- Beranda
- Stories from the Heart
KEBERUNTUNGAN ITU KUTEBUS DENGAN DARAH
...
TS
riegazendra
KEBERUNTUNGAN ITU KUTEBUS DENGAN DARAH

Cover by Pandamania80
Salam Kenal
Setelah sekian lama jadi pembaca disini akhirnya saya mutusin untuk berbagi sepenggal kisah hidup saya.
Disini saya masih newbi banget
jadi mohon maaf dan mohon bantuan juga sarannya kalau sekiranya ada kesalahan dalam penulisan atau dalam cerita yang saya buat ini saya melakukan pelanggaran-pelanggaran yang ditetapkan dalam SFTH (semoga ngga di Close atau di Baned..Piss
Momod)Sebut aja saya Riendi saya seorang istri dengan satu anak laki-laki (Macan nieh hehehe
), saya juga seorang Guru di dua sekolah. Orang bilang saya pendiam Cuma jika sudah bertemu dengan orang-orang yang klop saya bisa jadi cerewet, apalagi kalau sedang bareng-bareng dengan sahabat-sahabat saya bisa kambuh koplaknya
Kisah ini berdasarkan kisah nyata saya dengan ada sedikit penambahan pada tiap alur dan percakapan antar tokoh tanpa mengurangi atau menambahkan kejadian real nya. Demi menjaga privasi untuk setiap tokoh dalam kisah ini akan saya samarkan, begitu pula tempat kejadian.
Saya menulis kisah ini murni hanya ingin menjadikan thread ini sebagai diary saya dan sebagai pengingat saya dikala saya kehilangan semangat karena kisah ini adalah sepenggal dari jalan hidup saya yang menjadi titik balik pencapaian saya saat ini, jika kisah ini dapat dijadikan hikmah oleh para reader saya sangat bersukur. Dan sekali lagi mohon maaf jika dalam alur penulisan kurang bagus karena sebenarnya saya tidak punya basic dalam tulis menulis.
Spoiler for INDEX:
Spoiler for POV SUAMI:
Spoiler for SIDE STORY SEBELUM MENIKAH:
Spoiler for TAHAPAN PROSES BAYI TABUNG:
PART 1 Tahun 2013
Aku keluar dari kamar bercat putih dengan mata berkaca-kaca sambil meringis menahan sakit “kenapa?” tanya suamiku yang menungguku diruang tunggu karna dilarang masuk oleh bidan yang tadi menanganiku “bidannya kasar banget aku berasa dirudapaksa” bisikku pelan tepat ditelinga suamiku karena khawatir ada petugas rumah sakit yang mendengar lalu tersinggung. Setelah mengambil obat yang diresepkan dan membayarnya kami segera pulang.
Kami pasangan suami-istri yang menikah dari tahun 2004 dan kami memiliki seorang anak laki-laki yang gagah dan ganteng berusia 5tahun. Ditahun 2010 lalu aku divonis kista oleh dokter dan harus menjalani operasi, padahal saat itu aku dan suami sudah berniat untuk nambah jumlah anggota keluarga. Pasca operasi aku dinyatakan sembuh walaupun tetap aku harus jaga pola makan, aku pun mulai hidup sehat dengan konsumsi obat-obatan herbal. Tapi entah kenapa memasuki bulan Agustus tahun 2013 aku mengalami pendarahan, selalu ada bercak cokelat di celana dalamku inilah yang membuat aku akhirnya mengalami kejadian tidak enak dirumah sakit tadi “pokoknya aku ga mau lanjutin pengobatan di rumah sakit itu, cukup sekali aja tadi aku kesitu ga mau lagi-lagi” gerutuku saat aku dan suami tiba dirumah, memang aku dan suami baru pertama berobat ke rumah sakit tersebut pertimbangan kami jarak rumah sakit yang tidak begitu jauh dengan rumah kami karena masih satu kota “terus maunya gimana? Aku kan udah usulin untuk berobat kerumah sakit tempat kamu operasi dulu” sahut suamiku sambil mengelus lembut rambutku berusaha meredam emosiku, aku hanya terdiam mendengar komentarnya, memang dari awal aku mengalami pendarahan suami sudah menyarankan aku untuk check up ke rumah sakit yang dulu menanganiku saat operasi kista tapi karena rumah sakit itu letaknya cukup jauh berbeda kota dengan rumah kami yang pastinya akan memakan banyak waktu kalau harus bolak balik belum lagi waktu prakteknya terbentur dengan waktu kerjaku makanya aku coba alternatif untuk cari rumah sakit yang dekat.
