Segera setelah nyampe rumah gue coba cari2 keberadaan Buku Diary tersebut, yang rupanya berada di salah satu saku kemeja yang gue kenakan hari itu, ingin segera gue membacanya karena penasaran isinya, selanjutnya gue buka dengan perlahan halaman demi halaman pada buku tersebut, sebuah buku bersampul motif batik berwarna biru dengan hiasan manik2 yang membentuk pola sebuah kata yaitu “SECRET”dan inilah beberapa yang tertulis di dalamnya
DIARY
Quote:
Mengawali coretan ini sebenernya kumaksudkan untuk sekedar iseng, karena kebetulan ada salah seorang temen yang menyarankan bahwa perlunya menulis sebagian perjalanan kisah hidup kita semenjak dari sekarang
Ohya perkenalkan dulu Namaku “Harnaning Dwi Pramesthi” tanggal lahir 11 Desember 1984, dan saat ini umurku telah genap 13 th
Tak terasa 6 th sudah aku menuntut ilmu disini, dan hari ini sudah saatnya mengucapkan selamat tinggal untuk seragam putih merahku, dan selamat datang kepada seragam putih biru, konon kata orang masa SMP adalah masa dimana kita mulai mencari jati diri, masa dimana kita akan belajar menjadi lebih dewasa, dan masa dimana mungkin kita akan menemukan cinta untuk pertama kalinya, hahaha….. semoga saja aku tidak sampai melewatkan salah satunya!
Hari ini adalah hari pendaftaran pertama sekolah, tentu saja aku harus bangun pagi2 sekali untuk mempersiapkan segala sesuatunya, waktu itu aku masih harus ditemani oleh Mamaku, segera setelah sampai disana keadaan tentu saja sangat ramai, karena bukan hanya aku dan mamaku saja yang mengantri, tentu saja masih ada banyak lainya calon siswa lain beserta juga orang tua mereka
Dan menunggu itu adalah sebuah pekerjaan yang super membosankan, bayangkan dari jam 6 pagi aku datang, antrian bukanya makin berkurang tapi malah tambah mengular, bahkan hingga jam 10 waktu itu namaku belum jugadipanggil, jadi sekedar untuk mengurangi kebosananku, kucoba melihat2 sekitar barang kali ada hal yang bisa membuatku tertarik, dan aku segera menemukanya! disana ada seorang anak lelaki sendirian tak ditemani orang tuanya, ditanganya tergenggam beberapa map/ berkas pendaftaran, pertanyaanku mungkinkah dia hanya sendirian mendaftar kesini, dilihat dari segi manapun setelah sekilas melihat dari penampilanya gak ada sedikitpun yang bisa buatku menyatakan bahwa dia itu keren, bisa bayangkan pakaian seragam SD nya yang sudah kusem bin lecek ditambah lagi beberapa bagian telah mengecap bekas keringat, sedang dari yang lain2 kulitnya item, rada gemukan, hanya tinggi yang mungkin agak lumayan, simpulan pertamaku waktu itu jelas mungkin dia berasal dari golongan keluarga kurang berada
Antrian semakin memendek waktu itu hingga sampai akhirnya tiba pada giliran anak tersebut, namun tak disangka dia malah menukar no antreanya kepada beberapa ibu2 pada antrean dibelakangnya, biarlah wanita duluan begitulah kata2nya waktu itu, dan semenjak itu aku bagai terspesona olehnya, bagaimana bisa seorang anak sepertinya memiliki sifat seperti itu yang aku sama sekali gak habis pikir, namun rupanya setelah kejadian itu diam2 aku mulai menaruh perhatian padanya, tibalah akhirnya proses pendaftaran telah selesai dihari itu, sedang khabar dari anak itu aku kurang tau! hanya dalam hati aku selalu berdo’a bila memang kita berjodoh mungkin akan segera dipertemukan kembali dalam waktu dekat, diperjalanan pulang dan ketika aku sedang di rumah gak tau kenapa bayang2 anak itu selalu membekas dalam ingatanku, apakah ini yang dinamakan cinta pada pandangan pertama? mungkin saja! who know lah! who cares!
