aku pun kembali kekelas, saat tiba di depan kelas aku pun bersandar di temboknya tidak masuk. Terdengar dari dalam anak-anak yang lain sedang bersenda gurau. Akupun berdiri dan melihat kearah lapangan, pertandingan sudah mulai selesai, terlihat guru-guru sedang bersantai di depan kantor.

“Hei”, ucap seseorang sambil menepuk punggungku

Saat ku tengok ternyata Ayu. Akupun tidak menjawab dan melanjutkan kegiatan ku

“maaf ya gara-gara aku kamu berantem sama Rathi”, ucapnya

Aku pun masih belum memberikan respon. Kami pun diam untuk beberapa saat sampai dia melanjutkan obrolan.

“aku suka kamu Teo”, lanjutnya

Aku hanya meliriknya sebentar.

“aku kagum sama kamu, akamu itu anaknya ga banyak gaya, ga suka aneh-aneh. Awalnya aku biasa aja soalnya kamu kebanyakan diem, anak-anak sekelas juga mikirnya kamu aneh”, ucapnya

Akupun menghela nafas panjang lalu menghembuskannya perlahan. Ayu pun terdiam saat aku melakukan itu.

“terus?”, ucapku

“eh, apa?” ucapnya gugup

“ceritanya lanjutin”, ucapku

“oh iya. Hehehe.” Jawabnya dengan tertawa malu

“sekarang aku baru ngerti kalo kamu itu emang ga banyak ngomong, tapi perhatian sama orang lain. Apalagi semenjak kejadian sama Martin dulu, sama sekolah sebelah, bahkan sama abangnya Martin”, lanjutnya

“sekarang hampir satu sekolah apalagi kelas 6 tau kamu siapa dan kaya gimana. Banyak yang nanya tentang kamu, kagum sama kamu, sampai-sampai suka sama kamu”, ucapnya lalu dia pun memposisikan badanya mengahadapku.

“aku yang salah satunya suka sama kamu Teo. Hehe”, ucapnya dengan senyum yang sampai sekarang tidak bisa ku lupa.

“hayo cinta-cintaan”, ucap seseorang yang mengagetkan kami dan ternyata itu Rathi dan ada Ratha juga

“eh Rathi, aku pergi dulu ya”, ucap ayu sambil berjalan

“tunggu, kamu disini aja”, ucap Rathi memegang tangan Ayu

Akupun melihat ke arah Rathi, senyumnya yang khas dengan lesung pipi itu membuatku mengingat apa yang terjadi tadi. Aku pun langsung memalingkan wajahku.

“Hei, kamu kenapa?”, ucap Rathi

Aku pun langsung pergi ke dalam kelas. Seketika kelas yang ramai menjadi sunyi. Akupun duduk.

“aku udah ga apa-apa Teo, aku minta maaf ya, aku tau aku salah.”, ucap Rathi yang menghampiriku di tempat ku duduk, dan dia masih bersama Ayu dan Ratha

Mereka beriga pun duduk di bangku yang ada didepanku. Aku pun langsung berdiri. Saat didekat bangku guru

“aku ga mau kamu kaya gini”, ujar Rathi sambil memeluk punggungku

Akupun melepaskan pelukannya lalu membalikkan tubuhku sehingga kami berhadapan. Sekarang bisa ku lihat jelas ekspresi mereka bertiga. Ayu yang menunduk, Ratha yang duduk di meja sambil melihat ke arahku lalu Rathi yang berada pas di depanku.

“Gua mau kita kaya biasa Teo, gua udah denger semua dari kakak”, ucap Ratha yang melemparkan senyuman padaku.

Aku hanya diam mematung

“Thi aku minta maaf”, ucap Ayu

“udah ga apa-apa Yu, aku juga ngerti ko”, ucap Rathi

Aku masih diam saja. Sampai tiba-tiba ada yang menyentuh punggungku dan mendorongku dengan pelan, saat kulihat anak lelaki “itu”, tersenyum lalu mengangguk. Entah apa yang kurasakan, aku pun dengan sadar langsung memeluk Rathi dan menangis. Tangisan yang menggema di kelas. Aku sudah tidak peduli dengan orang lain. Mulai terasa Rathi mengelus kepalaku, dan sentuhan Ratha di punggungku yang membuat tangisanku semakin kencang. Untungnya suara speaker pertandingan masih lebih keras.