Beberapa hari setelah kejadian dirumah sakit tersebut aku memutuskan untuk melakukan check up ke rumah sakit yang dulu menangani operasi kista ku “Untuk kasus ibu harapan untuk bisa hamil lagi sangat tipis makanya kami menyarankan untuk ibu melakukan bayi tabung” penjelasan dokter membuatku sangat kaget, jujur saja dari 2010 aku dan suami sudah ingin memiliki anak lagi akan tetapi karena teridentifikasi adanya kista dirahimku dan mengharuskan aku untuk operasi pembersihan kista makanya kami mundurkan niat kami untuk memiliki anak “ada baiknya saat check up kedua nanti ibu usahakan diantar suami, agar nanti suami pun paham kondisi ibu” lanjut dokter itu aku berpaling dan menatap perempuan disebelahku dia tersenyum sambil meremas jemari tanganku mungkin untuk memberi suport padaku “kebetulan hari ini suami saya sedang kerja Dok, makanya saya minta antar kakak saya” jawabku pelan mungkin hampir tidak terdengar. Memang saat itu aku meminta sahabat yang sudah sangat dekat denganku untuk menemaniku check up karena suamiku sedang berhalangan. Dia adalah sahabat yang sudah seperti kakak ku sendiri kami selalu berbagi dalam segala hal bahkan saking dekatnya kami teman-teman kerja selalu menjuluki kami Soulmate Double R atau Soulmate Renata dan Rienda “baiklah usahakan check up kedua nanti suami ibu bisa datang” ucap dokter lagi “iya terima kasih Dok” seruku seraya berdiri dari tempat duduk dan keluar dari ruang pemeriksaan, serasa tak ingin lebih lama lagi berbicara dengan dokter itu, karena kupikir semakin banyak dokter menjelaskan tentang kondisiku semakin membuat aku sesak. Ya sesak perasaan itu yang aku rasakan saat mendengar vonis dokter tadi, bayangkan perempuan mana yang tidak sedih jika divonis tidak bisa memiliki anak, walaupun saat itu dokter mengatakan masih bisa untuk aku memiliki anak walaupun harapan itu tipis “tenang Rie Lillahita’ala aja semua vonis dokter belum tentu benar, pasrah sama Allah” hibur Renata saat kami didalam mobil Trans menuju pulang aku hanya mengangguk lemah masih syok dengan vonis dokter tadi karena aku dan suami memang sangat menginginkan hadirnya seorang anak ditengah-tengah rumah tangga kami
Diubah oleh riegazendra 28-07-2019 17:11
jiyanq dan 20 lainnya memberi reputasi
19
100K
793
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•51.8KAnggota
Tampilkan semua post
TS
riegazendra
#335
Part 67
Hampir 30menit aku dan Bapak menunggu Kepala SMA Negeri itu kembali keruangannya, Bapak sudah mulai terlihat jenuh dan kesal aku juga sudah mulai merasa tidak enak khawatir Kepala SMA Negeri mempermainkan kami lagi seperti dulu. Aku ambil HP dan menghubungi Yuli lewat BBM untuk mencari tahu keberadaan Kepala Sekolah
Aku “Say sorry mau nanya dong, Kepsek ada disitu ga? Soalnya aku sama Bapakku nungguin dari tadi diruangannya”
Yuli “Ada say lagi ngobrol”
Aku “Oh, aku nungguin disini lama banget”
Yuli “Bentar lagi kesana kayanya Say”
Aku “Makasih Say”
Dan betul yang dikatakan oleh Yuli tidak lama kemudian Kepala Sekolah itu kembali ke ruangannya menemui aku dan Bapakku
