“kapan kamu ke Palembang Zie?” tanyanya tepat di hari pertamaku pelatihan setelah menjemputku di Kota

“uhm, sekitar 2 bulan lagi, kenapa? Belum apa-apa udah kangen” godaku padanya

“iya, jadi pengen sama kamu terus sekarang Zie” jawabnya, antara kaget dan gombal aku mendengarnya

“wih, seriusan?” tanyaku tak percaya

“iya beneran, masa boong” jawabnya lagi

“ooh, ya udah, gimana kalo aku resign aja? Mumpung belum penempatan Ron” tawarku padanya

“yeh ga gitu Zie, jangan lah, itu karirmu, aku ga mau ganggu gugat masalah yang ini” ucapnya padaku

“terus maunya kamu gimana? Tanyaku lagi

“ya gapapa kamu disana, nanti aku pasti jenguk kamu” uuhh so sweet >.<

“ohh really??”

“iyaa, pasti itu”

Perbincangan kami pun berlanjut ke salah satu resto disekitaran pecenongan, bukan tempat mewah, tapi cukup cozy, it’s a good place with the best porridge in town, I think you all know where the place is.

“aku Cuma takut aja Zie” bukanya tiba-tiba ditengah kami menyantap makan malam pada saat itu

“takut? Kenapa?” tanyaku menatapnya

“aku belajar dari pengalaman, kalau Zie yang setiap hari ketemu aja bisa nyeleweng, terlepas mungkin itu adalah kesalahanku atau apapun namanya, tapi yang jelas aku ga neko-neko dan ga akan pernah, yang paling aku takutin itu juga bakal terjadi sama kamu ketika disana nanti” ucapnya menjelaskan padaku, saat itu pula aku segera menghentikan suapanku.

“kok nyamain aku sama dia?”

“bukan maksud nyamain, aku Cuma kepikiran aja bagaimana kalau itu semua terulang Zie”

“terus maunya Ronan gimana?” tanyaku, ia pun berdiam diri tak menjawab

“kalo aku janji dan mastiin itu semua ga terjadi apa itu cukup menghapus rasa khawatirmu Ron?” tanyaku lagi dengan serius

“sejujurnya, sudah cukuplah itu bagi aku Zie, tapi rasa khawatir itu tetap ada” jawabnya dengan menatap mataku erat-erat

“oke, aku akan lakukan perubahan besar mulai besok, yang mudah-mudahan kamu berkenan akan hal itu dan membuat hati kamu tenang ya”

“heeee? Apa itu Zie?” tanyanya

“udah liat aja besok, jemput aku lagi kan?”

“iya, inshaa Allah aku jemput lagi”

“ga nganterin?” pancingku padanya

“duh aku ada kuliah pagi Zie, maaf ya”

“gapapa, aku udah tau kok kamu ada kuliah hihi, ya udah jangan cembetut gitu dong, makan lagi ya”

Tak terasa obrolan kami harus disudahi oleh waktu yang makin malam, kami pun bergegas meninggalkan tempat makan ini. Kondisi jalan sudah lebih baik daripada saat kami menuju kesini tadi, karena sudah malam pastinya, whatever it is, I really love it. Perbincangan kami pun berlanjut diatas motor hingga tak terasa kami pun sampai didepan rumahku, seperti biasa, Bunda ku menunggu di teras.

“assalamualaykum” salamku padanya

“waalaykumsalam, kok baru pulang jam segini nduk?” tanyanya

“iya, tadi makan dulu sama Ron” jawabku mencium tangannya, yang tak lama disusul Ron.

“maaf ya tante kemaleman, ngobrol dulu tadi soalnya”

“oohh ya gapapa, tante percaya kalo sama Ronan” ucap mama pada Ron

“Alhamdulillah tu udah dipercaya, dijaga lohh Ron kepercayaannya mama” ujarku

“inshaa Allah amanah tante, ya udah, Ron pamit langsung ya tante udah malam” pamitnya

“lohh ga masuk dulu, tante buatin teh nanti” ajak mama

“makasih banyak sebelumnya tante, tapi ga enak udah malam”

“ya wis, ati-ati ya Ron”

“makasih tante, wassalamualaykum” Ron mencium tangan mama

"Walaykumsalam" jawab mama

“aku anter ampe gerbang ya ma” ijinku ke mama yang dijawab dengan senyum

--

Pagi itu aku bangun jauh lebih awal, dan berdandan lebih lama dari biasanya, well, hal baru ini jelas membutuhkan waktu yang lebih daripada biasanya. Setelah siap, aku pun segera berjalan keluar rumah, tapi tertahan digarasi tepat ketika aku melewatinya, terlihat motorku terparkir manis disisi ujung pintu. Mungkin masih ada yang ingat motorku dulu? Ya, udah ga bisa diperbaiki memang, lama setelah kejadian itu, keinginanku untuk kembali memiliki motorpun membuncah, aku ingin segera memiliki penggantinya. Well, setelah negosiasi yang alot dengan papa mama, akhirnya aku diizinkan memilikinya lagi. Kawasaki lagi? Bukan bukan, kali ini aku kepincut dengan suara ngebass nan lembutnya honda CB400SF. Motor ini akan kutitip pada Ron nanti untuk dirawat ketika aku akan meninggalkan kota ini.

Sore hari nya selesai pelatihan pelatihan, terlihat sosoknya menunggu di masjid belakang kantorku, terlihat matanya menerawang jauh, seperti hanya jasadnya saja yang berada disini, entah dimana jiwanya.

"bengong aja mas" sapaku

"........." dia tak menjawabku, jelas ia sedang melamunkan sesuatu yang berat dan sepertinya aku tau apa itu

"kalo udah puas ngelamunnya, boleh kali aku diajak ngobrol" ucapku duduk disampingnya, kali ini dengan senggolan bahuku padanya

"... Hah? Knapa? Maaf mba" jawabnya terperanjak dengan melihat sekilas padaku, dan kemudian ia menatapku lekat-lekat

"mba? Gundulmu mba, baru sehari g ktmu udah manggil mba, gimana aku tinggal tahunan ke palembang nanti, bisa-bisa dipanggil mbah aku nanti" ujarku membuang pandangan kedepan, bete padanya

"Zie, masya Allah, aku pangling, jadi ini yang kamu omongin smalam?? Jilbabnya ngebuat kamu jadi makin cantik, makasi ya Zie" ucapnya, bikin ge er aja >.<

"ihhh ge er, siap bilang ini buat kamu, aku tu udah kepengen pake hijab dari dulu tau, jadi ini panggilan dari Allah, yang mana benefitnya juga buat aku, dan... Kamu nantinya" jelasku malu

"Alhamdulillah, apapun itu, kamu bikin hatiku jadi jauh lebih tenang dan secure sekarang" ucapnya tersenyum

"see? I will make you proud of me"

"ohh you just did and forever till the end, you will be my precious more than before"

Fin ~~

---

Semoga berkenan ya kaka2 smua

Next : Epilog