dasadharma10Avatar border
TS
dasadharma10
Yaudah 2: Challenge Accepted




Cover By: adriansatrio


Cerita ini didasari oleh pemikiran otak gue yang banyak orang enggak suka, malah kebanyakan menghujat. Awalnya gue risih juga, otak juga otak gue, kenapa orang lain yang ributin. Tapi aneh bin nyata, enggak tau kenapa, lama-kelamaan gue malah suka setiap kali kena hujat. Nah, demi mendapat hujatan-hujatan itulah cerita ini dibuat. WARNING: 15TAHUN+

Spoiler for QandA:


"Bukannya apatis ato apa, gue cuma males urusan sama hal-hal yang mainstream. Buat lo mungkin itu menarik, buat gue itu kayak suara jangkrik. Kriik... Krikk... bikin geli."
-Calon wakil ketua LEM-


Explanation

Spoiler for Index:
Diubah oleh dasadharma10 15-09-2017 10:22
alejandrosf13
anasabila
imamarbai
imamarbai dan 7 lainnya memberi reputasi
6
374.3K
1.4K
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.5KThread42.2KAnggota
Tampilkan semua post
dasadharma10Avatar border
TS
dasadharma10
#156
PART 2

“Aku enggak kenal siapa itu Disti.”
“Fineeeee….”
“Beneran enggak kenal, tapi kayaknya dia adek tingkat.”
“Trustyyyy….”
“Tapi walaupun dia adek tingkat, aku tetep enggak kenal dia.”
Grace menghentikan langkahnya, “Udah?”
“U-udah.”
Grace melihat jam tangannya lalu melanjutkan langkahnya, “Mending kamu balik ke divisimu aja.”
Gue ikutan melihat jam di tangan Grace, “Baru jam segini, nemuin cewek pingsan kayaknya lebih penting.”
Langkah Grace berhenti lagi, “Yakin masih mau nemuin?”
“Dibolehin, kan?”
Grace mengeluarkan walkie talkie, “Divisi keamanan? Tolong kirim staf keamanan ke ruang kesehatan. Ada panitia yang mau ngintipin miba, ganti.”
“Laporan diterima, apa bisa diidentifikasi nama dan dari divisi mana tersangkanya? Ganti,” jawab staf keamanan.
“Grace… eng-enggak harus sampe kayak gini, kan?”
Grace menarik name tag gue, “Divisi publikasi dan dokumentasi, nomor ID C-042, atas nama Muhammad Dana–”

Sebelum Grace menyelesaikan laporannya, gue lari sekenceng-kencengnya. Gila aja gue dilaporin mau ngintipin miba, mau ditaruh mana muka gue.

Grace kelewatan, dia menyalahgunakan wewenang. Kalo aja gue ketua divisi juga, gue laporin lewat walkie talkie balik dia.

Dari ruang kesehatan, gue balik ke kantor divisi publikdok. Di kantor udah mulai sepi, cuma ada Mahmud, Jaka, ketua divisi dan beberapa panitia dari divisi lain.

“Pak ketua, gue balik, ya? Kerjaan hari ini udah selesai,” pamit gue.
“Yo… ati-ati, Wi.”
“Langsung balik lo, awas ae keluyuran,” sahut Jaka.
“Lo tau engggak, Jak? Lama-lama gue berasa kayak diawasin Grace beneran, lho.”

Badan gue pegel semua, jadi panitia ospek bener-bener menguras tenaga kalo kerjanya niat. Iya, niat. Niat ngegodain adek tingkat. Pura-pura ambil foto, padahal observasi, menilai siapa cewek tercakep dan siapa cewek yang bisa diupgrade di angkatan baru.

Gue mengarahkan lensa ke salah satu miba yang bening, “Dek liat sini, dek.”
“Foto ya, kak?” Miba itu buru-buru merapikan rambutnya, “Udah siap, kak!”
“Satu… dua… tiga.”

CEKREK…!

Miba itu langsung nyamperin gue, “Gimana hasilnya, kak? Bagus enggak?”
Gue tunjukkan hasil tembakan gue, “Yah lumayan, sih.”
“Kok lumayan?”
“Iya, bisa lebih bagus kalo di edit pake photoshop.”
“Oh gitu.”
“Tapi jauh lebih bagus lagi kalo aku dapet nomor hape kamu.”

Modus kenalan dedek gemes tingkat panitia ospek.

==============

Kosan, home sweet home. Di kosan yang baru ini gue hidup sendirian, enggak ada masakan Sintya, enggak ada omelan mbak Irma dan enggak ada dengkuran mas Roni lagi.

Kosan yang baru bener-bener beda dari kosan lama gue. Di kosan gue yang baru ini terdapat dua kubu. Kubu bangun pagi dan kubu bangun malam, mirip banget sama kubu Nekomamushi sama kubu Inuarashi di manga One Piece. Kubu ini terjadi gara-gara perbedaan jam kerja kedua kubu. Kubu Inuarashi kerjanya pagi hari, dan kubu Nekomamushi kerjanya malam hari.

Terus kenapa jadi masalah? Bukannya perbedaan saling mengisi dan melengkapi? Teorinya sih emang gitu, tapi prakteknya ilmu teori hanya sekedar mitos belaka.