“Maaf tadi ada tamu, ada wartawan, terpaksa saya temui dulu” jelasnya yang aku tahu itu bohong
Baik aku dan Bapakku tidak ada yang menyahuti penjelasan Kepala SMA Negeri karena sudah terlanjur dibuat kesal menunggu
“Begini aja Pa, karena saya juga ada kepentingan lain, saya ngga bisa basa basi lagi, saya hanya ingin minta kejelasan terkait dengan berkas-berkas anak saya” todong Bapakku dengan nada kesal
“Maaf Pa, masalah itu memang sudah saya pertimbangkan karena saya juga mendapat tekanan dari guru-guru disini, makanya saya ngga bisa sembarang kasih aja” jawab Kepala SMA Negeri
“Berkas itu kan hak anak saya, karena benar adanya kalau anak saya mengajar disini, kenapa jadi dipersulit begini?” desak Bapakku
“Iya tapi masalahnya saya juga dapat tekanan dari guru-guru” kilah Kepala SMA Negeri
“Loh Pa terlepas dari tekanan, itu kan memang hak saya sebagai orang yang bekerja disekolah ini juga!!” tiba-tiba suaraku meluncur begitu saja karena dorongan emosi
“Iya, tapi bukannya Ibu sudah tidak menganggap saya sebagai pimpinan” seru Kepala SMA Negeri
“Maksudnya gimana sih Pa?” tanya ku jengkel
“Ibu pernah menulis di BBM kalau saya tidak pantas jadi pemimpin kan?” tuduhnya
Aku terdiam mengingat apa yang pernah aku tulis, dan ingatanku sampai pada saat Kepala SMA Negeri tidak menepati janjinya pada Bapakku waktu kami datang menemuinya disini, dan karena saking kesalnya aku menulis pada Private Massage BBM ku kalimat menyindir Kepala SMA Negeri.
Ya Tuhan aku termakan oleh senjataku sendiri, tapi bukannya Kepala SMA Negeri tidak pakai BBM, dari mana dia bisa tahu tentang kalimat yang aku tulis?? Pikiranku langsung teringat pada dua nama Nur dan Yuli, rekan guru di SMA Negeri yang menyimpan kontak BBM ku hanya mereka berdua mungkinkah mereka berdua yang mengadukan atau salah seorang dari mereka.
Aku tersadar dari lamunanku dan melihat tatapan tajam Bapakku kearahku, sepertinya Beliau kecewa dengan tuduhan yang diarahkan padaku
“Masalah pantas tidaknya jadi pimpinan kan yang nilai dinas bukan pegawai bawahan” sindir Kepala SMA Negeri
“Saya minta maaf jika status saya menyinggung Bapak, tapi bukankah Bapak lebih mengecewakan kami dengan mengingkari janji pada Bapak saya” kataku membela diri
“Masalah ingkar janji kan saya sudah jelaskan tadi, kalau saya mendadak ada panggilan dari kampus untuk mengurus tesis” sanggah Kepala SMA Negeri
“Ya saya juga minta maaf kalau Bapak tersinggung masalah status saya itu” timpalku
“Harusnya kalau Ibu ada masalah dengan saya bicara langsung saja pada saya, jangan lewat-lewat media sosial” kata Kepala SMA Negeri
Aku benar-benar dibuat emosi saat itu, jika saja tidak ada Bapakku ingin rasanya beradu argumen dengan Kepala SMA Negeri, apalagi kemudian Bapakku minta maaf pada Kepala SMA Negeri atas perbuatanku yang menyindir Kepala SMA Negeri di BBM
“Baik Pa saya minta maaf atas apa yang dilakukan oleh anak saya, mohon dimaklum karena dia memang masih sangat muda jadi emosinya masih labil” kata Bapakku yang membuat hatiku benar-benar sakit mendengarnya, karena kebodohanku harga diri Bapakku jadi korban
