atau nggak nyambung.
Ane mau nulis cerita nih, tentang kehidupan jomblo yang ane lakoni, selama 25 tahun! Ceritanya nggak real 100%, tapi ada beberapa scene yang emang asli ane alami, Oo yah, Nama Ane Evan, keren ya nama ane? tapi sama teman-teman ane sering diplesetin jadi Epan, Yah, biar ga lama-lama berbasa basi, kita mulai aja ya gan? cekidot.
Quote:
Klik me!
Prolog
Part 1
Part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
Part 9
Part 10
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14 (1)
Part 14 (2)
Part 15 (1)
Part 15 (2)
Part 16
Part 17 (1)
Part 17(2)
Part 17(2)
Part 18(1)
Part 18(2)
Part 19(1)
Part 19(2)
Part 19(3)
Part 20
Part 21
Part 22
Part 23
Part 24
Part 25
Part 26
Part 26(2)
Part 27
Part 28
Part 29
Part 30(1)
Part 30(2)
Part 30(3)
Part 31(1)
Part 31(2)
Part 32(1)
Part 32(2)
Part 33
Part 34
Part 35
Part 36
Part 36(2)
Part 36(3)
Part 37(1)
Part 37(2)
Part 38(1)
Part 38(2)
Part 39
Part 40(1)
Part 41
Part 42
Part 43
Part 44
Part 45
Part 46
Part 47
Diubah oleh dylancalista 27-03-2019 14:27
mrezapmrg97 dan 27 lainnya memberi reputasi
28
321.9K
1.1K
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
31.6KThread•42.3KAnggota
Tampilkan semua post
TS
dylancalista
#377
Part 29
Sepeninggalan Pakde Iyan gua terdiam sendirian di ruang tamu, gua nggak habis pikir, ternyata gua punya adik perempuan, banyak hal yang gua nggak tau, bahkan tentang diri gua sendiri. Gua menghampiri kamar emak dan Bapak, tapi belum gua ketuk pintunya, gua mendengar pembicaraan mereka dari balik pintu.
Emak: Pak, sudahlah jangan dipikirkan lagi.
Bapak: Nggak bakal aku korbankan anak kita, Bu. Kamu tau, aku ndak bisa kehilangan anak untuk kedua kalinya. Apalagi epan masih sangat muda, mana mungkin aku rela mengorbankan dia. Lebih baik aku mati, daripada kehilangan anak untuk kedua kalinya.
Emak: Aku juga ndak mau kehilangan anak lagi. Tapi tadi Iyan cerita sama aku, Pak, dia bilang Mbah encok bermaksud menyinggung tentang darah iblis yang ternyata sama dengan darah epan, apakah mungkin...
Bapak: Maksudmu, Lia mengorbankan anak kita itu? lalu dia berubah menjadi iblis?
Emak: Aku ndak ngerti, Pak. Yang jelas, apa yang harus kita lakukan?
Bapak: Apa lagi? jalanin aja, yang pasti, sekarang kita harus menjaga epan sebaik-baiknya. Masalah sakitku, aku bisa menahannya. Aku ndak apa-apa sampe kalau misalnya aku memang harus meninggal karna penyakit ini, yang penting anakku baik-baik saja. Epan adalah harapan aku satu-satunya, demi Tuhan, aku lebih baik daripada kehilangan anak satu-satunya yang aku miliki
Emak: Jujur, aku ndak ngerti, aku pernah melihat epan bicara sendiri di kamarnya, sambil tertawa, aku takut apakah dia bisa....
Bapak: Seperti Iyan? Aku juga ndak mengerti, Bu. Kita bahkan ndak tau, iblis itu perwujudannya apa.
Emak: Iya, itu permasalahannya.
Gua mengurungkan niat gua untuk mengetuk pintu kamar emak, gua pun berjalan ke kamar gua. Gua masih terdiam, Ya Tuhan, apa yang harus hambamu lakukan? sekarang pilihannya dua sih, apakah gua diam saja dan membiarkan bapak gua seperti ini terus atau gua harus membasmi iblis itu, dengan taruhannya nyawa gua. Gua menatap ke luar jendela, masih pemandangannya sama. segerombolan tuyul kecil bermain di bawah pohon mangga di belakang rumah gua. Gua rasakan angin semilir menyentuh wajah gua. Hp gua berdering, gua segera menjawab panggilan itu.