Seperti yang sudah kuduga, akhirnya aku diterima di sekolah ini, dan hari ini merupakan hari pertama MOS SMP ku, sebelumnya aku telah mempersiapkan atribut yang diwajibkan untuk dibawa hari itu hingga sampailah aku tiba disini sekarang, disebuah kelas yang mungkin akan merubah diriku untuk 3 tahun kedepanya, hari itu masih belum ada pelajaran, paling hanya ada beberapa permainan dan kuis2 yang sedia digelar kakak2 OSIS yang tentu saja masih lekat dengan gaya bentak2 khas mereka, dan untuk berikutnya adalah sesi perkenalan, aku pun mencoba mengakrabkan diri dengan teman2 baruku di kelas tersebut, sampai suatu ketika pintu diketuk dari luar, dan coba tebak siapa orang yang ada di luar pintu kala itu, dia adalah anak tersebut, anak yang beberapa hari belakangan ini selalu mengisi pikiranku, rupanya do’a dan harapanku waktu itu telah terkabul, Alhamdulillah dan terima kasih untuk itu ya Allah
Berikutnya anak itu lekas saja menjadi bulan2an kakak2 OSIS, menjadi sasaran bully an mereka karena datang terlambat, dari mulai bentuk hukuman fisik hingga lain2, 50 x push up nampak begitu gampang buatnya, yang berikutnya adalah sebuah tantangan dimana dia diharuskan untuk menyatakan rasa cinta kepada salah seorang siswi dikelas ini yang tentu saja telah ditentukan sebelumnya oleh kakak OSIS, Mira kamu maju ke depan kata kakak OSIS itu, Mira adalah anak tergemuk di kelas waktu itu, memiliki wajah yang sedikit kurang beruntung karena daripada disebut jelek lebih tepat bila dikatakan dibawah rata2 atau pas2an, segera mereka berdua dipertemukan di podium depan kelas, coba kamu sekarang tembak dia! perintah kakak OSIS waktu itu kepada anak tersebut sambil menunjuk ke Mira, kejadian konyol selanjutnya adalah anak itu ternyata membentuk tangan layaknya memegang sebuah senapan setelahnya meneriakkan “dor gue tembak lo” sudah pasti selanjutnya mendadak seluruh isi kelas tertawa dibuatnya, entah dia yang terlalu polos atau emang aslinya bego, mungkin juga sengaja dimaksudkan nya waktu itu ngelawak aku juga gak tau, tapi yang pasti setelah kejadian itu aku justru semakin tertarik padanya.
Eh yang benar aja masak ada nembak cew kok gitu! kata kakak OSIS sambil geleng2 kepala sambil mulutnya masih berusaha menahan ketawa, kamu harus nyatain perasaan suka kamu ke dia, masak yang kayak gitu2 kamu gak ngerti sih! Eh maaf Mas! soalnya saya belum pernah kata anak tersebut polos, baik akan saya ajarin kalau begitu, nanti ikutin aja kata2ku ya! kata kakak OSIS, “Mira aku cinta kamu maukah kamu jadi cewek ku” seperti itu, yang selanjutnya kalimat tersebut akhirnya berhasil di ulang oleh anak tersebut, namun diluar dugaan justru benar2 ditanggapi serius oleh Mira, Sory ya kamu kurang keren buatku, terlebih aku sebenernya juga sudah punya pacar, hahaha…. sumpah antara dilema waktu itu menyaksikanya, di satu sisi aku ikut tertawa mengetahui nasib malang anak tersebut, tapi dilain sisi aku juga kasian dalam artian andai saja aku adalah orang yang berposisi sebagai Mira tentu saja langsung kuterima dia saat itu juga, jadi memang benar dia telah di campakkan oleh Mira waktu itu yang notabene gadis terjelek dikelas, tentu saja kelas kembali riuh oleh tawa kami semua, namun berkat itulah aku jadi tahu namanya “Agri Ardianto” nama yang cukup keren buatku
Hari kepulangan MOS yang pertama, sengaja aku putuskan untuk membuntutinya pulang, kebetulan arah rumah kami sepertinya sama, diam2 aku telah merencanakan sebuah misi biar aku bisa lebih dekat dengannya, semoga aja gak gagal total