“Saya kembali inti masalah, maksud dari kedatangan saya kesini, saya ingin minta kejelasan berkas yang dibutuhkan anak saya” kata Bapakku lagi
“Untuk masalah berkas saya tidak bisa memberikan keputusan sendiri, sebentar saya panggil bawahan saya dulu” kata Kepala SMA Negeri lalu menghubungi seseorang dengan HP nya
Saat dia menelepon terlintas dipikiranku mungkin yang dihubunginya adalah Nur salah satu teman dekatku yang sekarang sangat dekat dengan Kepala SMA Negeri karena diberi jabatan menjadi Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum
“Sebentar ya kita tunggu bawahan saya dulu, baru saya bisa kasih jawaban mengenai berkas-berkas itu” kata Kepala SMA Negeri pada aku dan Bapakku setelah selesai menelepon
Tidak begitu lama
“Assalamualaikum” seru sebuah suara
“Walaikumsalam” jawabku Bapakku dan Kepala SMA Negeri serentak
“Ayo Pa masuk” Kepala SMA Negeri mempersilahkan orang itu masuk
“Apa kabar Pa?” sapaku pada orang itu saat menyambut jabatan tangannya
Ternyata yang masuk adalah pa Firdian (FYI pa Firdian ini pernah ane munculkan di Part sebelumnya)
“Ini Pa, bu Riendi dan Bapaknya datang kesini untuk minta berkas yang dibutuhkannya untuk persyaratan CPNS, gimana menurut Bapak?” tanya Kepala SMA Negeri pada pa Firdian saat dia baru saja duduk
Disini Aku ngerasa semakin emosi melihat sikap Kepala SMA Negeri, bayangkan saja dia adalah pimpinan di Sekolah tapi kenapa untuk mengambil sebuah keputusan kecil saja dia harus bertanya pada bawahannya
Padahal dia hanya diminta untuk memberikan berkas-berkas yang aku butuhkan dan berkas-berkas itu memang hak aku karena aku benar pegawai di Sekolah tersebut, tapi kenapa urusannya sepetinya jadi dipersulit
Entah apa yang ada dalam pikiran Bapakku saat itu melihat kelakuan orang yang dari jabatan sama dengan Beliau tapi sikapnya benar-benar seperti remaja labil yang tidak bisa mengambil keputusan sendiri, sepertinya apa yang aku rasakan sama dirasakan oleh Bapakku juga karena kulihat berkali-kali beliau menggelengkan kepalanya kesal.
“Kalau menurut saya begini aja Pa, berikan saja berkas-berkas yang dibutuhkan sama bu Riendi” kata pa Firdian
Tidak aku sangka ternyata pa Firdian mendukung aku
“Loh Bapa ini gimana, nanti kalau guru-guru yang lain marah gimana” sanggah kepala SMA Negeri
“Ngga Pa, masalah guru-guru biar nanti saya yang tangani, toh berkas-berkas itu kan emang haknya bu Riendi, jadi kasihkan aja” kata pa Firdian membelaku
“Bu, Ibu punya kan SK mengajar dari awal sampai akhir?” tanya pa Firdian padaku
“Iya pasti saya punya Pa, kalau ngga percaya ini SK nya saya bawa” jawabku sambil memperlihatkan berkas-berkas asli yang sengaja aku bawa dari rumah karena aku tahu pertanyaan ini pasti akan ditanyakan
“Coba lihat Bu” kata Kepala SMA Negeri
“Maaf Pa, dilihatnya begini saja, saya tidak izinkan Bapak pegang berkas ini, karena ini asli dan hanya ada satu” seruku sambil mengangkat berkas itu memperlihatkan pada Kepala SMA Negeri tanpa harus memberikannya padanya karena aku sangat khawatir jika berkas itu akan dirusak oleh Kepala SMA Negeri.