Xxx: Hallo, evan? ini aku Myanca, kamu apa kabar?
Gua: Myanca? gua baik-baik aja. ada apa, ca? Lu baik-baik aja, kan?
Myanca: Mmm, sebenarnya aku mau mengabarkan kalau...
Gua: Ya?
Myanca: Ciciku kemarin mencoba membunuh dirinya
Gua: Ya Tuhan, lalu dia nggak terluka, kan?
Myanca: Puji Tuhan, urat nadinya nggak putus. Dokter menanganinya dengan cepat. Van, kamu nggak bakal lama lagi kan kembali?
Gua: Secepatnya, gua akan balik. setelah masalah gua di sini kelar, Ca. Sementara, lebih baik, pakaikan jimat yang gua kasih di leher cici lu. Pastikan senjata tajam jauh dari dia. Dan kalau bisa, sering lu doakan. Gua akan balik secepatnya
Myanca: Iya, Van. terima kasih ya.
Gua: Iya, Jaga diri lu ya.
Myanca: Terima kasih, Van. Oo yah Van...
Gua: Ya? Ada apa lagi, Ca?
Myanca: mmmm..
Gua: Ya? lu baik-baik saja kan?
Myanca: aku...
Gua: lu nggak di gangguin makhluk itu kan?
Myanca: Iya, aku.... aku... aku kangen sama kamu, van. cepat kembali ya? Bye.
Klik! sambungan telepon dari ujung sana di putus, gua bahkan belum menjawab pernyataannya Myanca tadi. Wajah gua mendadak panas, yang tadinya bingung jadi pingin senyum sendiri. Ada aja cara Tuhan membahagiakan umatnya yang lagi stress, kejutan kecil ada cewek yang kangen sama gua. Selama gua hidup 25 tahun an ini, belum pernah ada yang bilang gitu ke gua. gua masih memegangi hp gua sambil tersenyum.
Tuyul 1: Jjah, si bos muda senyum-senyum sendiri, kayaknya dia gila
Tuyul 2: Yah, bos muda senyum-senyum juga ndak ada manis-manisnya, duitnya ndak ada. ndak ada gunanya tuh
Gua melotot menatap tuyul-tuyul kecil itu memergoki gua lagi senyum sendirian, gua tutup jendela dan duduk di meja kerja gua, gua menaruh hp gua dan baru sadar ada sms dari Della
From: Della
Mas Evan, Jadi ketemu nanti?
Gua menghela nafas panjang, benar, gua harus segera menyelesaikan urusan gua dengan cepat. Ada banyak hal yang harus gua urus lagi nantinya, gua pun memutuskan untuk membalas pesan Della.
Di Pos Jaga deket rumah lu aja ya? Jam 3 sore nanti gua ke sana.
gua tekan tombol sent, beberapa detik kemudian Della membalas pesan gua dengan lambang smiley. Menandakan dia setuju. Gua mengambil keris yang diberikan oleh Pakde Iyan dan menghela nafas panjang-panjang. Gua menutup mata gua sejenak untuk berdoa dan menenangkan pikiran gua. Gua merasakan Hawa dingin di samping gua, gua melihat Kayla duduk manis di sebelah gua.
Kayla: Aku mendoakan kamu, Van. Aku yakin, kamu bisa
Gua menatapnya sambil tersenyum: Gua bakal berusaha, Kay. Gua bakal selesaiin urusan gua, untuk nantinya bantuin lu, Kay.
Kayla: Iya, Van.
Kayla tersenyum, kemudian gua kembali menutup mata gua untuk berkonsentrasi pikiran gua untuk kembali fokus menenangkan pikiran dan membaca doa-doa untuk menenangkan pikiran dan agar gua lebih siap nantinya, gua nggak tahu apa maksud ajakan Della tadi. tapi gua ingin segera mengakhiri semua cerita ini.
