- Beranda
- Stories from the Heart
LOSER (BASED ON TRUE STORY)
...
TS
mayhard20
LOSER (BASED ON TRUE STORY)

Assallamualaikum, Selamat Siang dan Hey Yo Whats Up!!!

Sebelum itu mau nulisin dikit Rules di cerita kali ini :
1. Boleh saja menanyakan bocoran spoiler cerita ke depan. Jika memang sudah ditulis oleh Penulis sendiri.
2. Cerita ini Based On True Story. Semoga pembelajaran hidup dari cerita ini tersampaikan buat pembaca semua.
3. Tolong untuk tidak menggunakan kata-kata Junk atau kasar di dalam cerita ini.
4. Tidak dianjurkan untuk menanyakan hal ini di kolom komentar : "Kak, kapan update?" "Kak, kok belum update?". Hal ini dikarenakan TS sendiri punya kehidupan di dunia nyata dan tentunya punya kesibukan hehe. Tapi diusahakan akan selalu update dalam 1 minggu 2-3 part.
5. Yang ingin kontak ke TS bisa melalui Line di : Mayhard20 atau instagram : Mayhard20
Baiklah untuk pembuka cerita ini aku kira cukup itu dahulu.
Perkara Sinopsis dan pengenalan karakter akan aku tuliskan di bagian selanjutnya.
Selamat membaca dan salam hormat.
Sinopsis :
Aku adalah seorang anak yang terlahir dengan semua hal yang biasa, mulai dari keuangan keluarga yang biasa, wajah yang biasa dan tumbuh di lingkungan yang terkadang membuatku sedikit muak. Hal-hal ini berkecamuk di dalam otakku dan membuat semuanya menjadi suatu hal yang membosankan. Begitu juga dengan kisah cintaku yang cukup rumit, di kelilingi oleh beberapa wanita cantik dan merajut cinta dengan mereka terkadang membuatku mengerti tentang sebuah arti "Kau akan dibutuhkan selama kau masih berguna!" Pikiran ini terus ada di dalam diri ini hingga akhirnya aku bertemu dengannya, dia adalah wanita yang bisa menerima diri ini sepenuhnya, Menerima semua kekuranganku dan menyambut baik kelebihan yang mungkin hanya sedikit aku miliki. Perjalanan kisah cinta ini akan terus berlanjut, hingga berada di dalam suatu titik yang terdalam dari sebuah arti cinta.
Mampir juga dicerita ane yang lain :
1.HARIMAU PENJAGA
Genre :Misteri, Horor, Comedy, and Romance. (TAMAT)
2.DUNIA GAME UNIVERSE
Genre : Game, Fantasi, Misteri.(TAMAT)
3.THE THIRD EYE (ON GOING)
Part :
1.Part 1
2.Part 2
Diubah oleh mayhard20 07-01-2017 00:51
teknika dan anasabila memberi reputasi
2
9.8K
39
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•51.9KAnggota
Tampilkan semua post
TS
mayhard20
#2
LOSER
KISAH SEORANG PECUNDANG
PART 1
Aku melangkahkan kakiku memasuki sebuah gapura besar yang bertuliskan “Sekolah Menengah Atas Negeri **(Censored).” Tidak terasa akhirnya, aku memasuki fase untuk menjadi seorang lelaki dewasa dan semuanya akan dimulai dari sekarang. Sebelumnya perkenalkan namaku Hardy, aku adalah seorang anak yang terlahir dari keluarga sederhana di mana sebenarnya tidak banyak hal yang harus, aku ceritakan mengenai kehidupanku yang terlalu biasa ini. Aku mulai menginjak bangku Sekolah Dasar pada umur 5 tahun pada saat itu, walau menurut mama sendiri aku pada saat itu mengalami fase yang cukup sulit. Bagaimana tidak bahkan Kepala Sekolah pun menganggap aku tidak selayaknya naik ke kelas dua, hal ini dikarenakan faktor usia yang terlalu muda. Aku memang tidak menampik, bahwa aku berhasil memasuki sekolah ini di usia yang cukup belia adalah dikarenakan ada bantuan dari seorang guru yang merupakan kenalan mama dan setelah melewati berbagai tes akhirnya aku bisa masuk ke sekolah dasar tersebut.
