- Beranda
- Stories from the Heart
Diary Si Jomblo Perak (Cerita Cinta, Komedi, Plus Horror)
...
TS
dylancalista
Diary Si Jomblo Perak (Cerita Cinta, Komedi, Plus Horror)
Hay agan dan aganwati, salam kenal. Ane new bie nih di kaskus, jadi mohon bantuannya untuk kasih saran atau kritik kalau cerita ane nnti rada mulai ngebosenin atau nggak nyambung.
Ane mau nulis cerita nih, tentang kehidupan jomblo yang ane lakoni, selama 25 tahun! Ceritanya nggak real 100%, tapi ada beberapa scene yang emang asli ane alami, Oo yah, Nama Ane Evan, keren ya nama ane? tapi sama teman-teman ane sering diplesetin jadi Epan, Yah, biar ga lama-lama berbasa basi, kita mulai aja ya gan? cekidot.
Quote:
Klik me!
Prolog
Part 1
Part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
Part 9
Part 10
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14 (1)
Part 14 (2)
Part 15 (1)
Part 15 (2)
Part 16
Part 17 (1)
Part 17(2)
Part 17(2)
Part 18(1)
Part 18(2)
Part 19(1)
Part 19(2)
Part 19(3)
Part 20
Part 21
Part 22
Part 23
Part 24
Part 25
Part 26
Part 26(2)
Part 27
Part 28
Part 29
Part 30(1)
Part 30(2)
Part 30(3)
Part 31(1)
Part 31(2)
Part 32(1)
Part 32(2)
Part 33
Part 34
Part 35
Part 36
Part 36(2)
Part 36(3)
Part 37(1)
Part 37(2)
Part 38(1)
Part 38(2)
Part 39
Part 40(1)
Part 41
Part 42
Part 43
Part 44
Part 45
Part 46
Part 47
Diubah oleh dylancalista 27-03-2019 14:27
mrezapmrg97 dan 27 lainnya memberi reputasi
28
321.9K
1.1K
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
31.6KThread•42.3KAnggota
Tampilkan semua post
TS
dylancalista
#210
Part 20
Myanca yang saat ini dirasuki oleh sosok berbaju merah itu langsung bergerak dengan brutal ke arah gua, dia memegang pisau di tangan kanannya. Gua nggak bisa lihat lagi sosok Myanca yang anggun seperti biasa, karna saat ini wajahnya pucat pasi dan matanya memerah seperti darah. Kalo kalian sulit membayangkannya, bayangkan saja wajah Sandra Dewi yang pucat dan matanya memerah (P.s: Maaf ya Mbak Sandra Dewi, saya tidak bermaksud mengejek, tapi hanya penggambaran tokoh cerita saya saja)
Myanca menghampiri gua dengan cepat, lalu dia berusaha menusukkan pisau itu ke tubuh gua, Kayla terus mencoba melerai tapi karna badannya menembus, jadinya nggak berpengaruh banyak. Gua terus mengelak tiap kali Myanca berusaha menusukkan pisau itu, untung gua jago bela diri silat, jadi gua dan myanca yang dikendalikan sosok merah itu seperti orang yang sedang berkelahi. Untungnya, Suster rumah sakit yang sedang berniat memeriksa keadaan Melinda melihat kejadian itu dan segera memanggil bala bantuan, meskipun mereka berpikir yang menyerang gua adalah Myanca.
Dua pria bertubuh cukup besar untuk ukuran laki-laki berusaha memegangi Myanca yang kerasukan yang masih berusaha menusukkan pisau itu ke gua, tapi Myanca masih cukup brutal dan berusaha terus menyerang gua, sampai akhirnya
Gua: Aaaaa.....
Darah segar mengalir menetes dari lengan gua yang tergores pisau yang dipegang oleh Myanca. Lalu Myanca pun pingsan, sosok merah itu keluar dari tubuhnya dan tampak senang karna dia berhasil melukai gua. Sementara suster rumah sakit segera memberikan pertolongan kepada gua dan Myanca. Sosok merah itu masih bersama Melinda, Masih tak juga meninggalkannya dan masih tersenyum sumringah seolah mengejek gua yang kesakitan.
