dylancalistaAvatar border
TS
dylancalista
Diary Si Jomblo Perak (Cerita Cinta, Komedi, Plus Horror)




Hay agan dan aganwati, salam kenal. Ane new bie nih di kaskus, jadi mohon bantuannya untuk kasih saran atau kritik kalau cerita ane nnti rada mulai ngebosenin atau nggak nyambung.

Ane mau nulis cerita nih, tentang kehidupan jomblo yang ane lakoni, selama 25 tahun! Ceritanya nggak real 100%, tapi ada beberapa scene yang emang asli ane alami, Oo yah, Nama Ane Evan, keren ya nama ane? tapi sama teman-teman ane sering diplesetin jadi Epan, Yah, biar ga lama-lama berbasa basi, kita mulai aja ya gan? cekidot.

Quote:




Klik me!

Prolog

Part 1

Part 2

Part 3

Part 4

Part 5

Part 6

Part 7

Part 8

Part 9

Part 10

Part 11

Part 12

Part 13

Part 14 (1)

Part 14 (2)

Part 15 (1)

Part 15 (2)

Part 16

Part 17 (1)

Part 17(2)

Part 17(2)

Part 18(1)

Part 18(2)

Part 19(1)

Part 19(2)

Part 19(3)

Part 20

Part 21

Part 22

Part 23

Part 24

Part 25

Part 26

Part 26(2)

Part 27

Part 28

Part 29

Part 30(1)

Part 30(2)

Part 30(3)

Part 31(1)

Part 31(2)

Part 32(1)

Part 32(2)

Part 33

Part 34

Part 35

Part 36

Part 36(2)

Part 36(3)

Part 37(1)

Part 37(2)

Part 38(1)

Part 38(2)

Part 39

Part 40(1)

Part 41

Part 42

Part 43

Part 44

Part 45

Part 46

Part 47

Diubah oleh dylancalista 27-03-2019 14:27
Gimi96
jamalfirmans282
mrezapmrg97
mrezapmrg97 dan 27 lainnya memberi reputasi
28
321.9K
1.1K
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.5KThread42.2KAnggota
Tampilkan semua post
dylancalistaAvatar border
TS
dylancalista
#346
Part 27

Kaki gua masih lemas, jujur gua penakut. Dan liat kondisi kayak begitu, gua mau kabur tapi kaki gua lemes. Sementara Della masih di dalam kamar bak seorang singa yang terlihat segar karna udah menyantap mangsanya. Dia menatap sekeliling ruangan seolah mencari-cari sesuatu, gua memalingkan pandangan gua dengan cepat, gua tarik dapat nafas dalam-dalam dan gua mencoba tenang. gua harus kabur sebelum Della nyadar kalau gua melihat apa yang dilakukannya barusan. Gua berjalan pelan sambil mengumpulkan keberanian gua untuk mengendap-ngedap dan pergi dari tempat itu, gua takut gua bernasib sama seperti pria malang itu kalau sampai Della tahu apa yang gua lakukan tadi. Gua berlari kencang setelah memastikan gua jauh dari tempat tadi, gua mengambil sepeda yang gua titipkan di pos ronda tadi dan mengayuhnya kuat-kuat, kaki gua masih gemeter. gua bener-bener nggak pernah melihat peristiwa kayak begitu sebelumnya. Gua jadi mengerti, kenapa banyak sekali orang-orang yang gagal mendapatkan tujuannya ke desa gua karna bernasib sial dan malah dijadikan tumbal. Gua menarik nafas panjang dan mencoba untuk tetap tenang bahkan saat gua liat gerombolan pocong menyeberangi jalan dan menatap gua dengan tatapan mengejek karna kaki gua gemeter. Mereka tak menganggu gua tapi wajah mereka mengingatkan gua pada peristiwa yang gua alami ketika para makhluk-makhuk itu menyerang gua dengan brutal. Gua nggak tahu apa yang harus gua lakukan. Gua masih mengayuh sepeda gua kuat-kuat berharap gua sampai di rumah secepatnya. Begitu gua memasuki rumah gua langsung gua letakkan sepeda bapak dengan cepat dan gua berlari ke rumah, Dan gua melihat Bapak tampak pucat sedang memegangi dadanya.

Gua: Bapak kenapa?
Emak: Bapakmu muntah lagi. Kesehatanya makin buruk
Gua: Bapak harusnya nurutin aku ke rumah sakit aja harusnya
Bapak: Bapak cuma masuk angin, pan. nanti juga sembuh
Gua: Jangan bilan bapak muntah paku lagi?
Emak: Nggak lagi, pan. Bapakmu muntah biasa, tapi tiap malam dia sesak nafas sekarang. besok emak mau bawa ke dukun
Gua: Ngapain ke dukun si mak, udah ada dokter bukannya percaya medis malah percaya mantra
Emak: Tapi Bapakmu bukan sakit biasa pan, emak yakin
Gua: Yakin dari mana, Mak?
Emak: Udah jangan banyak nanya, emak bakal bawa bapakmu ke dukun besok.
Gua: Besok Epan ikut, Mak


Bapak dibantu emak ke kamarnya untuk beristirahat, gua juga cape seharian ini udah ngelawan hantu-hantu tadi, dicekik Della, terus mergokin Della yang mendadak horror. Gua berjalan ke kamar gua, pas banget hp gua berdering. Tanpa melihat nama orang yang menghubungi gua, langsung gua angkat.

