- Beranda
- Stories from the Heart
Diary Si Jomblo Perak (Cerita Cinta, Komedi, Plus Horror)
...
TS
dylancalista
Diary Si Jomblo Perak (Cerita Cinta, Komedi, Plus Horror)
Hay agan dan aganwati, salam kenal. Ane new bie nih di kaskus, jadi mohon bantuannya untuk kasih saran atau kritik kalau cerita ane nnti rada mulai ngebosenin atau nggak nyambung.
Ane mau nulis cerita nih, tentang kehidupan jomblo yang ane lakoni, selama 25 tahun! Ceritanya nggak real 100%, tapi ada beberapa scene yang emang asli ane alami, Oo yah, Nama Ane Evan, keren ya nama ane? tapi sama teman-teman ane sering diplesetin jadi Epan, Yah, biar ga lama-lama berbasa basi, kita mulai aja ya gan? cekidot.
Quote:
Klik me!
Prolog
Part 1
Part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
Part 9
Part 10
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14 (1)
Part 14 (2)
Part 15 (1)
Part 15 (2)
Part 16
Part 17 (1)
Part 17(2)
Part 17(2)
Part 18(1)
Part 18(2)
Part 19(1)
Part 19(2)
Part 19(3)
Part 20
Part 21
Part 22
Part 23
Part 24
Part 25
Part 26
Part 26(2)
Part 27
Part 28
Part 29
Part 30(1)
Part 30(2)
Part 30(3)
Part 31(1)
Part 31(2)
Part 32(1)
Part 32(2)
Part 33
Part 34
Part 35
Part 36
Part 36(2)
Part 36(3)
Part 37(1)
Part 37(2)
Part 38(1)
Part 38(2)
Part 39
Part 40(1)
Part 41
Part 42
Part 43
Part 44
Part 45
Part 46
Part 47
Diubah oleh dylancalista 27-03-2019 14:27
mrezapmrg97 dan 27 lainnya memberi reputasi
28
321.9K
1.1K
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
31.6KThread•42.3KAnggota
Tampilkan semua post
TS
dylancalista
#221
Part 21
Pagi yang dingin, gua mencoba untuk merapatkan jaket gua untuk menghalau udara dingin yang menusuk kulit gua. Mellyn menatap gua nggak yakin, gua menganggukkan kepala seolah berusaha menyakinkan Mellyn bahwa gua akan baik-baik saja. Leandra dan Dion tersenyum kecil sambil menemani gua ke depan pintu coklat.
Dion: Semangat ya, Bray.
Gua mengangguk pelan, Dion menepuk bahu gua seolah mengguatkan. Gua mengetuk pintu coklat itu dengan pelan, di temani Kayla yang masih di sebelah gua.
xxx: Masuk
Gua masuk melangkah ke pintu tersebut, maap ya penggambaran situasinya aga alay, hanya saja emang beginilah kondisi karyawan yang ingin cuti, susah banget dapetnya, Ooh ya kenalin bos gua namanya Bu Dena
Bu Dena: Ada apa, Epan?
Gua: Boleh saya duduk, Bu?
Bu Dena menaikkan kacamatanya yang turun, lalu mengangguk pelan: Silahkan, ada apa?
Gua: Maap Bu
Bu Dena: Maap maap? kamu pikir ini lebaran? ada apa?
Gua: Gini Bu, saya sebenarnya mau mengajukan...
Bu Dena: Bukan mengajukan surat pengunduran diri kan?
Gua: Bukan, Bu. saya masih butuh uang.
Bu Dena menatap gua bingung: Lalu apa? Jangan bertele-tele dong
Gua mengangguk pelan: Iya bu, maksud saya ke sini untuk mengajukan cuti, Bu.
Bu Dena menatap gua dengan tatapan sinis: Cuti? Kapan kamu mau cuti? Kamu kan tahu sekarang siaran kita lagi ditunggu-tunggu sama para pendengar, kalau kamu cuti mulu, itu siaran mau di tutup orang? kamu...
Gua: Sabar dulu, Bu. Ambil napas dulu bu, selow...
Bu Dena: Mana bisa selow selow? kamu mau cuti ini pengganti kamu untuk siaran siapa?
Suara Bu Dena menggelegar sehingga gua rasa Dion, Mellyn, dan Leandra pasti kedengaran dari luar. Karyawan-karyawan lain juga pasti kedengaran suara Dena yang menggelegar
Gua: Sabar Bu, saya cutinya cuma 4 hari kok Bu. Kan bentar lagi hari raya, Bu. Saya udah nggak pulang lama, Bu. Bapak saya lagi sakit. Terakhir saya pulang ke kampung tahun lalu, Bu.