Della tampak cantik hari ini, dengan paduan rok kain batik dan baju lengan pendek warna hitam, kontras banget penampilannya dengan yang gua liat saat gua melakukan astral projection. Della tersenyum kecil, menjelang malam, desa gua mulai ramai karna malam ini gerhana bulan penuh. Desa gua suka nonton gerhana bulan ramai-ramai. Orang-orang yang melihat kami tampak tersenyum, pasti mereka beranggapan bahwa gua dan della sedang pacaran. Della masih bersikap normal dengan bercerita tentang desa kami, mengajak gua untuk melihat sekeliling desa bak tour guide yang sedang menjelaskan ke turisnya. Gua hanya diam dan sesekali mengangguk pelan.
Della: Kamu udah lama banget nggak pulang, pasti merasakan beda banget desa ini dengan yang dulu kan?
Gua: Lu kayak mengerti banget desa ini, del. Kalau gua nggak nggak kenal lu, gua pasti mikirnya lu tetua desa ini
Della tersenyum: Iya, aku nyaman di sini. Dan aku ingin selalu begini, di desa ini dan mengabdi di sini
Gua: Gak ada niat ke kota? Lu kan bisa cari kerjaan lebih baik di jakarta
Della: Aku sudah bahagia di sni
Gua tertegun, gua menatap Della. Dia emang cantik banget, wajar kalo sekarang banyak yang melihat gua dengan tatapan iri, karna gua bisa jalan dengan kembang desa. #seandainyamerekatahusiapadellasebenarnya
Gua: Sebenarnya apa cita-cita lu?
Della: Banyak
Gua: salah satunya?
Della: Menikah dan punya keluarga, menata desa ini, hidup selama mungkin
Gua: Hidup selama mungkin?
Della tersenyum: Iya, bukannya semua orang takut mati
Gua: Kalau mati lebih baik, apa yang perlu ditakutkan?
Della: Kamu nggak takut mati?
Gua: Takut, itu namanya kemelekatan. Kata bapak gua, kosong itu isi dan isi adalah kosong. Hidup itu memang kita yang jalani, tapi bukan milik kita. Tapi karna kita yang menjalaninya, jadinya kita merasa memiliki hidup ini. Padahal kan hidup ini punya Tuhan, bukan manusia
Della: ooh gitu, oo yah, kamu pernah makan jagung bakar di sana?
Della dan gua memilih untuk makan jagung bakar di pinggiran pondok di sekitar kebun jagung milik warga. Malam sudah makin larut dan matahari sudah mengistirahatkan diri berganti dengan bulan yang tampak genit pelan-pelan muncul, suasana makin dingin dan disekitar pondok kami memang sepi. Della masih asyik bercerita tentang desa kami. Sampai dia kelihatannya menyadari, gua tak menyimak pembicarannya.
Della: Mas Evan
Gua: Ya?
Della: kamu melamun? aku membosankan ya?
Gua: Mmm, nggak Del. Gua rasa...
Della mencoba mendongak ke luar pondok dan melihat bulan mulai berani memancarkan sinarnya dengan percaya diri, bulat sempurna.
Della: Bagus ya bulannya
Gua pun melihat ke luar, dan ikut terpesona dengan bulan yang tampak cerah bersinar. karna desa gua udaranya bebas polusi, jadi bulan dan bintang tampak cerah tak ditutupi asap polusi di langit.
Gua: Iya
Tanpa aku sadari, Della sudah menyandarkan kepalanya di bahu gua. Gua mencoba untuk menjauhkan diri, tapi tangan Della mencoba menahan gua, gua jadi inget kejadian saat Della menarik tangan gua dalam astral projection tempo hari.
Gua: Del
Della: ha?
Gua mencoba menjauhkan kepalanya dari bahu gua dan duduk menjauh, gua masih was-was. bayangin aja broh, kalau lu disandarin sama iblis, apa yang lu rasain? merinding merinding disco gitu rasanya. Della menatap gua.
Della: Mas Evan, Della sayang sama Mas Evan
Gua: Maaf Del, lu kan tahu kalau..
