aku lupa kejadiaan ini waktu kelas berapa, bisa waktu aku kelas 5 atau 6 SD. saat itu sedang ramai sekali tentang cerita suster ngesot dan MR. gepeng. entah darimana cerita ini bermula namun saat itu untuk pergi ke ruangan sepi di sekitar sekolah sendirian merupakan momok yang mengerikan bagi kami bahkan untukku. Tak jarang siswa atau siswi jika ingin ke kamar mandi atau ke gudang selalu berdua. Yang aku ingat betul adalah saat aku mengalami kejadian ini tidak sendiri, bersama temanku namanya Yuna dan dalam kegiatan piket sehabis pulang sekolah.
Aku sedang merapikan meja-meja setelah di gunakan selama kegiatan belajar mengajar. Terlihat Yuna sedang menghapus papan tulis dan yang lain mengerjakan pekerjaan piket yang lain. Di luar bisa terlihat Rathi dan Ratha sedang makan, sedangkan yang lain entah lah ada dimana.

“Yuna, bisa tolong ambilin kain sama gagang pelnya ga? Ada di tempat biasa”, ucap salah satu temanku

“ok, bentar ya”, Yuna pun berlari kecil keluar kelas.

Aku yang sudah selesai merapikan meja bersandar di bawah papan tulis sambil memakan lollipop.

“huff huff huff”, terlihat Yuna sudah tiba tapi dengan wajah yang agak pucat

“mana Yuna barangnya?”, tanya temanku

“di tempat biasa ga ada, udah di pake kayanya. Tinggal yang di gudang lama”, jawab Yuna

“terus ada di gudang lama?”, tanya temanku lagi

Yuna terdiam cukup lama.

“Yuna”,sapaku

“eh iya Teo?”, jawabnya kaget

“ada di gudang lama?”, tanyaku

Dia tidak menjawab hanya menggeleng saja waktu itu. Ku lihat yang lain juga hanya diam.

“yuk ambil bareng gua”, ucapku sambil beranjak keluar

“ayo Yuna”, lanjutku

Dia tetap tidak menjawab hanya mengikutiku dari belakang
Setelah sampai di gudang yang lama ku coba buka pintu dan terbuka. Ku cari saklar lampu, saat ku coba nyalakan ternyata terangnya remang-remang, sehingga kami tidak terlalu jelas melihat di dalam.

“gua cari di sini, lu disana Yuna”, ucapku

Dia tetap diam tak menjawab sambil mencari. Posisi pintu saat itu setengah tertutup, dan di depan gudang ini ada kamar mandi yang juga jarang di gunakan. Di ujung ruangan ada 1 pintu yang tidk bisa di buka.

“udah ketemu belum Yuna?”, tanyaku

Tapi tidak ada respon.

“Yuna”, ucapku lagi sambil menengok kebelakang.

Ternyata Yuna tidak ada.

“dan gua di tinggal sendiri”, gumamku

Setelah mencari beberapa saat akhirnya aku menemukan barang yang di perlukan. Aku langsung keluar saat itu dan akan menutup pintu.
“kreeeeek”, suara pintu yang ada di ujung ruangan tiiba-tiba terbuka. Responku saat itu biasa-biasa saja. Kuperhatikan tidak ada apa-apa.

“Teo”, sapa seseorang yang ternyata Yuna

“lu kemana aja Yuna, gua nyariin ni barang sendirian”, ucapku dengan nada kesal

“maksud kamu?”, tanyanya

“ya kan tadi di minta nyari alat pel tapi lu bilang ga ada di gudang sana, terus kita kesini Yuna”, ucapku semakin kesal

“alat pelnya udah ada ko Teo tadi aku bawa ke atas, sampe sana aku ditanya kamu kemana, ya aku bilang aja ga tau, terus kata mereka kamu ada di gudang lama bareng aku tadi yaudah aku susul”, ucapnya dengan ekspresi pucat

Jreng jreng. Mendengar penjelasnnya yang agak aneh membuatku sedikit berfikir sekarang.

“serius Yuna”, ucapku

“be.. beneran Teo”, ucapnya terbata-bata

Kreeeek. suara pintu itu terdengar lagi, tapi kali ini posisi pintu bergoyang-goyang, aku yang masih memegang gagang pintu keluar terdiam melihat itu. Sekejap Yuna memegang tanganku dengan ekspresi hampir menangis.
Aku masih melihat pintu di ujung sana yang bergoyang-goyang cukup lama. Lalu keluar sesosok wanita yang entah mengapa tak bisa ku lihat wajahnya.

“Teo ayo balik kekelas. Hiks hiks hiks”, ucap Yuna sambil menangis

Akupun menutup pintu keluar pelan-pelan. Lalu berjalan menjauhi gudang itu. Sesampainya di kelas, Yuna langsung berlari ke salah satu temannya dan menangis. Aku pun memperikan alat pel lalu bersandar di bawah papan tulis. Tidak ada yang menanyakan mengapa Yuna menangis dan hari-hari selanjutnya pun tidak aku atau Yuna seperti enggan membicarakannya. Sebenarnya aku ingin menanyakan masalah ruangan yang terkunci itu kepada penjaga sekolah, namun Cepha melarangku melakukannya. Dia hanya berkata demi kebaikan aku. jika ini hanya halusinasiku saja, lalu siapa Yuna yang di lihat olehku dan teman-teman sekelasku waktu itu??