Mungkin ini yang disebut dengan persaingan di dunia kerja, Kepala Sekolah ini tidak menyukai aku dikarenakan rasa benci dan merasa tersaingi dengan sebut saja Pak Dian, guru senior sekolah ini yang telah membantu aku untuk masuk ke sekolah tersebut. Pada saat itu aku dites berbagai macam pelajaran standar untuk mencoba apakah aku layak untuk naik ke kelas dua Sekolah Dasar atau tidak, namun berkat ketekunanku belajar dan juga bimbingan dari mama, akhirnya aku bisa membungkam Kepala Sekolah tersebut dan melewati semua tes yang ia berikan. Terutama ia seolah tidak percaya dengan anak umur 5 tahun ini yang dapat membaca dengan lancar, oleh karena itu ia memberikan aku sebuah koran dan menyuruhku untuk membacanya dihadapan guru-guru yang lain. Mungkin kalau disidang pada saat akan ujian skripsi ataupun tesis itu adalah hal yang biasa, namun bagi seorang anak umur 5 tahun itu tampaknya cukup membuat hati ini berdebar tidak menentu.
Hingga akhirnya aku bisa melewati serangkaian tes itu dengan gemilang dan akhirnya naik dari satu tahap ke tahap yang lain sampai dengan sekarang. Mungkin hanya itu kilas balik yang dapat aku tuliskan.
Kembali ke masa sekarang, aku sedikit binggung dengan keadaan yang masih terasa asing buatku ini. Aku yang menaiki sebuah motor bebek tua punya papa memasuki gerbang parkiran dan segera memarkirkan honda kharisma tahun 90an ini. Dengan langkah tegap bak seorang Tentara aku memasuki tempat yang aku idam-idamkan pada saat itu disertai sebuah senyum sumringah. Aku cukup bangga karena berhasil masuk ke sekolah ini, di mana sekolah ini adalah sebuah sekolah unggulan yang cukup banyak pesaingnya hingga akhirnya diri ini bisa masuk ke sekolah ini. Terhitung hanya sekitar 10 orang dari SMP-ku dulu yang berhasil masuk ke sekolah ini, terlepas dari rasa bangga itu aku segera pergi ke papan pengumuman, ternyata di depan papan pengumuman sudah banyak anak-anak yang berkumpul untuk melihat di tempatkan di mana mereka setelah ini.
Aku cukup kesulitan untuk mencari di mana kelasku berada, karena banyaknya anak-anak lain yang tidak aku kenali. Bahkan sedari tadi aku sudah melirik ke sana kemari, barangkali ada teman-temanku dari SMP-ku dulu, namun sayang tampaknya aku tidak bisa menemukan mereka dikerumunan manusia yang cukup banyak ini. Setelah antri kurang lebih selama 15 menit di depan papan pengumuman yang sesak dan panas ini, akhirnya aku menemukan namaku di suatu deretan nama, di sana tertulis bahwa aku berada di kelas 10-5. Aku cukup terkejut dengan hasil ini, karena menurutku harusnya aku berada di kelas 10-2 atau 10-3. Tapi ... tampaknya aku terpuruk di kelas 10-5 yang merupakan kelas hampir paling akhir dari total 10-7 kelas yang ada.
Sudah menjadi sebuah tradisi bahwa anak-anak yang memiliki kepintaran ekstra akan ditempatkan di kelas 10-1 dan sisanya akan mulai mengisi 10-2 dan juga 10-3. Tapi ... aku yang memiliki nilai cukup bagus dan rekomendasi dari Kepala Sekolahku di SMP dahulu hanya bisa masuk ke kelas 10-5? Apa yang sebenarnya terjadi dengan kehidupanku ini? Apa aku terlalu bodoh? Hal-hal ini mulai berkecamuk di dalam otakku, hingga tanpa sadar sebuah tangan halus menyentuh pundakku dan berkata, “Kamu di kelas 10-5 juga?”