Esok hari pada MOS hari ke 2 dimana hari ini aku akan mulai melaksanakan misiku yang pertama, aku akan coba bersandiwara bahwa seolah2 ban sepedaku kempes, dan membutuhkan tumpangan darinya untuk datang tepat waktu ke sekolah, sebenernya cara ini bisa dibilang cukup riskan yang aku tau, karena segala kemungkinan bisa mungkin terjadi, dari yang mulai dia hari ini gak melewati rute yang seharusnya, atau mungkin dia menolak saat kumintai tumpangan karena aku mungkin belum begitu dikenalnya, tapi bergantung pada sebuah keberuntungan dan juga sedikit memanfaatkan kepolosan nya aku akan mencobanya, andai gagal ya mungkin bisa kuakukan dilain hari
Seperti dugaanku, rupanya tak meleset hari itu dia memang lewat situ, dia terlihat tergesa2 waktu itu sambil terus mengayuh sepedanya, kecepatannya pun tak melambat walau sedang melewati sebuah persimpangan yang ramai dan juga melewati beberapa polisi tidur, sekarang bagaimana caraku menghentikanya karena terlambat sekian puluh detik saja mungkin akan terbuang sia2 satu2nya kesempatan yang kumiliki dihari itu, namun jika hidup memang penuh resiko maka aku putuskan untuk mengambilnya dihari itu, langsung saja aku memotong arah jalan dia datang, merentangkan kedua tanganku sambil berharap dia berhenti, dan rupanya berhasil, selanjutnya dia hanya terheran2 didepanku tanpa berani bertanya, beberapa saat kecanggungan itu berhenti setelah aku akhirnya lebih dulu menyapanya, dan menyatakan niatanku untuk meminta tolong padanya supaya diberi ijin menumpang ke sekolah, diapun akhirnya menyetujuinya walau sebelumnya sempet juga menolak
Setelah kita melanjutkan perjalanan rupanya terjadi kecanggungan lagi dimana dia sama sekali tak bersuara kalau gak ditanya, namun tentu saja ini adalah keahlianku untuk merubah sebuah kebisuan menjadi keceriaan, seperti itulah kemudian disisa perjalanan itu kami akhirnya sudah dapat saling bertutur sapa, Ohya ada sebuah moment yang masih aku ingat dihari itu dimana dia untuk pertama kalinya menyentuh kedua bahuku walau itu sebenernya juga atas perintahku, dia pun mengakui baru pertama kalinya menyentuh cewek, jadi ada sedikit rasa gerogi/ sungkan, pokoknya perjalanan ke sekolah bersamanya kala itu sungguh berkesan buatku, yah romantis sajalah menurutku, tak terasa waktu sekitar 15 menit itu rasanya begitu cepat berlalu sampai kita akhirnya telah tiba di depan gerbang sekolah, kamipun akhirnya berpisah disana setelah sebelumnya aku mengenalkan diriku, dan tak lupa meminta tumpanganya lagi ketika nanti pulang
Nyampek kelas rupanya semua siswa telah tiba semua mengisi bangku mereka masing2, hanya tempat dudukku dan punya Agri yang belum terisi menandakan bahwa kamilah yang datang paling terakhir kala itu walau gak bisa dikatakan terlambat juga, langsung aja aku menuju ke bangku ku dan mempersiapkan segala keperluan untuk acara MOS hari itu, sedang tak lama Agri juga akhirnya menyusul ke kelas, namun berbeda dari biasanya kali ini dia langsung menuju ke arah tempat duduk ku, kira2 ada apa ini belum pernah aku merasa segugup seperti demikian bertemu seorang lelaki, hanya dia seingatku yang sanggup buatku seperti ini dan salah tingkah, berikutnya dia langsung menghampiri tempat dudukku, Selamat pagi Ning, rupanya beneran ya kamu teman sekelasku? dan ohya ini ada beberapa barangmu tadi yang tertinggal disepeda, sembari menyerahkan sebuah buntalan sebuah tas rajut kecil berisi bekal makanan kepunyaanku.
