di suatu pagi, saat aku dan teman-temanku sedang berkumpul di kosannya Andri, tiba - tiba suara handphone Ferdi berbunyi. dan ternyata Joni.

" sstttt , tolong diem dulu ya. ini ada Joni lagi telpon ", pinta Ferdi

saat itu juga ternyata Joni meminta kami untuk menemuinya dikampus. sepertinya ada hal yang sangat penting. kami pun bergegas menuju kampus. saat aku dan teman-teman ku menemui Joni. seperti ada gambaran yang tidak mengenakkan diraut wajahnya. sepertinya ada kabar yang tidak baik. dan benar saja Joni mulai bercerita kepada kami dengan ekspresi yang sedikit kaku.

" sebelumnya saya minta maaf kepada teman -teman sekalian. meskipun berat tapi harus gua katakan ", Joni mulai menjelaskan

betapa kagetnya kami saat itu, namun belum terlalu terpikir bahwa ada cobaan yang lebih berat lagi yang akan kami hadapi setelah itu. Joni menceritakan bahwa Sertifikat Toefl yang kami tebus itu dipermasalahkan oleh pihak kampus. dan termasuk dalam sindikat penipuan. bahkan otak dari sindikat itu sudah diburu polisi. Anak - anak dari fakultas lain yg juga menebus Toefl palsu itu sudah diberi surat panggilan oleh rektor. dan kami tinggal menunggu waktu. sungguh mencekam didetik-detik kami yg akan segera diwisuda.

saat itu aku dan teman-temanku marah dan tidak bisa menahan emosi kepada Joni. tapi untunglah hanya sekedar mencercanya saja. karena sepertinya Joni pun merasa menyesal. dan moment yang kami takutkan akhirnya datang juga. keesokan harinya giliran fakultas kami yang diberi surat panggilan itu. ini adalah masalah terbesar sepanjang sejarah kampusku. walaupun ternyata sudah lama sindikat ini berjalan. namun apesnya pada tahun kami inilah sindikat ini terbongkar. bahkan didalam koran pun beritanya sudah bertebaran. hal ini membuat pihak kampus merasa geram. dan yang lebih menggemparkan lagi. setelah melakukan rapat. rektor memutuskan untuk membatalkan wisuda bagi siapa saja yang terbukti menggunakan sertifikat Toefl palsu pada saat mengikuti sidang akhir. perasaan kami hancur sehancurnya pada saat itu. tidak sampai disitu, semua dosen kami juga sangat kecewa dan mencerca kami. termasuk pak Lius, Dosen yang sangat kubanggakan dan beliau pun selalu mempercayaiku. Betapa kecewa dan hancurnya perasaan beliau saat itu. kami hanya bisa tertunduk lesu. meskipun kami adalah korban yg tidak tau apa - apa, namun kami harus tetap mendapatkan hukuman itu. wisuda yang sudah didepan mata sirna hanya sekejap saja. aku dan teman - teman ku tidak bisa berpikir apa-apa pada saat itu. hanya penyesalan dan penyesalan. mungkin dosa ini sudah terlalu banyak sehingga kami dihadapkan ujian yang berat seperti ini. tidak ada bayang- bayang wisuda lagi di pikiran kami. karena harus menunggu 6 bulan lagi untuk mengikuti wisuda angkatan selanjutnya. dan hal yang paling berat adalah apa yang harus kami katakan kepada kedua orang tua kami.