Aku akhirnya tersentak dari lamunanku akan sebuah ketakutan mendapatkan kelas yang buruk, dengan cepat aku segera menoleh ke arah samping dan melihat sosok seorang wanita yang cukup cantik dengan rambutnya yang indah menatapku dengan tatapan matanya yang teduh. “Hmm ... apa kamu mendengarkan aku? Halooo?” ujar wanita ini sekali lagi sembari mengibas-ngibaskan tangannya ke wajahku. “Oh ... maaf! Aku sedang tidak konsen balasku! Ya, ada apa?” Wanita ini kemudian tersenyum dan berkata kepadaku sekali lagi, “Apa kau masuk ke kelas 10-5 juga?” tanyanya ramah.
Aku hanya bisa mengangguk mengiyakan apa yang baru saja diucapkan wanita ini, “Kalau begitu ayo! Aku juga dapat kelas 10-5 itu,” tawar wanita ini ramah. Aku yang masih kebingungan hanya mengangguk sekali lagi dan mengikuti ke arah mana wanita ini berjalan. Kami berdua akhirnya sampai di depan sebuah kelas yang bertuliskan “Kelas 10-5,” dan dengan langkah gontai aku akhirnya masuk ke dalam kelas ini bersama dengan seorang wanita yang tidak aku kenal namanya siapa.
Deretan bangku-bangku kelas ini mulai banyak diisi oleh anak-anak yang sudah terlebih dahulu menempati tempat yang mereka suka. Aku terpaksa menempati sebuah bangku yang berada di depan sekali dan mengarah ke pintu keluar, hal yang sebenarnya membuatku lebih terkejut lagi adalah aku melihat satu sosok manusia yang sebenarnya aku cukup membencinya dari dahulu. Sosok tersebut bernama Putra, ia sebenarnya adalah anak dari teman mama, tapi sifatnya yang congkak dan terkadang sok jago itu membuatku muak melihat wajahnya. Aku yang terasa malas untuk menyapanya segera duduk di bangku kosong itu dan kemudian melipat kedua tanganku dan mencoba untuk tidur. Aku merasa terlalu ngantuk pada saat itu, karena semalam aku baru saja memainkan beberapa game hingga larut malam.
Namun tiba-tiba sebuah cengkraman dari sebuah tangan yang cukup kuat memegang kerah bajuku dan membuatku tersentak kaget, “Hoo ... seorang pecundang ini masuk kelas ini juga?” suara yang sudah pasti kuingat itu menggema di telingaku dengan nadanya yang cukup mengejek. Aku segera mencengkram balik leher bajunya dan berkata, “Kau ini sebenarnya mau apa, Putra?” balasku dengan setengah melotot. Seorang pria besar dengan perut buncit dan berkulit putih kemudian maju dan mencoba untuk mendorongku ke arah belakang, “Kau mau cari gara-gara di kelas ini?” bentak pria ini yang seolah mengisyaratkan agar aku melepaskan cengkramanku terhadap Putra.
Aku hanya bisa diam sembari melihat sekitar, beberapa pria lain dengan tatapan muka yang tidak mengenakkan kini menatapku dengan tatapan yang tidak menyenangkan. Seolah aku ini adalah seorang maling ayam yang sudah tertangkap basah, di tengah kejadian tidak mengenakkan ini kemudian muncul seorang pria dengan perawakan kecil dan juga rambut cepak dengan celana panjangnya yang ketat, “Hei! Ini baru hari pertama dan kalian sudah mau berkelahi? Kalau mau keroyokan ada baiknya di luar sekolah!” ejek pria ini sembari mendorong pria berkulit putih itu kebelakang. Beberapa pasang mata memperhatikan pria ini dan kemudian pergi menjauh. Pria ini bernama Lucky, entah menggapa anak-anak itu takut dengan sosok pria dengan perawakan kecil dan juga matanya yang tajam seperti elang ini.