Bu Dena menatap gua dengan tatapan iba, mungkin dia tergerak hatinya melihat gua dengan muka memelas, dia menatap gua cukup lama seolah mencari ada tanda-tanda kebohongan atau tidak di mata gua.
Gua: Gimana, bu?
Bu Dena menatap gua lagi dengan tatapan sinis: Kamu tidak bohong, kan?
Gua menggeleng cepat mendengar suaranya yang menggelegar: Nggak, Bu. Saya serius, Bu.
Dia tersenyum kecil, sejak kerja sampai saat ini gua jarang sekali ambil cuti. Hari raya juga gua cuma libur tanggal merah doang, kelihatannya Bu Dena cukup iba melihat gua
Gua: Emak saya bilang bapak saya kangen sama saya, Bu. Saya pingin pulang, Bu.
Bu Dena melepaskan kacamatanya, lalu mengangguk: Ya sudah, tapi 4 hari saja, ya? Lewat dari 4 hari, gaji kamu saya potong dan kamu kena SP. mengerti?
Gua mengangguk cepat: ya, Bu. Siap. Makasih ya, Bu.
Bu Dena mengangguk pelan: Sudah sana, balik kerja. sebelum saya berubah pikiran
Gua segera bangun dari tempat gua dan beranjak pergi, di luar ruangan tampak Mellyn, Dion, dan Leandra yang menunggui gua seperti menunggui audisi indonesia idol
Dion: Gimana? boleh?
Gua berjingkrak-jingkrak sambil tersenyum: Boleh, gua dapet cutii...
Mellyn dan Leandra tersenyum kecil, Leandra mendekati gua. Gua sepertinya tahu apa yang ingin dia sampaikan.
Gua: le, nanti aja ya kita ngomong di ruangan gua
Leandra: Iya, Pan.
Leandra berjalan mengikuti gua, gua rasa gua harus menjelaskan ke Leandra tentang tujuan gua pulang dan tentang kejadian tempo hari lalu.
Gua: Le, Maaf ya, gua rasaa.....
Leandra: Gua udah tau, Pan. Dari suster kemarin. Jadi luka di tangan lu itu akibat dari tusukan pisau Myanca yang kerasukan?
Gua mengangguk pelan: Bisa dikatakan seperti itu
Leandra: Maaf ya, Pan. Gua nggak nyangka bisa sampe ngelukain lu gitu
Gua: Nggak pa-pa, Le. Hanya saja, gua pikir, untuk bantu orang lain, gua mesti punya bekal ilmu agar gua bisa melawan kekuatan yang lebih besar dari gua
Leandra: Jadi bener ada kekuatan yang membuat Melinda jadi brutal begitu?
Gua: Bisa dikatakan kayak gitu, Le. Gua perlu cerita ke Myanca sih, jadi nggak kesannya gua kabur sebelum berhasil bantu dia.
Leandra: kapan lu berangkat, pan?
Gua; Besok, Le. Jadi nanti malem, gua bakal bilang ke Myanca dulu sebelumnya
Leandra: Makasih ya, Pan. Maaf jadi bikin lu begini
Gua mengangguk pelan sambil meletakkan berkas cuti gua di meja gua. Leandra meninggalkan ruangan gua. Lalu gua pun meraih hp gua, gua bingung apakah gua harus menemui Myanca atau gua menelponnya saja? Jujur, gua takut mengingat apa yang terjadi kemarin.
Gua: Kay, menurut lu apa gua harus temuin Myanca?
Kayla: Ya, harusnya sih gitu. Kan pamitan sebelum kamu balik ke kampung
Gua: Lu bakal ikut gua kan ke kampung?
Kayla: kenapa kamu jadi ngarep banget?
Gua: tenang, lu nggak perlu pake tiket pesawat karna lu nggak kelihatan. Jadi lu pasti ikut, kan?
Kayla tersenyum kecil: Ya, asalkan nanti pas di sana gua dapet es krim green tea
Gua: Emang hantu bisa makan?
Kayla: Bisa, kami nggak bakal makan makanannya sampe abis kok. Hanya sarinya saja yang kami makan, jadi manusia yang tidak bisa melihat hal mistis, akan melihat makanan yang kami makan tetap utuh. Hanya saja, bila mereka makan makanan yang telah kami makan, makanan tersebut kehilangan rasa manis
Gua mengangguk-angguk: Ya udah, nanti gua traktir deh
Kayla tersenyum kecil: Asyikk
Gua memencet nomor hp Myanca dan menelponnya untuk janjian ketemuan nanti.