Suster: Mas, ini saya balut dulu ya lukanya. Kenapa bisa begitu tiba-tiba, Mas?
Gua: Saya...
Suster: Mbak Myanca nggak pernah berlaku brutal seperti itu. biasanya Mbak Melinda yang begitu.
Gua: Saya juga nggak mengerti, Mbak.
Gua diam saja menahan rasa perih di lengan kanan gua, lukanya cukup besar karna goresannya cukup panjang dan dalam melukai lengan gua. Gua menahan sakit sambil menatap Myanca yang sedang berbaring tak sadarkan diri dan Kayla yang masih di samping gua. Gua sadar, saat ini mungkin gua nggak bisa mengalahkan sosok merah itu. Tapi apa yang harus gua lakukan?
****
Kayla dan gua terdiam di ruang tamu apartemen gua, masih diam tanpa bicara kami berdua sibuk dengan pikiran kami masing-masing. Tadi gua memutuskan untuk pulang dulu daru rumah sakit karna bila gua nekat terus melawan, gua bisa mati konyol di tangan sosok itu.
Dan gua nggak mau mempertaruhkan nyawa gua saat ini. Gua butuh ketenangan dan gua butuh berpikir jernih dalam hal ini. Kayla masih saja diam sedari tadi, wajahnya yang biasanya ceria mendadak murung. Entah mengapa dia begitu, gua pun nggak berniat untuk menanyakan apapun, gua lelah banget hari ini.
Kayla: Maaf ya, Van
Gua menoleh menatap kayla yang ternyata sudah duduk di sebelah gua, dengan wajah yang masih murung. Gua akui gua benci melihat dia dengan wajah seperti itu, gua kangen senyumnya, yang kadang bisa buat gua salah fokus.
Kayla: Harusnya aku nggak menyuruhmu berlaku nekat seperti tadi, kamu hampir mati tadi
Gua: Nggak perlu minta maaf, itu pilihan gua.
Kayla: Masih sakit lukanya?
Gua: Masih, kulit gua bukan dari baja, pasti sakit lah. Luka di lengan sama di bahu gua, gila, sosok itu kuat juga
Kayla: Aku nggak nyangka dia sosok yang jahat
Gua: dan melawan dia tanpa bekal sedikitpun artinya mengantar nyawa ke sana. Benar kan kata gua, gua itu baru sekarang bisa lihat hal mistis, gua belum siap dan gua nggak punya ilmu yang bisa menunjang gua untuk membantu orang lain. Gimana mau membantu orang lain, membantu diri sendiri aja gua belum bisa. Karna sikap sok pahlawan seperti tadi, gua bisa mati
Kayla: Iya, benar. Kamu butuh bekal ilmu yang kuat. Dan...
Hp gua berdering, gua menatap layar ponsel gua. Dari emak.
Gua: Halo
Emak: Pan, lagi apa?
Gua: Abis makan, Mak
Emak: Kamu baik-baik saja tah? Nggak lagi sakit?
Deg! naluri emak emang kuat, padahal gua belum menceritakan apa yang gua alami hari ini. Tapi emak seolah punya naluri anaknya sedang sakit. Gua kangen emak.
Gua: Nggak, Mak. Kenapa, Mak?
Emak: Bentar lagi kan libur, kamu nggak mau jalan-jalan ke sini tah?
Gua: Ke kampung maksud emak?
Emak: Iya, bapak kangen kamu Nak. Dan bentar lagi kan hari raya, masa kamu nggak pulang lagi? Kamu kan tahu bapakmu terakhir lihat kamu pas hari raya tahun lalu, kamu nggak kangen dia?