#Bersambung
KISAH SEORANG PECUNDANG
PART 1
Aku melangkahkan kakiku memasuki sebuah gapura besar yang bertuliskan “Sekolah Menengah Atas Negeri **(Censored).” Tidak terasa akhirnya, aku memasuki fase untuk menjadi seorang lelaki dewasa dan semuanya akan dimulai dari sekarang. Sebelumnya perkenalkan namaku Hardy, aku adalah seorang anak yang terlahir dari keluarga sederhana di mana sebenarnya tidak banyak hal yang harus, aku ceritakan mengenai kehidupanku yang terlalu biasa ini. Aku mulai menginjak bangku Sekolah Dasar pada umur 5 tahun pada saat itu, walau menurut mama sendiri aku pada saat itu mengalami fase yang cukup sulit. Bagaimana tidak bahkan Kepala Sekolah pun menganggap aku tidak selayaknya naik ke kelas dua, hal ini dikarenakan faktor usia yang terlalu muda. Aku memang tidak menampik, bahwa aku berhasil memasuki sekolah ini di usia yang cukup belia adalah dikarenakan ada bantuan dari seorang guru yang merupakan kenalan mama dan setelah melewati berbagai tes akhirnya aku bisa masuk ke sekolah dasar tersebut.
Mungkin ini yang disebut dengan persaingan di dunia kerja, Kepala Sekolah ini tidak menyukai aku dikarenakan rasa benci dan merasa tersaingi dengan sebut saja Pak Dian, guru senior sekolah ini yang telah membantu aku untuk masuk ke sekolah tersebut. Pada saat itu aku dites berbagai macam pelajaran standar untuk mencoba apakah aku layak untuk naik ke kelas dua Sekolah Dasar atau tidak, namun berkat ketekunanku belajar dan juga bimbingan dari mama, akhirnya aku bisa membungkam Kepala Sekolah tersebut dan melewati semua tes yang ia berikan. Terutama ia seolah tidak percaya dengan anak umur 5 tahun ini yang dapat membaca dengan lancar, oleh karena itu ia memberikan aku sebuah koran dan menyuruhku untuk membacanya dihadapan guru-guru yang lain. Mungkin kalau disidang pada saat akan ujian skripsi ataupun tesis itu adalah hal yang biasa, namun bagi seorang anak umur 5 tahun itu tampaknya cukup membuat hati ini berdebar tidak menentu.
Hingga akhirnya aku bisa melewati serangkaian tes itu dengan gemilang dan akhirnya naik dari satu tahap ke tahap yang lain sampai dengan sekarang. Mungkin hanya itu kilas balik yang dapat aku tuliskan.
Kembali ke masa sekarang, aku sedikit binggung dengan keadaan yang masih terasa asing buatku ini. Aku yang menaiki sebuah motor bebek tua punya papa memasuki gerbang parkiran dan segera memarkirkan honda kharisma tahun 90an ini. Dengan langkah tegap bak seorang Tentara aku memasuki tempat yang aku idam-idamkan pada saat itu disertai sebuah senyum sumringah. Aku cukup bangga karena berhasil masuk ke sekolah ini, di mana sekolah ini adalah sebuah sekolah unggulan yang cukup banyak pesaingnya hingga akhirnya diri ini bisa masuk ke sekolah ini. Terhitung hanya sekitar 10 orang dari SMP-ku dulu yang berhasil masuk ke sekolah ini, terlepas dari rasa bangga itu aku segera pergi ke papan pengumuman, ternyata di depan papan pengumuman sudah banyak anak-anak yang berkumpul untuk melihat di tempatkan di mana mereka setelah ini.
Aku cukup kesulitan untuk mencari di mana kelasku berada, karena banyaknya anak-anak lain yang tidak aku kenali. Bahkan sedari tadi aku sudah melirik ke sana kemari, barangkali ada teman-temanku dari SMP-ku dulu, namun sayang tampaknya aku tidak bisa menemukan mereka dikerumunan manusia yang cukup banyak ini. Setelah antri kurang lebih selama 15 menit di depan papan pengumuman yang sesak dan panas ini, akhirnya aku menemukan namaku di suatu deretan nama, di sana tertulis bahwa aku berada di kelas 10-5. Aku cukup terkejut dengan hasil ini, karena menurutku harusnya aku berada di kelas 10-2 atau 10-3. Tapi ... tampaknya aku terpuruk di kelas 10-5 yang merupakan kelas hampir paling akhir dari total 10-7 kelas yang ada.
