- Beranda
- Stories from the Heart
Diary Si Jomblo Perak (Cerita Cinta, Komedi, Plus Horror)
...
TS
dylancalista
Diary Si Jomblo Perak (Cerita Cinta, Komedi, Plus Horror)
Hay agan dan aganwati, salam kenal. Ane new bie nih di kaskus, jadi mohon bantuannya untuk kasih saran atau kritik kalau cerita ane nnti rada mulai ngebosenin atau nggak nyambung.
Ane mau nulis cerita nih, tentang kehidupan jomblo yang ane lakoni, selama 25 tahun! Ceritanya nggak real 100%, tapi ada beberapa scene yang emang asli ane alami, Oo yah, Nama Ane Evan, keren ya nama ane? tapi sama teman-teman ane sering diplesetin jadi Epan, Yah, biar ga lama-lama berbasa basi, kita mulai aja ya gan? cekidot.
Quote:
Klik me!
Prolog
Part 1
Part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
Part 9
Part 10
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14 (1)
Part 14 (2)
Part 15 (1)
Part 15 (2)
Part 16
Part 17 (1)
Part 17(2)
Part 17(2)
Part 18(1)
Part 18(2)
Part 19(1)
Part 19(2)
Part 19(3)
Part 20
Part 21
Part 22
Part 23
Part 24
Part 25
Part 26
Part 26(2)
Part 27
Part 28
Part 29
Part 30(1)
Part 30(2)
Part 30(3)
Part 31(1)
Part 31(2)
Part 32(1)
Part 32(2)
Part 33
Part 34
Part 35
Part 36
Part 36(2)
Part 36(3)
Part 37(1)
Part 37(2)
Part 38(1)
Part 38(2)
Part 39
Part 40(1)
Part 41
Part 42
Part 43
Part 44
Part 45
Part 46
Part 47
Diubah oleh dylancalista 27-03-2019 14:27
mrezapmrg97 dan 27 lainnya memberi reputasi
28
321.9K
1.1K
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
31.5KThread•42.2KAnggota
Tampilkan semua post
TS
dylancalista
#287
Part 24
Pagi-pagi gua terbangun karna berasa ada hawa dingin banget disekitar bahu gua, gua membuka mata gua dan terkejut saat gua melihat kayla di samping gua, dengan wajahnya yang innocent. Dia meniup-niup wajah gua, mau nggak mau gua bangun dan belagak marah (padahal gua seneng-seneng aja sih, dibangunin cewek secakep dia, kalo bisa seumur idup gua rela, #ngarepbanget
Gua: Ilang ke mana aja kemarin lu? sekarang kenapa muncul tiba-tiba?
Kayla menunduk dan menghindar dari tatapan mata gua yang sok galak: Kemarin aku...
Gua: Ke mana?
Kayla: Kemarin pas ibu-ibu itu nanyain kapan kamu nikah, aku iseng jalan-jalan disekitar rumah kamu
Gua: Lalu?
Kayla: Dan...aku ngerasaa
Gua: Ngerasa apa?
Kayla: Ada sesuatu yang nggak beres ada dirumah kamu, van
Gua menatap kayla dengan tatapan bingung, gadis itu kelihatan sulit sekali menemukan kata yang pas untuk menceritakannya pada gua, nggak tahu apa yang dia sembunyikan, tapi makin bikin gua penasaran.
Gua: Apa?
Kayla: memangnya kamu nggak bisa mendeteksi? kamu kan bisa ngeliat...
Gua: Gua cuma liat tuyul-tuyul kecil di bawah pohon mangga, nggak ada sesuatu yang aneh di sini
Kayla: Berarti dia bukan mengincar kamu, atau mungkin, sosok itu berusaha menyembunyikan dirinya
Gua: Maksudnya apa? gua makin nggak ngerti
Kayla: Keluarga kamu dalam bahaya, van. aku juga nggak tahu sosok itu apa, yang jelas, dia kemarin menculik gua. Dan dia nggak mau aku terlalu dekat dengan kamu, Van. Van, sekarang aku nggak bisa selalu sama-sama di samping kamu, dia mengancamku. Aku hanya bisa di kamar kamu, Van. karna hanya di sini, mereka nggak bisa mengangguku.
Gua: kenapa cuma di sini, kay?
Kayla: karna yang dia incar itu sesungguhnya kamu, tapi dia tidak akan menyakitimu. Tapi dia akan menyakiti keluargamu, Van, untuk sementara waktu kamu harus hati-hati, Van.