Gua menatap Kayla yang ikut mendengarkan percakapan gua dan emak. Kayla tersenyum kecil dan mengangguk pelan. Saking sibuknya menjalani hidup gua, gua jadi lupa 3 hari lagi hari raya. Dan gua emang udah lama banget nggak pulang ke kampung. Bapak kangen gua, dan gua emak kangen banget sama Bapak. Belum lagi kemarin dia sempet muntah paku, gua emang perlu liat keadaannya, sekaligus nenangin diri sejenak dari aktivitas gua.
Gua: Kangen, Mak. Kangen banget.
Emak: Ya udah, kamu balik ke sini ya berarti? Pakde Iyan juga dateng nanti, dia bilang pingin banget ketemu kamu, Nak.
Gua menatap Kayla tak percaya, Pakde Iyan. Gimana gua bisa lupa kalau emak gua punya sodara angkat yang seorang indigo, gua harusnya bisa minta bantuan dia atau setidaknya petunjuk kalau gua mau membantu Myanca.
Gua: Epan balik ke kampung lusa ya, Mak.
Myanca yang saat ini dirasuki oleh sosok berbaju merah itu langsung bergerak dengan brutal ke arah gua, dia memegang pisau di tangan kanannya. Gua nggak bisa lihat lagi sosok Myanca yang anggun seperti biasa, karna saat ini wajahnya pucat pasi dan matanya memerah seperti darah. Kalo kalian sulit membayangkannya, bayangkan saja wajah Sandra Dewi yang pucat dan matanya memerah (P.s: Maaf ya Mbak Sandra Dewi, saya tidak bermaksud mengejek, tapi hanya penggambaran tokoh cerita saya saja)
Myanca menghampiri gua dengan cepat, lalu dia berusaha menusukkan pisau itu ke tubuh gua, Kayla terus mencoba melerai tapi karna badannya menembus, jadinya nggak berpengaruh banyak. Gua terus mengelak tiap kali Myanca berusaha menusukkan pisau itu, untung gua jago bela diri silat, jadi gua dan myanca yang dikendalikan sosok merah itu seperti orang yang sedang berkelahi. Untungnya, Suster rumah sakit yang sedang berniat memeriksa keadaan Melinda melihat kejadian itu dan segera memanggil bala bantuan, meskipun mereka berpikir yang menyerang gua adalah Myanca.
Dua pria bertubuh cukup besar untuk ukuran laki-laki berusaha memegangi Myanca yang kerasukan yang masih berusaha menusukkan pisau itu ke gua, tapi Myanca masih cukup brutal dan berusaha terus menyerang gua, sampai akhirnya
Gua: Aaaaa.....
Darah segar mengalir menetes dari lengan gua yang tergores pisau yang dipegang oleh Myanca. Lalu Myanca pun pingsan, sosok merah itu keluar dari tubuhnya dan tampak senang karna dia berhasil melukai gua. Sementara suster rumah sakit segera memberikan pertolongan kepada gua dan Myanca. Sosok merah itu masih bersama Melinda, Masih tak juga meninggalkannya dan masih tersenyum sumringah seolah mengejek gua yang kesakitan.
Suster: Mas, ini saya balut dulu ya lukanya. Kenapa bisa begitu tiba-tiba, Mas?
Gua: Saya...
Suster: Mbak Myanca nggak pernah berlaku brutal seperti itu. biasanya Mbak Melinda yang begitu.
Gua: Saya juga nggak mengerti, Mbak.
Gua diam saja menahan rasa perih di lengan kanan gua, lukanya cukup besar karna goresannya cukup panjang dan dalam melukai lengan gua. Gua menahan sakit sambil menatap Myanca yang sedang berbaring tak sadarkan diri dan Kayla yang masih di samping gua. Gua sadar, saat ini mungkin gua nggak bisa mengalahkan sosok merah itu. Tapi apa yang harus gua lakukan?