Gua: Halo
Penelpon: Halo,Mas Evan. besok kamu jadi jalan-jalan sama aku ndak?


Deg! gua melirik kayla yang sedang duduk di meja kayu di samping tempat tidur gua, Kayla memberi isyarat lanjutkan saja pembicaraannya dengan mengangguk-angguk.

Gua: Del..la?
Della: Iya, Mas. Besok jadi kan?
Gua: Liat ntar ya, del, gua mau nemenin bapak gua dulu
Della: Bapak Mas kenapa?
Gua: Sedikit sakit
Della: Oogh, nanti aku jengukin sekalian deh mas. Sampai besok.
Gua: iya.


Klik! gua matikan sambungan telepon dari Della dan menatap Kayla dengan cemas.

Gua: Kay, apa yang harus gua lakuin?
Kayla: Apalagi? kamu hanya perlu menghadapinya.
Gua: gua nggak kenapa Della bisa mengerikan begitu dan apa maksud dia untuk menyakiti gua, Kay. kenapa dia bersikap baik di dunia nyata padahal dia..
Kayla: seperti kata pakdemu, pan, sebelum berperang kamu harus tau siapa yang kamu lawan. Kamu harus berani menghadapi hidupmu, pan. Pasti ada hikmah dari kejadian ini
Gua: Hikmah apa Kay? hidup gua berantakan sejak gua bisa melihat 'mereka'. salah satunya yang gua syukuri dari penglihatan ini adalah gua bisa liat lu.

Kayla terdiam, dia menunduk. wajahnya terlihat murung, dia menatap ke luar jendela untuk memalingkan pandangannya dari gua.

Kayla: Hanya saja, aku nggak tahu sampai kapan kita bisa bertemu, van.
Gua: Maksud lu apa, kay?
Kayla: dua minggu lagi menjelang seratus hari yang dulu aku ceritakan. aku bahkan nggak tahu sampai kapan aku bisa di sni.

Gua mendekati kayla dan menatapnya dengan tatapan bingung, matanya sembap. seperti menahan tangis, jujur, gua ikutan sedih liat dia begini. entah kenapa, tiap kali melihat dia bersedih rasanya dada gua sesak. Gua nggak ngerti kenapa. Tapi gua berjanji gua bakal melakukan apapun agar gadis itu nggak bersedih lagi.

Gua: Dan artinya dua minggu lagi lu bakal ninggalin gua?
Kayla: Aku nggak tahu, van
Gua: lu sebenarnya kenapa sih, kay? lu nggak pernah menyelesaikan cerita lu kenapa sampai butuh bantuan gua.
Kayla: Aku bahkan nggak mengingat apa-apa, van.
Gua: kay, gua janji gua bakal bantuin lu
Kayla: makasih, van


***



Pagi ini begitu gua bangun, Pakde sudah ada di ruang tamu gua. Dia bilang dia akan ikut mengantarkan bapak ke dukun. Dan dia juga memberikan sebuah keris kecil pada gua, dia berikan saat emak dan bapak tak melihatnya. Pakde Iyan sampai harus masuk ke kamar gua dulu agar orang tua gua tidak curiga. Keris itu adalah keris yang terbilang kecil, di hiasi dengan ukiran bergambar naga dan agak usang.

Gua: Ini apa pakde?

Pakde Iyan: Pakde rasa, kamu lebih membutuhkan keris ini daripada pakde. Pusaka-pusaka Pakde harus pakde wariskan, dan pakde rasa, kamu orang yang tepat. Kemarin Pakde sudah mengajarkanmu astral projection, di mana kamu bisa meraga sukma dan roh mu bisa berada di tempat lain meskipun badanmu di sini. Perbanyaklah berdoa, karna dunia ini milik Tuhan. Pusaka-pusaka yang Pakde berikan jangan lah membuatmu jadi menyembah benda mati, benda itu hanya sarana untuk melindungi diri. Tapi mereka bukan Tuhan. Ingatlah dunia ini adalah pemiliknya, mendekatkan diri dengan pemilik dunia ini dan meminta bantuannyalah pertolongan paling ampuh

Gua: Pakde kenapa bicara gitu?

Pakde Iyan: Pakde tau kamu akan bertemu Della hari ini. Kamu harus hati-hati, jangan terlalu mempercayai mereka karna mereka punya banyak tipu daya yang bisa mengelabui kita sebagai manusia. Apalagi sekarang kamu sudah tahu, siapa yang kamu hadapi.

Gua: Pakde, jujur aku merasa belum mampu

Pakde Iyan: Ya, kamu masih muda, pan. Diberikan penglihatan itu adalah tanggung jawab baru. Pakde tahu temanmu yang dijakarta juga butuh bantuanmu kan? Tapi utamakan keluargamu, pan, karna saat ini kamu tahu, 'Dia' mengincarmu. Dan pastinya keluargamu akan terkena imbasnya

Gua: Maksud Pakde, bapak begini karna?