Gua: halo,
Myanca: Evan, kamu udah baikan? Maaf ya kemarinnn
Gua: Nggak pa-pa, Ca. Nanti bisa ketemuan?
Myanca: Bisa, kapan?
Gua: di Kafe deket rumah sakit aja ya? abis gua balik kerja
Myanca: Oke, See you, Van.
Myanca duduk berhadapan dengan gua dengan segelas orange jus di depannya, rasanya ngeri juga bila teringat dengan wajah Myanca tempo hari lalu, dengan mata memerah dan wajah pucat.
Gua: Iya, Ca. Seperti yang di bilang Leandra, gua mau balik ke kampung gua dulu
Myanca: Maaf ya, Pan. Gara-gara aku...
Gua: No, bukan gara-gara lu. Kebetulan bapak gua juga lagi sakit dan gua butuh untuk jenguk dia. Jadinya gua rasa, gua mesti balik. Dan untuk masalah lu, gua bakal berusaha semampu gua untuk bantu setelah gua balik ya?
Myanca mengangguk pelan: Makasih ya, Van. Aku nggak kebayang kalau nggak ada kamu...
Gua: sementara waktu, untuk perlindungan diri lu dan cici lu, gua cuma bisa kasi ini. Pakai aja kalau cici lu lagi kambuh.
Gua menyerahkan jimat kecil seperti kalung giok yang gua temukan di koper gua, sepertinya ini jimat pemberian emak yang baru saja gua temukan. Gua menyerahkan jimat itu ke Myanca.
Gua: Ini, Ca. pakai aja untuk perlindungan diri
Myanca mengambilnya dan menyimpannya di tasnya. Gua melirik jam tangan gua, udah malam banget gua harus kemas-kemas baju gua, gua pun bangun dari tempat duduk gua.
Gua: Ca, gua balik dulu ya?
Myanca pun bangun dari tempat duduknya dan menghampiri gua, dia meluk gua! Ya Tuhan, baru sekali Epan di peluk cewek selain emak. Rezeki anak sholeh, hahahahha. Gua diem aja nggak berusaha menolak ataupun menerima pelukan itu, myanca memeluk gua erat, sampai keringat mulai membasahi wajah gua.
Myanca: Terima kasih ya, Van. Tanpa kamu, aku nggak tahu harus gimana lagi
Gua mengangguk pelan, gua cuma berdoa dia nggak mendengar suara detak jantung gua yang udah kayak drum, saking salah tingkahnya. Dia melepaskan pelukannya yang erat tadi, dan melihat gua yang udah keringatan ga jelas,
Myanca: kamu kepanasan, Van?
Gua menyeka keringat gua dengan ujung baju gua, tapi Myanca segera menangkis tangan gua, dia menyeka keringat gua dengan tissue yang diambil dari tasnya, tapi keringat gua makin deras mengucur. Myanca tersenyum kecil.
Gua: Maaf, ca. Gua...
Myanca: Nggak pa-pa
Gua mengambil tissue dari tangannya: gua lap sendiri aja ya, Ca? gua balik dulu ya? Duluan ya
Myanca: Hati-hati, Van. Makasih ya.
Pagi yang dingin, gua mencoba untuk merapatkan jaket gua untuk menghalau udara dingin yang menusuk kulit gua. Mellyn menatap gua nggak yakin, gua menganggukkan kepala seolah berusaha menyakinkan Mellyn bahwa gua akan baik-baik saja. Leandra dan Dion tersenyum kecil sambil menemani gua ke depan pintu coklat.
Dion: Semangat ya, Bray.
Gua mengangguk pelan, Dion menepuk bahu gua seolah mengguatkan. Gua mengetuk pintu coklat itu dengan pelan, di temani Kayla yang masih di sebelah gua.
xxx: Masuk
Gua masuk melangkah ke pintu tersebut, maap ya penggambaran situasinya aga alay, hanya saja emang beginilah kondisi karyawan yang ingin cuti, susah banget dapetnya, Ooh ya kenalin bos gua namanya Bu Dena
Bu Dena: Ada apa, Epan?
Gua: Boleh saya duduk, Bu?
Bu Dena menaikkan kacamatanya yang turun, lalu mengangguk pelan: Silahkan, ada apa?
Gua: Maap Bu
Bu Dena: Maap maap? kamu pikir ini lebaran? ada apa?
Gua: Gini Bu, saya sebenarnya mau mengajukan...