Della mendekati gua, makin dekat dan dekat sampai gua bisa mencium aroma tubuhnya yang wangi khas bunga melati, gua mulai keringat lagi, seperti kebiasaan gua. Karna Della itu cantik banget sekarang, dia berhenti di depan wajah gua sehingga wajah gua dan wajah dia berjarak 10cm, gua bisa melihat bahwa dia cantik banget sekarang.
Della: Mas Evan bisa belajar mencintai Della?
Gua hanya diam, kayak terhipnotis, gak bisa bicara ataupun menjauh. Jujur, sebagai cowok normal susah nolak kalau ada cewek cantik di depan gua. Della seolah memegang kontrol semuanya, Della makin dekat dengan gua dan bibirnya hampir menyentuh bibir gua. Tapi tiba-tiba ntah darimana gua seolah mendengar suara Kayla.
Kayla: Van, sadar. Van, bangun
Gua menjauhkan diri gua dari Della. sehingga Della tampak kaget.
Gua: Del, gua..
Della mendekati gua lagi: Kenapa, Mas?
Gua: gua nggak bisa, Del. Gua harus pulang
Della: mas kenapa nggak bisa sayang sama Della?
Gua: Del, gua nggak bisa
Della: Mas Evan bisa lihat wajah Della yang sebenarnya?
Deg! pertanyaan itu membuat gua bergidik ngeri. Gua mundur beberapa langkah, dia tersenyum kecil tak lagi manis, tapi menakutkan.
Della: Mas Evan sama saja seperti laki-laki yang lain dan aku...
Gua: Bukan gitu, del..
Della mendekati gua dan kembali tersenyum: Kalau gitu, cium aku, Mas, aku bisa memberikan apapun yang Mas Evan mau
Gua menjauhkan diri gua dari Della, Della mendekati gua dan masih tak menyerah: Apa kurangnya aku, Mas?
Gua: Del, apa yang lu mau dari gua?
Della terdiam, dia menatap gua lurus-lurus dengan tatapan dingin. Membuat gua bergidik ngeri. Gua mencoba menenangkan diri dan berusaha menahan rasa takut gua
Della: kamu terlalu cerdas untuk aku perdaya rupanya
Gua: Apa mau? siapa sebenarnya lu?
Della tersenyum kecil, matanya berubah menjadi merah seperti darah. Gua masih melantunkan doa-doa dalam hati untuk mengusir rasa takut. dia berdiri di samping gua
Della: Yang aku mau? Apa kau akan memberikannya dengan mudah?
Gua: Apa mau lu?
Della: Aku mau nyawamu!
Della tertawa keras sambil menatap gua, tawanya membuat gua bergidik ngeri. sekejap, wujudnya berubah menjadi mengerikan. Persis sama seperti yang gua liat waktu itu.
Sepeninggalan Pakde Iyan gua terdiam sendirian di ruang tamu, gua nggak habis pikir, ternyata gua punya adik perempuan, banyak hal yang gua nggak tau, bahkan tentang diri gua sendiri. Gua menghampiri kamar emak dan Bapak, tapi belum gua ketuk pintunya, gua mendengar pembicaraan mereka dari balik pintu.
Emak: Pak, sudahlah jangan dipikirkan lagi.
Bapak: Nggak bakal aku korbankan anak kita, Bu. Kamu tau, aku ndak bisa kehilangan anak untuk kedua kalinya. Apalagi epan masih sangat muda, mana mungkin aku rela mengorbankan dia. Lebih baik aku mati, daripada kehilangan anak untuk kedua kalinya.
Emak: Aku juga ndak mau kehilangan anak lagi. Tapi tadi Iyan cerita sama aku, Pak, dia bilang Mbah encok bermaksud menyinggung tentang darah iblis yang ternyata sama dengan darah epan, apakah mungkin...
Bapak: Maksudmu, Lia mengorbankan anak kita itu? lalu dia berubah menjadi iblis?
Emak: Aku ndak ngerti, Pak. Yang jelas, apa yang harus kita lakukan?