Pakde Iyan: Pakde belum tahu jelas, jujur pakde tak bisa melihat apa sebab bapakmu begitu. Mungkin saja ini pancingan mereka untuk membuatmu lengah dan tak terkendali

Gua: Harus nggak epan nemuin Della, Pakde? Jujur epan takut

Pakde Iyan tertawa kecil, dia menepuk-nepuk pundak gua: Kamu itu lelaki. Lelaki tugasnya melindungi. Melindungi dirinya, keluarganya, temannya, dan dengan penglihatan yang diberikan oleh Tuhan ini juga kamu diberikan kesempatan untuk melindungi orang lain. Kamu tahu kalau kamu tak menyelesaikan masalah ini, akan lebih banyak orang yang mengalami hal-hal buruk.

Gua: Tapi gimana kalau aku gagal, Pakde?

Pakde Iyan: Kenapa kamu pesimis banget? Banyak hal yang kamu nggak tahu, Pan. Bahkan Pakde yakin, kamu nggak mengenal dirimu sendiri.

Gua: Maksud Pakde?

Pakde tak menjawab, dia hanya keluar dari kamar gua sambil tersenyum, gua mengikutinya. Emak dan Bapak sudah di rumah tamu menunggu kami untuk mengantar Bapak ke dukun. Jujur, gua nggak percaya dengan dukun. Tapi gua rasa, gua butuh petunjuk tentang apa yang dialami Bapak.


***



Delman kami berhenti di rumah tua di pinggir kebun pisang milik warga. Gua menatap rumah yang mungkin lebih cocok dikatakan gubuk itu tampak sangat memprihatinkan. Tampak rusak dan tak terurus.

Gua: Emak yakin ini rumahnya Mbah Encok?

Emak mengangguk pelan, sambil mengandeng Bapak ke dalam. Pakde iyan dan gua mengikutinya dan memasuki rumah itu. Rumahnya gelap dan tampak bau khas bunga melati. Gua merasa auranya negative karna bukan hanya bulu kuduk gua yang merinding, tapi karna gua bisa melihat makhluk-makhluk menyeramkan yang berlalu lalang dan menatap kami dengan tatapan sinis. Gua melirik ke salah satu ruangan yang sepertinya ruang tunggu, ada banyak orang yang menunggu. Udah kayak dokter spesialis aja, dan ada beberapa wanita dan pria yang menunggu juga dengan cemas saat kami datang. kami duduk dan seorang pria bertubuh pendek mendekati kami dan menyodorkan nomor antrian, persis kayak dokter spesialis aja yah. Gua menunggu dengan cemas. Karna kami datang pagi banget, jam tiga subuh, jadi kami dapat antrian kedua puluh. setelah kami datang, masih banyak orang-orang yang datang juga. Singkat cerita, akhirnya kami pun masuk. Ke ruangan 'praktek' mbah encok, sesuai perkiraan gua, mbah encok itu nggak serem-serem banget, dia pake baju serba hijau dan jenggotnya tampak belum dicukur. ruangannya gelap dan hanya diterangi dengan 3 lilin. dan aroma melatinya kuat banget, sekeliling ruangan gua liat beberapa makhluk tak kasat mata memenuhi ruangan mbah encok.

Mbah Encok: Ada pa, bu?

Emak: Suami saya, Mbah. dia sakit lagi, dia beberapa hari yang lalu muntah paku dan sekarang dia sering muntah tiap kali makan, tubuhnya lemas dan tiap kali tidur, dia merasa sesak. Kenapa ya?


Mbah Encok tampak menundukkan kepalanya, seolah berpikir. Padahal gua melihat seorang makhluk bertubuh besar mendekatinya dan membisikkan sesuatu kepadanya. Lalu mbah encok mengangguk-angguk. Makhluk besar itu menatap gua dengan tatapan sinis, dia kayaknya kurang suka karna gua bisa melihatnya.

Mbah Encok: Suami ibu diikutin iblis

Emak: Iblis? Ya ampunn, gimana cara nyembuhinnya Mbah?

Mbah Encok kembali menunduk, lalu makhluk besar itu kembali membisikkan sesuatu kepadanya. Makhluk besar itu menunjuk gua lalu mbah itu kembali mengangguk-angguk.

Mbah Encok: Hanya Anak ibu yang bisa menyembuhkannya

Emak menatap gua dengan tatapan cemas, lalu kembali menatap Mbah Encok.

Emak: Maksud Mbah?

Mbah Encok: Karna hanya darahnya lah yang bisa menyembuhkan bapaknya


Emak dan Pakde Iyan menatap gua dengan tatapan bingung, Bapak bangun dari tempatnya dan beranjak pergi.

Diubah oleh dylancalista 20-01-2017 08:40
anonymcoy02
pulaukapok
adityazafrans
adityazafrans dan 4 lainnya memberi reputasi
5
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.