Bu Dena: Bukan mengajukan surat pengunduran diri kan?
Gua: Bukan, Bu. saya masih butuh uang.
Bu Dena menatap gua bingung: Lalu apa? Jangan bertele-tele dong
Gua mengangguk pelan: Iya bu, maksud saya ke sini untuk mengajukan cuti, Bu.
Bu Dena menatap gua dengan tatapan sinis: Cuti? Kapan kamu mau cuti? Kamu kan tahu sekarang siaran kita lagi ditunggu-tunggu sama para pendengar, kalau kamu cuti mulu, itu siaran mau di tutup orang? kamu...
Gua: Sabar dulu, Bu. Ambil napas dulu bu, selow...
Bu Dena: Mana bisa selow selow? kamu mau cuti ini pengganti kamu untuk siaran siapa?
Suara Bu Dena menggelegar sehingga gua rasa Dion, Mellyn, dan Leandra pasti kedengaran dari luar. Karyawan-karyawan lain juga pasti kedengaran suara Dena yang menggelegar
Gua: Sabar Bu, saya cutinya cuma 4 hari kok Bu. Kan bentar lagi hari raya, Bu. Saya udah nggak pulang lama, Bu. Bapak saya lagi sakit. Terakhir saya pulang ke kampung tahun lalu, Bu.
Bu Dena menatap gua dengan tatapan iba, mungkin dia tergerak hatinya melihat gua dengan muka memelas, dia menatap gua cukup lama seolah mencari ada tanda-tanda kebohongan atau tidak di mata gua.
Gua: Gimana, bu?
Bu Dena menatap gua lagi dengan tatapan sinis: Kamu tidak bohong, kan?
Gua menggeleng cepat mendengar suaranya yang menggelegar: Nggak, Bu. Saya serius, Bu.
Dia tersenyum kecil, sejak kerja sampai saat ini gua jarang sekali ambil cuti. Hari raya juga gua cuma libur tanggal merah doang, kelihatannya Bu Dena cukup iba melihat gua
Gua: Emak saya bilang bapak saya kangen sama saya, Bu. Saya pingin pulang, Bu.
Bu Dena melepaskan kacamatanya, lalu mengangguk: Ya sudah, tapi 4 hari saja, ya? Lewat dari 4 hari, gaji kamu saya potong dan kamu kena SP. mengerti?
Gua mengangguk cepat: ya, Bu. Siap. Makasih ya, Bu.
Bu Dena mengangguk pelan: Sudah sana, balik kerja. sebelum saya berubah pikiran
Gua segera bangun dari tempat gua dan beranjak pergi, di luar ruangan tampak Mellyn, Dion, dan Leandra yang menunggui gua seperti menunggui audisi indonesia idol
Dion: Gimana? boleh?
Gua berjingkrak-jingkrak sambil tersenyum: Boleh, gua dapet cutii...
Mellyn dan Leandra tersenyum kecil, Leandra mendekati gua. Gua sepertinya tahu apa yang ingin dia sampaikan.
Gua: le, nanti aja ya kita ngomong di ruangan gua
Leandra: Iya, Pan.
Leandra berjalan mengikuti gua, gua rasa gua harus menjelaskan ke Leandra tentang tujuan gua pulang dan tentang kejadian tempo hari lalu.
Gua: Le, Maaf ya, gua rasaa.....
Leandra: Gua udah tau, Pan. Dari suster kemarin. Jadi luka di tangan lu itu akibat dari tusukan pisau Myanca yang kerasukan?
Gua mengangguk pelan: Bisa dikatakan seperti itu
Leandra: Maaf ya, Pan. Gua nggak nyangka bisa sampe ngelukain lu gitu
Gua: Nggak pa-pa, Le. Hanya saja, gua pikir, untuk bantu orang lain, gua mesti punya bekal ilmu agar gua bisa melawan kekuatan yang lebih besar dari gua
Leandra: Jadi bener ada kekuatan yang membuat Melinda jadi brutal begitu?
Gua: Bisa dikatakan kayak gitu, Le. Gua perlu cerita ke Myanca sih, jadi nggak kesannya gua kabur sebelum berhasil bantu dia.
Leandra: kapan lu berangkat, pan?
Gua; Besok, Le. Jadi nanti malem, gua bakal bilang ke Myanca dulu sebelumnya
Leandra: Makasih ya, Pan. Maaf jadi bikin lu begini
Gua mengangguk pelan sambil meletakkan berkas cuti gua di meja gua. Leandra meninggalkan ruangan gua. Lalu gua pun meraih hp gua, gua bingung apakah gua harus menemui Myanca atau gua menelponnya saja? Jujur, gua takut mengingat apa yang terjadi kemarin.