Gua: Tapi... siapa sosok itu? gua baru sampe kemarin, kenapa ada sosok yang langsung megincar gua?
Kayla: Aku juga nggak ngerti, van. yang jelas, sosok itu mengincarmu. kamu harus hati-hati.
Tak lama kemudian, Kayla menghilang. Gua nggak ngerti apa dan kenapa dia bisa bicara seperti itu, gua segera bangun dari kasur gua dan beranjak keluar kamar gua. Tak ada siapa-siapa di rumah. Hanya ada makan pagi yang ditinggalkan emak di meja makan. Emak memasak makanan kesukaan gua nasi goreng ayam sosis plus jeruk anget. karna perut udah keroncongan, sejenak gua lupain dulu masalah tadi dan gua pun langsung melahap makanan buatan emak yang enak itu. Sepertinya emak ke pasar jam segini dan bapak pasti ke ladang kalo nggak ke tokonya. Gua segera bersiap mandi dan harus menyelesaikan misi gua hari ini, menemui Pakde Iyan.
Rumah Pakde Iyan tidak jauh dari rumahku, hanya perlu melewati dua ladang jagung dan satu ladang sayur milik kepala desa sebelum bisa sampai ke rumah pakde iyan. Selama perjalanan gua juga menikmati udara segar desa gua ini. Yang gua suka dari desa ini adalah ke mana-mana dekat, Nggak kayak jakarta yang macet dan sumpek. Selama perjalanan gua disuguhkan dengan pemandangan para ibu-ibu dan bapak-bapak yang sedang berjalan ke ladang, memanen jagung ada pula yang asyik memupuki jagung di ladang milik kepala desa itu. Tak banyak yang berubah dari desa gua ini, masih banyak didominasi oleh para orang tua yang menghabiskan hari tua untuk berkebun dan bercocok tanam, ada juga anak-anak kecil usia sekolah juga memenuhi desa ini. Karna biasanya anak muda seperti gua sudah banyak merantau ke luar kota dengan tujuan mencari kehidupan lebih baik. Dan kalaupun ketemu anak-anak muda seusia gua, pasti pendatang dengan tujuan tertentu ke desa gua. Atau anak-anak muda yang pulang untuk menjenguk orang tuanya, seperti gua. Dan ya, kembali ke pemandangan yang gua temukan di sepanjang jalan, yang tak hanya diisi oleh makhluk berwujud. Tapi juga makhluk tak kasat mata, yang berbentuk aneh-aneh. Gua seperti menonton film horror tapi yang jadi pemainnya gua sendiri. Gua melihat ada banyak sekali di sekitar perjalanan gua. Tapi gua cuekin aja, belagak nggak liat dari nanti diajak kenalan, hahahahah. Dan singkat cerita, gua sampai di sebuah rumah bercat hijau yang pekarangannya ditanami oleh bunga-bunga anggrek dan melati, bunga kesenangan bukde gua. Gua mengetuk pintu bercat hijau itu pelan, tak lama kemudian yang membukakakan pintu gua adalah orang yang gua cari, Pakde Iyan. Beliau sudah tampak lebih tua dari terakhir kali yang gua lihat, rambutnya makin memutih tapi aura kebijaksanaaanya masih terpancar.
Pakde Iyan: Epan, pakde sudah nunggu kamu dari kemarin, Pan. masuk, mari. Sini, apa kabar kamu nak?
Gua mengikuti pakde masuk ke ruang tamu yang didominasi oleh lukisan-lukisan bergambar harimau yang dulu waktu kecil selalu membuat gua takut memasuki ruang tamunya, gua sampe bersembunyi dibelakang emak tiap kali masuk ke ruang tamu pakde iyan. Tpi kali ini gua mengikutinya dan duduk disebelahnya dengan tenang.
Gua: Baik kabar epan pakde. Pakde apa kabar? kata emak dan bapak, pakde nyariin aku ya?
Pakde Iyan yang tadinya tersenyum bahagia melihat keponakannya mengunjunginya, mendadak tampak diam dan menunduk sejenak. ntah apa yang dia pikirkan, gua jadi penasaran.
Pakde Iyan: Iya, Lek. kamu gimana di jakarta?
Gua: Baik, Pakde. Ada sesuatu yang ingin pakde sampaiken?
Pakde Iyan: Iya, sejujurnya ada, Nak. Tapi pakde bingung bagaimana pakde cerita ke kamu, pakde bermimpi buruk tentang kamu, Nak. Ntah firasat buruk atau apa, yang jelas ini membuat pakde khawatir, Nak.