Diluar dugaan peristiwa tersebut rupanya turut disaksikan oleh beberapa pasang mata seisi kelas, yang tentu saja berikutnya riuh rendah suara mereka terdengar gaduh di telinga, beberapa seperti mencoba memberi selamat sedang yang lainya juga ada yang mengolok2, rupanya mereka salah paham dengan mengira kita telah berpacaran, sekilas aku sempat melihat wajahnya kala itu dia tampak menunjukan reaksi kebingungan, sedang aku sendiri tentu saja sangatlah malu, kalau mungkin ada cermin saat itu aku pasti akan dapat melihat pipiku merah seperti kulit udang, namun malu ku bukan dalam artian aku tak senang jika dipasangkan dengannya, seseorang yang begitu tak populer bahkan ketika menembak siswi terjelek di kelaspun dia ditolak, tapi justru sebaliknya jika itu beneran terjadi padaku bahwa aku dan dia berpacaran sungguh aku gak berani bayangkan akan bagaimana jadinya nanti, yang jelas tentu saja aku akan sangat senang, waktu itu kulihat dia mencoba membantah tapi tentu saja satu suara darinya tak akan cukup didengar oleh mereka, suaranya bahkan seperti tenggelam oleh riuhnya kelas kala itu
Jam kepulangan MOS hari ke 2 pun tiba, dan saat ini aku telah menunggunya tepat di depan gerbang sekolah tempat tadi pagi dia menurunkan ku, sebelumnya sempet kami tadi bertemu pandang walau hanya sebentar, hingga setelah lama kutunggu2 dia gak kunjung datang, terpaksa aku harus menyusulnya keparkiran, sampai akhirnya kutemukan dia, mengetahui kedatangan ku tiba2 dia buru2 mengambil sepedanya yang anehnya! dari arah dia menuntun sepedanya kala itu sepertinya dia mau mencoba menghindariku, terpaksalah kukejar dan berhentiin sepedanya secara paksa, kamu mau mencoba kabur ya? gak ingat ya tadi janjinya? seperti itulah aku mencoba menghentikanya sambil sedikit mengancam, dan lagi2 selalu berhasil terhadapnya, mungkin aku memang ada bakat acting kali yah! untuk saat itu akhirnya dia pun berhenti, kenapa? apa ada yang salah? tanyaku, nggak bukan begitu maksudnya, mungkin akan lebih baik untuk kita sementara ini untuk tak terlihat bersama, kamu tahu kan yang terjadi tadi dikelas, aku tak ingin meneruskan kesalah pahaman mereka terhadap kita, jawabya, oh jadi karena itu, udah kamu tenang saja semua masalah itu kan hanya kita berdua yang tau, jadi gak ada sangkut paut tentang mereka, sepanjang tak terjadi sesuatu antara kita seperti yang mereka tuduhkan, ya kita bisa bersikap biasa aja, terserah mereka mau mengomentarin kita kayak gimana, kataku selanjutnya, tapi tetap saja saya rasa gak adil buat kamu gara2 aku kamu jadi tersangkut masalah ini, aku takut disuatu hari nanti apabila mungkin ada seseorang yang mungkin lagi berkebutuhan denganmu akan mengartikan lain atas kesalah pahaman ini, kamu tahu kan yang aku maksudkan, katanya balik menegaskan, tak ada yang perlu dikhawatirkan tentang ini, yakin saja semuanya akan baik2 aja aku berani jamin, jawabku menenangkanya
Akhirnya hari itu kami putuskan untuk pulang bersama, tentu saja aku masih menumpang disepedanya seperti pagi sebelumnya, dalam perjalanan pulang, kembali kami terlibat obrolan yang diantara salah satunya adalah kembali permintaan maafnya yang sekali lagi dia ucapkan padaku, maaf ya seharusnya peristiwa tadi gak akan terjadi apabila aku tadi tak menyapamu dan langsung menghampiri ke mejamu, teman2 jadi menyangka antara kita ada sebuah hubungan special, katanya menjelaskan, yang gak tau tiba2 spontan aja langsung kujawab! andaikan ada sebuah hubungan pun aku juga gak keberatan kok, kataku waktu itu yang langsung disambut keterkejutan darinya, hah! tapi kenapa aku?, bukankah kita belum juga lama kenal baru juga hitungan jam, tanyanya, entahlah mungkin sudah dari sejak lama aku sebenernya menaruh perhatian terhadapmu, ketika pertama dulu kita berjumpa pertama kali saat hari pendaftaran sekolah, sejak saat itulah sebenernya aku sudah mulai suka kamu, jawabku, berikutnya dia pun menanyakan sebuah alasan kenapa aku bisa suka padanya, dan langsung saja kujawab diantaranya aku telah