Bapak: Apa lagi? jalanin aja, yang pasti, sekarang kita harus menjaga epan sebaik-baiknya. Masalah sakitku, aku bisa menahannya. Aku ndak apa-apa sampe kalau misalnya aku memang harus meninggal karna penyakit ini, yang penting anakku baik-baik saja. Epan adalah harapan aku satu-satunya, demi Tuhan, aku lebih baik daripada kehilangan anak satu-satunya yang aku miliki
Emak: Jujur, aku ndak ngerti, aku pernah melihat epan bicara sendiri di kamarnya, sambil tertawa, aku takut apakah dia bisa....
Bapak: Seperti Iyan? Aku juga ndak mengerti, Bu. Kita bahkan ndak tau, iblis itu perwujudannya apa.
Emak: Iya, itu permasalahannya.
Gua mengurungkan niat gua untuk mengetuk pintu kamar emak, gua pun berjalan ke kamar gua. Gua masih terdiam, Ya Tuhan, apa yang harus hambamu lakukan? sekarang pilihannya dua sih, apakah gua diam saja dan membiarkan bapak gua seperti ini terus atau gua harus membasmi iblis itu, dengan taruhannya nyawa gua. Gua menatap ke luar jendela, masih pemandangannya sama. segerombolan tuyul kecil bermain di bawah pohon mangga di belakang rumah gua. Gua rasakan angin semilir menyentuh wajah gua. Hp gua berdering, gua segera menjawab panggilan itu.
Xxx: Hallo, evan? ini aku Myanca, kamu apa kabar?
Gua: Myanca? gua baik-baik aja. ada apa, ca? Lu baik-baik aja, kan?
Myanca: Mmm, sebenarnya aku mau mengabarkan kalau...
Gua: Ya?
Myanca: Ciciku kemarin mencoba membunuh dirinya
Gua: Ya Tuhan, lalu dia nggak terluka, kan?
Myanca: Puji Tuhan, urat nadinya nggak putus. Dokter menanganinya dengan cepat. Van, kamu nggak bakal lama lagi kan kembali?
Gua: Secepatnya, gua akan balik. setelah masalah gua di sini kelar, Ca. Sementara, lebih baik, pakaikan jimat yang gua kasih di leher cici lu. Pastikan senjata tajam jauh dari dia. Dan kalau bisa, sering lu doakan. Gua akan balik secepatnya
Myanca: Iya, Van. terima kasih ya.
Gua: Iya, Jaga diri lu ya.
Myanca: Terima kasih, Van. Oo yah Van...
Gua: Ya? Ada apa lagi, Ca?
Myanca: mmmm..
Gua: Ya? lu baik-baik saja kan?
Myanca: aku...
Gua: lu nggak di gangguin makhluk itu kan?
Myanca: Iya, aku.... aku... aku kangen sama kamu, van. cepat kembali ya? Bye.
Klik! sambungan telepon dari ujung sana di putus, gua bahkan belum menjawab pernyataannya Myanca tadi. Wajah gua mendadak panas, yang tadinya bingung jadi pingin senyum sendiri. Ada aja cara Tuhan membahagiakan umatnya yang lagi stress, kejutan kecil ada cewek yang kangen sama gua. Selama gua hidup 25 tahun an ini, belum pernah ada yang bilang gitu ke gua. gua masih memegangi hp gua sambil tersenyum.
Tuyul 1: Jjah, si bos muda senyum-senyum sendiri, kayaknya dia gila
Tuyul 2: Yah, bos muda senyum-senyum juga ndak ada manis-manisnya, duitnya ndak ada. ndak ada gunanya tuh
Gua melotot menatap tuyul-tuyul kecil itu memergoki gua lagi senyum sendirian, gua tutup jendela dan duduk di meja kerja gua, gua menaruh hp gua dan baru sadar ada sms dari Della
From: Della
Mas Evan, Jadi ketemu nanti?
Gua menghela nafas panjang, benar, gua harus segera menyelesaikan urusan gua dengan cepat. Ada banyak hal yang harus gua urus lagi nantinya, gua pun memutuskan untuk membalas pesan Della.