****
Kayla dan gua terdiam di ruang tamu apartemen gua, masih diam tanpa bicara kami berdua sibuk dengan pikiran kami masing-masing. Tadi gua memutuskan untuk pulang dulu daru rumah sakit karna bila gua nekat terus melawan, gua bisa mati konyol di tangan sosok itu.
Dan gua nggak mau mempertaruhkan nyawa gua saat ini. Gua butuh ketenangan dan gua butuh berpikir jernih dalam hal ini. Kayla masih saja diam sedari tadi, wajahnya yang biasanya ceria mendadak murung. Entah mengapa dia begitu, gua pun nggak berniat untuk menanyakan apapun, gua lelah banget hari ini.
Kayla: Maaf ya, Van
Gua menoleh menatap kayla yang ternyata sudah duduk di sebelah gua, dengan wajah yang masih murung. Gua akui gua benci melihat dia dengan wajah seperti itu, gua kangen senyumnya, yang kadang bisa buat gua salah fokus.
Kayla: Harusnya aku nggak menyuruhmu berlaku nekat seperti tadi, kamu hampir mati tadi
Gua: Nggak perlu minta maaf, itu pilihan gua.
Kayla: Masih sakit lukanya?
Gua: Masih, kulit gua bukan dari baja, pasti sakit lah. Luka di lengan sama di bahu gua, gila, sosok itu kuat juga
Kayla: Aku nggak nyangka dia sosok yang jahat
Gua: dan melawan dia tanpa bekal sedikitpun artinya mengantar nyawa ke sana. Benar kan kata gua, gua itu baru sekarang bisa lihat hal mistis, gua belum siap dan gua nggak punya ilmu yang bisa menunjang gua untuk membantu orang lain. Gimana mau membantu orang lain, membantu diri sendiri aja gua belum bisa. Karna sikap sok pahlawan seperti tadi, gua bisa mati
Kayla: Iya, benar. Kamu butuh bekal ilmu yang kuat. Dan...
Hp gua berdering, gua menatap layar ponsel gua. Dari emak.
Gua: Halo
Emak: Pan, lagi apa?
Gua: Abis makan, Mak
Emak: Kamu baik-baik saja tah? Nggak lagi sakit?
Deg! naluri emak emang kuat, padahal gua belum menceritakan apa yang gua alami hari ini. Tapi emak seolah punya naluri anaknya sedang sakit. Gua kangen emak.
Gua: Nggak, Mak. Kenapa, Mak?
Emak: Bentar lagi kan libur, kamu nggak mau jalan-jalan ke sini tah?
Gua: Ke kampung maksud emak?
Emak: Iya, bapak kangen kamu Nak. Dan bentar lagi kan hari raya, masa kamu nggak pulang lagi? Kamu kan tahu bapakmu terakhir lihat kamu pas hari raya tahun lalu, kamu nggak kangen dia?
Gua menatap Kayla yang ikut mendengarkan percakapan gua dan emak. Kayla tersenyum kecil dan mengangguk pelan. Saking sibuknya menjalani hidup gua, gua jadi lupa 3 hari lagi hari raya. Dan gua emang udah lama banget nggak pulang ke kampung. Bapak kangen gua, dan gua emak kangen banget sama Bapak. Belum lagi kemarin dia sempet muntah paku, gua emang perlu liat keadaannya, sekaligus nenangin diri sejenak dari aktivitas gua.
Gua: Kangen, Mak. Kangen banget.
Emak: Ya udah, kamu balik ke sini ya berarti? Pakde Iyan juga dateng nanti, dia bilang pingin banget ketemu kamu, Nak.
Gua menatap Kayla tak percaya, Pakde Iyan. Gimana gua bisa lupa kalau emak gua punya sodara angkat yang seorang indigo, gua harusnya bisa minta bantuan dia atau setidaknya petunjuk kalau gua mau membantu Myanca.
Gua: Epan balik ke kampung lusa ya, Mak.
Diubah oleh dylancalista 07-01-2017 15:40
adityazafrans dan 3 lainnya memberi reputasi
4