Gua: Kay, menurut lu apa gua harus temuin Myanca?
Kayla: Ya, harusnya sih gitu. Kan pamitan sebelum kamu balik ke kampung
Gua: Lu bakal ikut gua kan ke kampung?
Kayla: kenapa kamu jadi ngarep banget?
Gua: tenang, lu nggak perlu pake tiket pesawat karna lu nggak kelihatan. Jadi lu pasti ikut, kan?
Kayla tersenyum kecil: Ya, asalkan nanti pas di sana gua dapet es krim green tea
Gua: Emang hantu bisa makan?
Kayla: Bisa, kami nggak bakal makan makanannya sampe abis kok. Hanya sarinya saja yang kami makan, jadi manusia yang tidak bisa melihat hal mistis, akan melihat makanan yang kami makan tetap utuh. Hanya saja, bila mereka makan makanan yang telah kami makan, makanan tersebut kehilangan rasa manis
Gua mengangguk-angguk: Ya udah, nanti gua traktir deh
Kayla tersenyum kecil: Asyikk
Gua memencet nomor hp Myanca dan menelponnya untuk janjian ketemuan nanti.
Gua: halo,
Myanca: Evan, kamu udah baikan? Maaf ya kemarinnn
Gua: Nggak pa-pa, Ca. Nanti bisa ketemuan?
Myanca: Bisa, kapan?
Gua: di Kafe deket rumah sakit aja ya? abis gua balik kerja
Myanca: Oke, See you, Van.
****
Myanca duduk berhadapan dengan gua dengan segelas orange jus di depannya, rasanya ngeri juga bila teringat dengan wajah Myanca tempo hari lalu, dengan mata memerah dan wajah pucat.
Gua: Iya, Ca. Seperti yang di bilang Leandra, gua mau balik ke kampung gua dulu
Myanca: Maaf ya, Pan. Gara-gara aku...
Gua: No, bukan gara-gara lu. Kebetulan bapak gua juga lagi sakit dan gua butuh untuk jenguk dia. Jadinya gua rasa, gua mesti balik. Dan untuk masalah lu, gua bakal berusaha semampu gua untuk bantu setelah gua balik ya?
Myanca mengangguk pelan: Makasih ya, Van. Aku nggak kebayang kalau nggak ada kamu...
Gua: sementara waktu, untuk perlindungan diri lu dan cici lu, gua cuma bisa kasi ini. Pakai aja kalau cici lu lagi kambuh.
Gua menyerahkan jimat kecil seperti kalung giok yang gua temukan di koper gua, sepertinya ini jimat pemberian emak yang baru saja gua temukan. Gua menyerahkan jimat itu ke Myanca.
Gua: Ini, Ca. pakai aja untuk perlindungan diri
Myanca mengambilnya dan menyimpannya di tasnya. Gua melirik jam tangan gua, udah malam banget gua harus kemas-kemas baju gua, gua pun bangun dari tempat duduk gua.
Gua: Ca, gua balik dulu ya?
Myanca pun bangun dari tempat duduknya dan menghampiri gua, dia meluk gua! Ya Tuhan, baru sekali Epan di peluk cewek selain emak. Rezeki anak sholeh, hahahahha. Gua diem aja nggak berusaha menolak ataupun menerima pelukan itu, myanca memeluk gua erat, sampai keringat mulai membasahi wajah gua.
Myanca: Terima kasih ya, Van. Tanpa kamu, aku nggak tahu harus gimana lagi
Gua mengangguk pelan, gua cuma berdoa dia nggak mendengar suara detak jantung gua yang udah kayak drum, saking salah tingkahnya. Dia melepaskan pelukannya yang erat tadi, dan melihat gua yang udah keringatan ga jelas,
Myanca: kamu kepanasan, Van?
Gua menyeka keringat gua dengan ujung baju gua, tapi Myanca segera menangkis tangan gua, dia menyeka keringat gua dengan tissue yang diambil dari tasnya, tapi keringat gua makin deras mengucur. Myanca tersenyum kecil.
Gua: Maaf, ca. Gua...
Myanca: Nggak pa-pa
Gua mengambil tissue dari tangannya: gua lap sendiri aja ya, Ca? gua balik dulu ya? Duluan ya
Myanca: Hati-hati, Van. Makasih ya.
adityazafrans dan 5 lainnya memberi reputasi
6