Gua: Iya, Pakde. Aku juga ada yang disampaikan ke pakde. Banyak hal yang ingin aku tanyakan ke pakde
Pakde Iyan: Ya udah, kita bicaranya di ruangan kerja pakde ya, biar leluasa
Gua mengikuti pakde ke sebuah ruangan dibawah tangga rumahnya. Dulu sewaktu gua kecil, tiap kali gua ingin masuk ke ruangan itu, pakde selalu melarang. Gua inget Pakde marah besar saat gua dan anak bungsunya, Roni, ingin masuk ke ruangan itu tanpa sepengetahuannya. Gua terdiam ketika berdiri di depan pintu itu. Masih penasaran kenapa dulu gua dilarang ke sana, tapi sekarang gua diajak ke sana.
Gua: Pakde, ini kan ruangan yang pakde larang aku masuk
Pakde Iyan: Iya, sekarang sudah saatnya kamu masuk dan mengetahui semuanya
Bersambung...
Pagi-pagi gua terbangun karna berasa ada hawa dingin banget disekitar bahu gua, gua membuka mata gua dan terkejut saat gua melihat kayla di samping gua, dengan wajahnya yang innocent. Dia meniup-niup wajah gua, mau nggak mau gua bangun dan belagak marah (padahal gua seneng-seneng aja sih, dibangunin cewek secakep dia, kalo bisa seumur idup gua rela, #ngarepbanget
Gua: Ilang ke mana aja kemarin lu? sekarang kenapa muncul tiba-tiba?
Kayla menunduk dan menghindar dari tatapan mata gua yang sok galak: Kemarin aku...
Gua: Ke mana?
Kayla: Kemarin pas ibu-ibu itu nanyain kapan kamu nikah, aku iseng jalan-jalan disekitar rumah kamu
Gua: Lalu?
Kayla: Dan...aku ngerasaa
Gua: Ngerasa apa?
Kayla: Ada sesuatu yang nggak beres ada dirumah kamu, van
Gua menatap kayla dengan tatapan bingung, gadis itu kelihatan sulit sekali menemukan kata yang pas untuk menceritakannya pada gua, nggak tahu apa yang dia sembunyikan, tapi makin bikin gua penasaran.
Gua: Apa?
Kayla: memangnya kamu nggak bisa mendeteksi? kamu kan bisa ngeliat...
Gua: Gua cuma liat tuyul-tuyul kecil di bawah pohon mangga, nggak ada sesuatu yang aneh di sini
Kayla: Berarti dia bukan mengincar kamu, atau mungkin, sosok itu berusaha menyembunyikan dirinya
Gua: Maksudnya apa? gua makin nggak ngerti
Kayla: Keluarga kamu dalam bahaya, van. aku juga nggak tahu sosok itu apa, yang jelas, dia kemarin menculik gua. Dan dia nggak mau aku terlalu dekat dengan kamu, Van. Van, sekarang aku nggak bisa selalu sama-sama di samping kamu, dia mengancamku. Aku hanya bisa di kamar kamu, Van. karna hanya di sini, mereka nggak bisa mengangguku.
Gua: kenapa cuma di sini, kay?
Kayla: karna yang dia incar itu sesungguhnya kamu, tapi dia tidak akan menyakitimu. Tapi dia akan menyakiti keluargamu, Van, untuk sementara waktu kamu harus hati-hati, Van.
Gua: Tapi... siapa sosok itu? gua baru sampe kemarin, kenapa ada sosok yang langsung megincar gua?
Kayla: Aku juga nggak ngerti, van. yang jelas, sosok itu mengincarmu. kamu harus hati-hati.
Tak lama kemudian, Kayla menghilang. Gua nggak ngerti apa dan kenapa dia bisa bicara seperti itu, gua segera bangun dari kasur gua dan beranjak keluar kamar gua. Tak ada siapa-siapa di rumah. Hanya ada makan pagi yang ditinggalkan emak di meja makan. Emak memasak makanan kesukaan gua nasi goreng ayam sosis plus jeruk anget. karna perut udah keroncongan, sejenak gua lupain dulu masalah tadi dan gua pun langsung melahap makanan buatan emak yang enak itu. Sepertinya emak ke pasar jam segini dan bapak pasti ke ladang kalo nggak ke tokonya. Gua segera bersiap mandi dan harus menyelesaikan misi gua hari ini, menemui Pakde Iyan.