“ya udah kalau begitu gini aja Pa, karena berkas-berkas yang dibutuhkan sama bu Riendi kebetulan saya yang sedang merapihkannya, nanti Bapak atau bu Riendi hubungi saya aja” jelas pa Firdian
“Serius Pa? saya tidak mau dipermainkan lagi” kata Bapakku
“Iya Pa, kebetulan saya juga kan lulus CPNS bareng Riendi jadi berkas yang bu Riendi butuhkan saya butuhkan juga” jelas pa Firdian
“Baik kalau begitu, karena sudah ada kejelasan, dan saya juga ada undangan rapat dengan MKKS, saya pamit dulu Pa” kata Bapakku seraya berdiri dan mengulurkan tangan pada Kepala SMA Negeri
“Saya minta maaf tidak bisa banyak membantu” basa basinya saat menjabat tangan Bapakku
Lalu gantian aku yang menjabat tangannya tanpa berbicara sepatah kata pun, sudah sangat muak untuk sekedar basa basi
“Bu nanti hubungi saya aja” bisik pa Firdian saat kami berjabatan tangan
Aku dan Bapakku pun keluar dari ruangan panas itu dan langsung menuju tempat parkir dimana mobil Bapakku terparkir, saat sudah masuk mobil
“Kepala Sekolah kok mencla mencle begitu, dimana wibawanya, Cuma masalah berkas aja harus manggil guru buat nemenin dia ngomong, apa ga dibilang pengecut!” ujar Bapakku kesal
“hufth yaaaa begitu lah” seruku seraya menghembuskan nafas berharap kekesalan yang tadi menyelimuti hati bisa hilang.
Mobil kami pun meluncur meninggalkan SMA Negeri, semoga aku tidak harus datang lagi ketempat ini apapun alasannya harapku dalam hati.
Hampir 30menit aku dan Bapak menunggu Kepala SMA Negeri itu kembali keruangannya, Bapak sudah mulai terlihat jenuh dan kesal aku juga sudah mulai merasa tidak enak khawatir Kepala SMA Negeri mempermainkan kami lagi seperti dulu. Aku ambil HP dan menghubungi Yuli lewat BBM untuk mencari tahu keberadaan Kepala Sekolah
Aku “Say sorry mau nanya dong, Kepsek ada disitu ga? Soalnya aku sama Bapakku nungguin dari tadi diruangannya”
Yuli “Ada say lagi ngobrol”
Aku “Oh, aku nungguin disini lama banget”
Yuli “Bentar lagi kesana kayanya Say”
Aku “Makasih Say”Dan betul yang dikatakan oleh Yuli tidak lama kemudian Kepala Sekolah itu kembali ke ruangannya menemui aku dan Bapakku
“Maaf tadi ada tamu, ada wartawan, terpaksa saya temui dulu” jelasnya yang aku tahu itu bohong
Baik aku dan Bapakku tidak ada yang menyahuti penjelasan Kepala SMA Negeri karena sudah terlanjur dibuat kesal menunggu
“Begini aja Pa, karena saya juga ada kepentingan lain, saya ngga bisa basa basi lagi, saya hanya ingin minta kejelasan terkait dengan berkas-berkas anak saya” todong Bapakku dengan nada kesal
“Maaf Pa, masalah itu memang sudah saya pertimbangkan karena saya juga mendapat tekanan dari guru-guru disini, makanya saya ngga bisa sembarang kasih aja” jawab Kepala SMA Negeri
“Berkas itu kan hak anak saya, karena benar adanya kalau anak saya mengajar disini, kenapa jadi dipersulit begini?” desak Bapakku
“Iya tapi masalahnya saya juga dapat tekanan dari guru-guru” kilah Kepala SMA Negeri
“Loh Pa terlepas dari tekanan, itu kan memang hak saya sebagai orang yang bekerja disekolah ini juga!!” tiba-tiba suaraku meluncur begitu saja karena dorongan emosi

“Iya, tapi bukannya Ibu sudah tidak menganggap saya sebagai pimpinan” seru Kepala SMA Negeri
“Maksudnya gimana sih Pa?” tanya ku jengkel
“Ibu pernah menulis di BBM kalau saya tidak pantas jadi pemimpin kan?” tuduhnya
Aku terdiam mengingat apa yang pernah aku tulis, dan ingatanku sampai pada saat Kepala SMA Negeri tidak menepati janjinya pada Bapakku waktu kami datang menemuinya disini, dan karena saking kesalnya aku menulis pada Private Massage BBM ku kalimat menyindir Kepala SMA Negeri.