“Jadi gitu nak Dawi, kosan ini terbagi jadi dua kubu,” jelas ibu kos.
“Malah seru dong, Bu! Saya jadi enggak sabar pengin cepat nempatin.”
“Jadi gimana?”
“Saya ambil, Bu!” Gue menjabat tangan ibu kos, “Dua tahun cash!”

Gue awalnya juga mikir kayak gitu, tapi begitu tau kelakuan penghuni kos, gue menyesali keputusan gue.

Masalah pertama: Kamar mandi
Buat mahasiswa atau anak kos, kamar mandi adalah salah satu faktor yang dipertimbangkan dalam memilih kosan. Jumlah kamar mandi, kebersihan kamar mandi, bahkan feng shui tata letak kamar mandi juga terkadang jadi masalah. Bayangin aja, gimana jadinya kalo kamar mandi kosan terbatas, sementara dua kubu berselisih memperebutkan kekuasaan atas penggunaan kamar mandi.

“Lo enggak mandi lagi, Wi?” tanya Jaka.
Gue menggeleng, “Enggak, gue telat bangun.”
“Jorok banget jadi orang! Contoh gue kek, tiap dua jam mandi.”
Gue toyor Jaka, “Sok-sokan lo. Dipikir mandi di kosan itu gampang.”

Gue jarang mandi? Iya. Di kosan yang baru gue jadi jarang banget mandi. Hal yang merepotkan bagi gue adalah masalah pembagian waktu kedua kubu. Kubu Inuarashi punya kesempatan buat pake kamar mandi jam enam pagi sampe jam enam sore. Sementara kubu Nekomamushi bisa pake kamar mandi jam enam sore sampe jam enam pagi.

Demi menjaga kebersihan kamar mandi, setiap anggota kubu memiliki kunci duplikat kamar mandi sendiri-sendiri, jadi kalo abis pake kamar mandi wajib dikunci lagi. Dan sialnya, gue yang bukan anggota dari kubu manapun enggak mendapatkan kunci kamar mandi itu. Alhasil, gue cuma bisa mandi sewaktu pergantian kekuasaan tiap kubu. Yang artinya, gue cuma bisa pake kamar mandi jam enam pagi sama jam enam sore, kelewat dikit, seharian gue enggak mandi.

Masalah kedua: Parkiran.
Faktor kedua yang dipertimbangkan dalam memilih kosan adalah luasnya lahan parkir. Berbeda dari kosan gue yang lama, parkiran di kosan yang sekarang lebih kecil. Lahan parkir cuma muat buat satu kubu. Terus gimana parkir kubu yang lain? Gampang, penghuni kos membuat perjanjian.

Kubu Inuarashi bisa pake lahan parkir sesuka mereka selama kubu Nekomamushi berangkat kerja atau pergi. Begitu juga sebaliknya, kubu Nekomamushi bisa memakai sesuka hati selama kubu Inuarashi pergi. Tapi sebelum kubu yang lain pulang, kubu yang sebelumnya harus mengosongkan lahan parkir, jadi tidak terjadi penumpukan kendaraan.

‘Halo, Jak? Kayaknya gue enggak jadi ikut nongkrong, deh.’
‘Kenapa, gitu?’ tanya Jaka. ‘Kosan lo macet lagi?’
‘Iya, kubu Nekomamushi enggak mau ngosongin lahan parkir, motor gue kejepit.’
Terdengar suara Jaka menghela nafas, ‘Dibilangin pindah kosan susahnya minta ampun, mampus-mampus deh, Wi.’

Masalah ketiga: Kelakuan.
Cari gara-gara? Iya. Kalo aja tiap kubu tertib, pergantian pagi dan malam enggak bakalan ada masalah. Tapi berhubung kedua kubu sama-sama resenya, semua jadi berantakan.

“ADUH! INI KAMAR MANDI KENAPA MASIH DIKUNCI, SIH!” Anggota Inuarashi gedor-gedor pintu kamar mandi, “UDAH DIUJUNG TANDUK, NIH!”
“Woe! Keluar semua! Ada Inuarashi enggak bisa boker!” seru salah satu anggota Nekomamushi.”
“Kurang ajar lo! Awas lo, gue beri abis ini!”

Jalan utama ditutup pake empat lapis motor kubu Inuarashi. Satu-satunya jalan kubu Nekomamushi buat keluar cuma diangkat lewat atas tembok. Cara pasang motor buat blokir jalannya efektif banget. Polisi di Need For Speed: Most Wanted, lewat.

“Woe! Parkirnya yang bener dong!” seru salah satu anggota Nekomamushi. “Gue udah telat kerja nih!”
“Ada yang kena potong gaji, nih,” ledek anggota Inuarashi.
Anggota Nekomamushi yang lain keluar., “Buruan pinggirin motor lo! Jangan sampe kita hancurin!”
“Waduh, gue lupa naruh kuncinya dimana,” jawab dia santai. “Gue harus gimana dong, bro?”
“BERANTAKIN KAMARNYA! HEAAATT!”

Diubah oleh dasadharma10 11-01-2017 20:52
0
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.