***
Rumah Pakde Iyan tidak jauh dari rumahku, hanya perlu melewati dua ladang jagung dan satu ladang sayur milik kepala desa sebelum bisa sampai ke rumah pakde iyan. Selama perjalanan gua juga menikmati udara segar desa gua ini. Yang gua suka dari desa ini adalah ke mana-mana dekat, Nggak kayak jakarta yang macet dan sumpek. Selama perjalanan gua disuguhkan dengan pemandangan para ibu-ibu dan bapak-bapak yang sedang berjalan ke ladang, memanen jagung ada pula yang asyik memupuki jagung di ladang milik kepala desa itu. Tak banyak yang berubah dari desa gua ini, masih banyak didominasi oleh para orang tua yang menghabiskan hari tua untuk berkebun dan bercocok tanam, ada juga anak-anak kecil usia sekolah juga memenuhi desa ini. Karna biasanya anak muda seperti gua sudah banyak merantau ke luar kota dengan tujuan mencari kehidupan lebih baik. Dan kalaupun ketemu anak-anak muda seusia gua, pasti pendatang dengan tujuan tertentu ke desa gua. Atau anak-anak muda yang pulang untuk menjenguk orang tuanya, seperti gua. Dan ya, kembali ke pemandangan yang gua temukan di sepanjang jalan, yang tak hanya diisi oleh makhluk berwujud. Tapi juga makhluk tak kasat mata, yang berbentuk aneh-aneh. Gua seperti menonton film horror tapi yang jadi pemainnya gua sendiri. Gua melihat ada banyak sekali di sekitar perjalanan gua. Tapi gua cuekin aja, belagak nggak liat dari nanti diajak kenalan, hahahahah. Dan singkat cerita, gua sampai di sebuah rumah bercat hijau yang pekarangannya ditanami oleh bunga-bunga anggrek dan melati, bunga kesenangan bukde gua. Gua mengetuk pintu bercat hijau itu pelan, tak lama kemudian yang membukakakan pintu gua adalah orang yang gua cari, Pakde Iyan. Beliau sudah tampak lebih tua dari terakhir kali yang gua lihat, rambutnya makin memutih tapi aura kebijaksanaaanya masih terpancar.
Pakde Iyan: Epan, pakde sudah nunggu kamu dari kemarin, Pan. masuk, mari. Sini, apa kabar kamu nak?
Gua mengikuti pakde masuk ke ruang tamu yang didominasi oleh lukisan-lukisan bergambar harimau yang dulu waktu kecil selalu membuat gua takut memasuki ruang tamunya, gua sampe bersembunyi dibelakang emak tiap kali masuk ke ruang tamu pakde iyan. Tpi kali ini gua mengikutinya dan duduk disebelahnya dengan tenang.
Gua: Baik kabar epan pakde. Pakde apa kabar? kata emak dan bapak, pakde nyariin aku ya?
Pakde Iyan yang tadinya tersenyum bahagia melihat keponakannya mengunjunginya, mendadak tampak diam dan menunduk sejenak. ntah apa yang dia pikirkan, gua jadi penasaran.
Pakde Iyan: Iya, Lek. kamu gimana di jakarta?
Gua: Baik, Pakde. Ada sesuatu yang ingin pakde sampaiken?
Pakde Iyan: Iya, sejujurnya ada, Nak. Tapi pakde bingung bagaimana pakde cerita ke kamu, pakde bermimpi buruk tentang kamu, Nak. Ntah firasat buruk atau apa, yang jelas ini membuat pakde khawatir, Nak.
Gua: Iya, Pakde. Aku juga ada yang disampaikan ke pakde. Banyak hal yang ingin aku tanyakan ke pakde
Pakde Iyan: Ya udah, kita bicaranya di ruangan kerja pakde ya, biar leluasa
Gua mengikuti pakde ke sebuah ruangan dibawah tangga rumahnya. Dulu sewaktu gua kecil, tiap kali gua ingin masuk ke ruangan itu, pakde selalu melarang. Gua inget Pakde marah besar saat gua dan anak bungsunya, Roni, ingin masuk ke ruangan itu tanpa sepengetahuannya. Gua terdiam ketika berdiri di depan pintu itu. Masih penasaran kenapa dulu gua dilarang ke sana, tapi sekarang gua diajak ke sana.
Gua: Pakde, ini kan ruangan yang pakde larang aku masuk
Pakde Iyan: Iya, sekarang sudah saatnya kamu masuk dan mengetahui semuanya
Bersambung...
Diubah oleh dylancalista 16-01-2017 03:36
adityazafrans dan 3 lainnya memberi reputasi
4