Ya Tuhan aku termakan oleh senjataku sendiri, tapi bukannya Kepala SMA Negeri tidak pakai BBM, dari mana dia bisa tahu tentang kalimat yang aku tulis?? Pikiranku langsung teringat pada dua nama Nur dan Yuli, rekan guru di SMA Negeri yang menyimpan kontak BBM ku hanya mereka berdua mungkinkah mereka berdua yang mengadukan atau salah seorang dari mereka.
Aku tersadar dari lamunanku dan melihat tatapan tajam Bapakku kearahku, sepertinya Beliau kecewa dengan tuduhan yang diarahkan padaku
“Masalah pantas tidaknya jadi pimpinan kan yang nilai dinas bukan pegawai bawahan” sindir Kepala SMA Negeri
“Saya minta maaf jika status saya menyinggung Bapak, tapi bukankah Bapak lebih mengecewakan kami dengan mengingkari janji pada Bapak saya” kataku membela diri
“Masalah ingkar janji kan saya sudah jelaskan tadi, kalau saya mendadak ada panggilan dari kampus untuk mengurus tesis” sanggah Kepala SMA Negeri
“Ya saya juga minta maaf kalau Bapak tersinggung masalah status saya itu” timpalku
“Harusnya kalau Ibu ada masalah dengan saya bicara langsung saja pada saya, jangan lewat-lewat media sosial” kata Kepala SMA Negeri
Aku benar-benar dibuat emosi saat itu, jika saja tidak ada Bapakku ingin rasanya beradu argumen dengan Kepala SMA Negeri, apalagi kemudian Bapakku minta maaf pada Kepala SMA Negeri atas perbuatanku yang menyindir Kepala SMA Negeri di BBM
“Baik Pa saya minta maaf atas apa yang dilakukan oleh anak saya, mohon dimaklum karena dia memang masih sangat muda jadi emosinya masih labil” kata Bapakku yang membuat hatiku benar-benar sakit mendengarnya, karena kebodohanku harga diri Bapakku jadi korban

“Saya kembali inti masalah, maksud dari kedatangan saya kesini, saya ingin minta kejelasan berkas yang dibutuhkan anak saya” kata Bapakku lagi
“Untuk masalah berkas saya tidak bisa memberikan keputusan sendiri, sebentar saya panggil bawahan saya dulu” kata Kepala SMA Negeri lalu menghubungi seseorang dengan HP nya
Saat dia menelepon terlintas dipikiranku mungkin yang dihubunginya adalah Nur salah satu teman dekatku yang sekarang sangat dekat dengan Kepala SMA Negeri karena diberi jabatan menjadi Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum
“Sebentar ya kita tunggu bawahan saya dulu, baru saya bisa kasih jawaban mengenai berkas-berkas itu” kata Kepala SMA Negeri pada aku dan Bapakku setelah selesai menelepon
Tidak begitu lama
“Assalamualaikum” seru sebuah suara
“Walaikumsalam” jawabku Bapakku dan Kepala SMA Negeri serentak
“Ayo Pa masuk” Kepala SMA Negeri mempersilahkan orang itu masuk
“Apa kabar Pa?” sapaku pada orang itu saat menyambut jabatan tangannya
Ternyata yang masuk adalah pa Firdian (FYI pa Firdian ini pernah ane munculkan di Part sebelumnya)
“Ini Pa, bu Riendi dan Bapaknya datang kesini untuk minta berkas yang dibutuhkannya untuk persyaratan CPNS, gimana menurut Bapak?” tanya Kepala SMA Negeri pada pa Firdian saat dia baru saja duduk
Disini Aku ngerasa semakin emosi melihat sikap Kepala SMA Negeri, bayangkan saja dia adalah pimpinan di Sekolah tapi kenapa untuk mengambil sebuah keputusan kecil saja dia harus bertanya pada bawahannya

Padahal dia hanya diminta untuk memberikan berkas-berkas yang aku butuhkan dan berkas-berkas itu memang hak aku karena aku benar pegawai di Sekolah tersebut, tapi kenapa urusannya sepetinya jadi dipersulit

Entah apa yang ada dalam pikiran Bapakku saat itu melihat kelakuan orang yang dari jabatan sama dengan Beliau tapi sikapnya benar-benar seperti remaja labil yang tidak bisa mengambil keputusan sendiri, sepertinya apa yang aku rasakan sama dirasakan oleh Bapakku juga karena kulihat berkali-kali beliau menggelengkan kepalanya kesal.