mengaguminya bahwa dia dapat bersikap lembut dan dapat menghargai seorang wanita, aku selalu suka akan ke apa adaanya, sikap yang natural tanpa dibuat2,selalu bisa menjadi diri sendiri, bukan sebuah acting dan sengaja mencari perhatian layaknya anak laki2 lainya, seperti itulah aku terus memujinya waktu itu, mungkin aku bisa mengerti atas apa yang telah kamu rasakan tapi yang seperti itu sebenernya sudah biasa aku lakukan kepada siapa saja, jadi bukan bermaksud waktu itu aku mencoba mempesonamu/ mencari perhatianmu, bukan! bukan sekalipun seperti itu, bahkan dalam niatanpun belum sempat terpikir olehku, jawabnya, ya aku tau kamu mungkin gak seperti itu, tapi apakah salah jika aku tertarik oleh sosokmu, jawabku balik buru2, gk! gak ada yang salah, tapi maaf karena mungkin ini terlalu tiba2 aku gak bisa membalasnya “perasaan sukamu padaku”, jawabnya, apa alasanya? tanyaku buru2, aku telah terikat sebuah janji dengan seorang gadis di masa lalu, dimana selagi belum sempat aku bertemu lagi dengannya, mungkin aku belum bisa menerima orang lain dalam hidupku, jawabnya, apakah orang itu penting bagimu? apakah dia special? seperti apakah hubungan kalian dulu? apakah dekat? apakah dia seorang pacar? tanyaku untuk memastikan, sebenernya aku belum yakin juga atas rasaku dulu padanya, bahkan hingga hari ini, tapi yang jelas tanpa ada dia gak akan mungkin ada aku yang berdiri sekarang di hadapanmu saat ini, maaf aku belum siap untuk bisa membaginya bersamamu, tapi yang jelas keberadaanya sangat berharga untukku, dan kehadiranya tak tergantikan, seperti itulah jadi kumohon kamu dapat mengerti, katanya
Aku sangat bisa mengerti, namun selama kepastian itu belum datang padamu, apa aku salah jika masih terus mengharapkanmu, sampai kamu dapatkan kepastian darinya, aku akan selalu senantiasa menunggu jawabmu, dan rasaku padamu aku yakin tak akan berubah sedikitpun, kataku, memang tidak salah tapi apa kamu gak berpikir bahwa ini mungkin hanya akan sia2 saja, tapi okelah aku hargai usahamu, kita lihat saja seberapa kuat kamu nanti dapat bertahan, jawabnya, iya tunggu saja akan ku buktikan sampai kapanpun aku tak akan mudah menyerah, balasku
Percakapan kamipun segera berakhir setelah kami tiba di tempat tadi aku menitip sepeda, setelah aku turun dia tampak masih menungguku di atas sepedanya, sedikit susah payah waktu itu aku mengeluarkan sepedaku dari tempat kumenitip sepeda, namun kemudian secara tak terduga dia datang dengan sigap segera membantuku, berikutnya juga memberikan ongkos tambal dan juga jasa parkir ke abang2nya, tak terasa setelah itu gurat senyumku kian melebar tanda aku begitu bahagia, begitupun juga dia ikut tersenyum pula ketika itu, Oh Tuhan rupanya dia sangat manis, sungguh senyum itu tak akan mungkin bisa kulupakan selamanya, bahkan aku rela bila harus menukarkan waktu siang dan malamku untuk dapat terus melihat senyum itu lagi, aku ingin senyum itu terus jadi mulikku seutuhnya suatu hari nanti, Amin
Selanjutnya kami melanjutkan perjalanan pulang, hanya aja saat ini kami duduk diatas sepeda kami masing2, awal2 dia tampak heran ketika melihatku bersepeda laki2 terlebih waktu itu aku sedang mengenakan rok, apa kamu nyaman seperti itu, tanyanya sambil mengarahkan pandangan ke arah rok yang kukenakan, ya sedikit risih sih tapi ya apa boleh buat habisnya sepedaku cuman ini satu2nya gimana lagi, emang kenapa? tanyaku, ya gak kenapa2 hanya aja kalau bisa besok pakai celana aja dari rumah, tuh pahamu kelihatan kemana2 dijadiin konsumsi orang, katanya, aku bisa mengerti bahwa yang dimaksudnya itu adalah sebuah bentuk perhatian padaku, walau mungkin belum berani dia mengakuinya secara langsung, iya! btw makasih untuk hari ini udah dikasih ijin menumpang, dibantu dan dibayarin pula tadi sepedanya, dan terakhir juga atas nasehatnya, apakah ini mungkin semacam bentuk perhatian gitu? tanyaku, eh jangan salah paham ini sekedar bukti permintaan maafku untuk yang terjadi tadi dikelas, sungguh bukan karena ada maksud apa2, jawabnya cepat