Di Pos Jaga deket rumah lu aja ya? Jam 3 sore nanti gua ke sana.
gua tekan tombol sent, beberapa detik kemudian Della membalas pesan gua dengan lambang smiley. Menandakan dia setuju. Gua mengambil keris yang diberikan oleh Pakde Iyan dan menghela nafas panjang-panjang. Gua menutup mata gua sejenak untuk berdoa dan menenangkan pikiran gua. Gua merasakan Hawa dingin di samping gua, gua melihat Kayla duduk manis di sebelah gua.
Kayla: Aku mendoakan kamu, Van. Aku yakin, kamu bisa
Gua menatapnya sambil tersenyum: Gua bakal berusaha, Kay. Gua bakal selesaiin urusan gua, untuk nantinya bantuin lu, Kay.
Kayla: Iya, Van.
Kayla tersenyum, kemudian gua kembali menutup mata gua untuk berkonsentrasi pikiran gua untuk kembali fokus menenangkan pikiran dan membaca doa-doa untuk menenangkan pikiran dan agar gua lebih siap nantinya, gua nggak tahu apa maksud ajakan Della tadi. tapi gua ingin segera mengakhiri semua cerita ini.
***
Della tampak cantik hari ini, dengan paduan rok kain batik dan baju lengan pendek warna hitam, kontras banget penampilannya dengan yang gua liat saat gua melakukan astral projection. Della tersenyum kecil, menjelang malam, desa gua mulai ramai karna malam ini gerhana bulan penuh. Desa gua suka nonton gerhana bulan ramai-ramai. Orang-orang yang melihat kami tampak tersenyum, pasti mereka beranggapan bahwa gua dan della sedang pacaran. Della masih bersikap normal dengan bercerita tentang desa kami, mengajak gua untuk melihat sekeliling desa bak tour guide yang sedang menjelaskan ke turisnya. Gua hanya diam dan sesekali mengangguk pelan.
Della: Kamu udah lama banget nggak pulang, pasti merasakan beda banget desa ini dengan yang dulu kan?
Gua: Lu kayak mengerti banget desa ini, del. Kalau gua nggak nggak kenal lu, gua pasti mikirnya lu tetua desa ini
Della tersenyum: Iya, aku nyaman di sini. Dan aku ingin selalu begini, di desa ini dan mengabdi di sini
Gua: Gak ada niat ke kota? Lu kan bisa cari kerjaan lebih baik di jakarta
Della: Aku sudah bahagia di sni
Gua tertegun, gua menatap Della. Dia emang cantik banget, wajar kalo sekarang banyak yang melihat gua dengan tatapan iri, karna gua bisa jalan dengan kembang desa. #seandainyamerekatahusiapadellasebenarnya
Gua: Sebenarnya apa cita-cita lu?
Della: Banyak
Gua: salah satunya?
Della: Menikah dan punya keluarga, menata desa ini, hidup selama mungkin
Gua: Hidup selama mungkin?
Della tersenyum: Iya, bukannya semua orang takut mati
Gua: Kalau mati lebih baik, apa yang perlu ditakutkan?
Della: Kamu nggak takut mati?
Gua: Takut, itu namanya kemelekatan. Kata bapak gua, kosong itu isi dan isi adalah kosong. Hidup itu memang kita yang jalani, tapi bukan milik kita. Tapi karna kita yang menjalaninya, jadinya kita merasa memiliki hidup ini. Padahal kan hidup ini punya Tuhan, bukan manusia
Della: ooh gitu, oo yah, kamu pernah makan jagung bakar di sana?
***
Della dan gua memilih untuk makan jagung bakar di pinggiran pondok di sekitar kebun jagung milik warga. Malam sudah makin larut dan matahari sudah mengistirahatkan diri berganti dengan bulan yang tampak genit pelan-pelan muncul, suasana makin dingin dan disekitar pondok kami memang sepi. Della masih asyik bercerita tentang desa kami. Sampai dia kelihatannya menyadari, gua tak menyimak pembicarannya.
Della: Mas Evan
Gua: Ya?