“Kalau menurut saya begini aja Pa, berikan saja berkas-berkas yang dibutuhkan sama bu Riendi” kata pa Firdian
Tidak aku sangka ternyata pa Firdian mendukung aku
“Loh Bapa ini gimana, nanti kalau guru-guru yang lain marah gimana” sanggah kepala SMA Negeri
“Ngga Pa, masalah guru-guru biar nanti saya yang tangani, toh berkas-berkas itu kan emang haknya bu Riendi, jadi kasihkan aja” kata pa Firdian membelaku
“Bu, Ibu punya kan SK mengajar dari awal sampai akhir?” tanya pa Firdian padaku
“Iya pasti saya punya Pa, kalau ngga percaya ini SK nya saya bawa” jawabku sambil memperlihatkan berkas-berkas asli yang sengaja aku bawa dari rumah karena aku tahu pertanyaan ini pasti akan ditanyakan
“Coba lihat Bu” kata Kepala SMA Negeri
“Maaf Pa, dilihatnya begini saja, saya tidak izinkan Bapak pegang berkas ini, karena ini asli dan hanya ada satu” seruku sambil mengangkat berkas itu memperlihatkan pada Kepala SMA Negeri tanpa harus memberikannya padanya karena aku sangat khawatir jika berkas itu akan dirusak oleh Kepala SMA Negeri.
“ya udah kalau begitu gini aja Pa, karena berkas-berkas yang dibutuhkan sama bu Riendi kebetulan saya yang sedang merapihkannya, nanti Bapak atau bu Riendi hubungi saya aja” jelas pa Firdian
“Serius Pa? saya tidak mau dipermainkan lagi” kata Bapakku
“Iya Pa, kebetulan saya juga kan lulus CPNS bareng Riendi jadi berkas yang bu Riendi butuhkan saya butuhkan juga” jelas pa Firdian
“Baik kalau begitu, karena sudah ada kejelasan, dan saya juga ada undangan rapat dengan MKKS, saya pamit dulu Pa” kata Bapakku seraya berdiri dan mengulurkan tangan pada Kepala SMA Negeri
“Saya minta maaf tidak bisa banyak membantu” basa basinya saat menjabat tangan Bapakku
Lalu gantian aku yang menjabat tangannya tanpa berbicara sepatah kata pun, sudah sangat muak untuk sekedar basa basi
“Bu nanti hubungi saya aja” bisik pa Firdian saat kami berjabatan tangan
Aku dan Bapakku pun keluar dari ruangan panas itu dan langsung menuju tempat parkir dimana mobil Bapakku terparkir, saat sudah masuk mobil
“Kepala Sekolah kok mencla mencle begitu, dimana wibawanya, Cuma masalah berkas aja harus manggil guru buat nemenin dia ngomong, apa ga dibilang pengecut!” ujar Bapakku kesal
“hufth yaaaa begitu lah” seruku seraya menghembuskan nafas berharap kekesalan yang tadi menyelimuti hati bisa hilang.
Mobil kami pun meluncur meninggalkan SMA Negeri, semoga aku tidak harus datang lagi ketempat ini apapun alasannya harapku dalam hati.
jiyanq memberi reputasi
1