Della: kamu melamun? aku membosankan ya?
Gua: Mmm, nggak Del. Gua rasa...
Della mencoba mendongak ke luar pondok dan melihat bulan mulai berani memancarkan sinarnya dengan percaya diri, bulat sempurna.
Della: Bagus ya bulannya
Gua pun melihat ke luar, dan ikut terpesona dengan bulan yang tampak cerah bersinar. karna desa gua udaranya bebas polusi, jadi bulan dan bintang tampak cerah tak ditutupi asap polusi di langit.
Gua: Iya
Tanpa aku sadari, Della sudah menyandarkan kepalanya di bahu gua. Gua mencoba untuk menjauhkan diri, tapi tangan Della mencoba menahan gua, gua jadi inget kejadian saat Della menarik tangan gua dalam astral projection tempo hari.
Gua: Del
Della: ha?
Gua mencoba menjauhkan kepalanya dari bahu gua dan duduk menjauh, gua masih was-was. bayangin aja broh, kalau lu disandarin sama iblis, apa yang lu rasain? merinding merinding disco gitu rasanya. Della menatap gua.
Della: Mas Evan, Della sayang sama Mas Evan
Gua: Maaf Del, lu kan tahu kalau..
Della mendekati gua, makin dekat dan dekat sampai gua bisa mencium aroma tubuhnya yang wangi khas bunga melati, gua mulai keringat lagi, seperti kebiasaan gua. Karna Della itu cantik banget sekarang, dia berhenti di depan wajah gua sehingga wajah gua dan wajah dia berjarak 10cm, gua bisa melihat bahwa dia cantik banget sekarang.
Della: Mas Evan bisa belajar mencintai Della?
Gua hanya diam, kayak terhipnotis, gak bisa bicara ataupun menjauh. Jujur, sebagai cowok normal susah nolak kalau ada cewek cantik di depan gua. Della seolah memegang kontrol semuanya, Della makin dekat dengan gua dan bibirnya hampir menyentuh bibir gua. Tapi tiba-tiba ntah darimana gua seolah mendengar suara Kayla.
Kayla: Van, sadar. Van, bangun
Gua menjauhkan diri gua dari Della. sehingga Della tampak kaget.
Gua: Del, gua..
Della mendekati gua lagi: Kenapa, Mas?
Gua: gua nggak bisa, Del. Gua harus pulang
Della: mas kenapa nggak bisa sayang sama Della?
Gua: Del, gua nggak bisa
Della: Mas Evan bisa lihat wajah Della yang sebenarnya?
Deg! pertanyaan itu membuat gua bergidik ngeri. Gua mundur beberapa langkah, dia tersenyum kecil tak lagi manis, tapi menakutkan.
Della: Mas Evan sama saja seperti laki-laki yang lain dan aku...
Gua: Bukan gitu, del..
Della mendekati gua dan kembali tersenyum: Kalau gitu, cium aku, Mas, aku bisa memberikan apapun yang Mas Evan mau
Gua menjauhkan diri gua dari Della, Della mendekati gua dan masih tak menyerah: Apa kurangnya aku, Mas?
Gua: Del, apa yang lu mau dari gua?
Della terdiam, dia menatap gua lurus-lurus dengan tatapan dingin. Membuat gua bergidik ngeri. Gua mencoba menenangkan diri dan berusaha menahan rasa takut gua
Della: kamu terlalu cerdas untuk aku perdaya rupanya
Gua: Apa mau? siapa sebenarnya lu?
Della tersenyum kecil, matanya berubah menjadi merah seperti darah. Gua masih melantunkan doa-doa dalam hati untuk mengusir rasa takut. dia berdiri di samping gua
Della: Yang aku mau? Apa kau akan memberikannya dengan mudah?
Gua: Apa mau lu?
Della: Aku mau nyawamu!
Della tertawa keras sambil menatap gua, tawanya membuat gua bergidik ngeri. sekejap, wujudnya berubah menjadi mengerikan. Persis sama seperti yang gua liat waktu itu.
adityazafrans dan 5 lainnya memberi reputasi
6