Sudah menjadi sebuah tradisi bahwa anak-anak yang memiliki kepintaran ekstra akan ditempatkan di kelas 10-1 dan sisanya akan mulai mengisi 10-2 dan juga 10-3. Tapi ... aku yang memiliki nilai cukup bagus dan rekomendasi dari Kepala Sekolahku di SMP dahulu hanya bisa masuk ke kelas 10-5? Apa yang sebenarnya terjadi dengan kehidupanku ini? Apa aku terlalu bodoh? Hal-hal ini mulai berkecamuk di dalam otakku, hingga tanpa sadar sebuah tangan halus menyentuh pundakku dan berkata, “Kamu di kelas 10-5 juga?”
Aku akhirnya tersentak dari lamunanku akan sebuah ketakutan mendapatkan kelas yang buruk, dengan cepat aku segera menoleh ke arah samping dan melihat sosok seorang wanita yang cukup cantik dengan rambutnya yang indah menatapku dengan tatapan matanya yang teduh. “Hmm ... apa kamu mendengarkan aku? Halooo?” ujar wanita ini sekali lagi sembari mengibas-ngibaskan tangannya ke wajahku. “Oh ... maaf! Aku sedang tidak konsen balasku! Ya, ada apa?” Wanita ini kemudian tersenyum dan berkata kepadaku sekali lagi, “Apa kau masuk ke kelas 10-5 juga?” tanyanya ramah.
Aku hanya bisa mengangguk mengiyakan apa yang baru saja diucapkan wanita ini, “Kalau begitu ayo! Aku juga dapat kelas 10-5 itu,” tawar wanita ini ramah. Aku yang masih kebingungan hanya mengangguk sekali lagi dan mengikuti ke arah mana wanita ini berjalan. Kami berdua akhirnya sampai di depan sebuah kelas yang bertuliskan “Kelas 10-5,” dan dengan langkah gontai aku akhirnya masuk ke dalam kelas ini bersama dengan seorang wanita yang tidak aku kenal namanya siapa.
Deretan bangku-bangku kelas ini mulai banyak diisi oleh anak-anak yang sudah terlebih dahulu menempati tempat yang mereka suka. Aku terpaksa menempati sebuah bangku yang berada di depan sekali dan mengarah ke pintu keluar, hal yang sebenarnya membuatku lebih terkejut lagi adalah aku melihat satu sosok manusia yang sebenarnya aku cukup membencinya dari dahulu. Sosok tersebut bernama Putra, ia sebenarnya adalah anak dari teman mama, tapi sifatnya yang congkak dan terkadang sok jago itu membuatku muak melihat wajahnya. Aku yang terasa malas untuk menyapanya segera duduk di bangku kosong itu dan kemudian melipat kedua tanganku dan mencoba untuk tidur. Aku merasa terlalu ngantuk pada saat itu, karena semalam aku baru saja memainkan beberapa game hingga larut malam.
Namun tiba-tiba sebuah cengkraman dari sebuah tangan yang cukup kuat memegang kerah bajuku dan membuatku tersentak kaget, “Hoo ... seorang pecundang ini masuk kelas ini juga?” suara yang sudah pasti kuingat itu menggema di telingaku dengan nadanya yang cukup mengejek. Aku segera mencengkram balik leher bajunya dan berkata, “Kau ini sebenarnya mau apa, Putra?” balasku dengan setengah melotot. Seorang pria besar dengan perut buncit dan berkulit putih kemudian maju dan mencoba untuk mendorongku ke arah belakang, “Kau mau cari gara-gara di kelas ini?” bentak pria ini yang seolah mengisyaratkan agar aku melepaskan cengkramanku terhadap Putra.
Aku hanya bisa diam sembari melihat sekitar, beberapa pria lain dengan tatapan muka yang tidak mengenakkan kini menatapku dengan tatapan yang tidak menyenangkan. Seolah aku ini adalah seorang maling ayam yang sudah tertangkap basah, di tengah kejadian tidak mengenakkan ini kemudian muncul seorang pria dengan perawakan kecil dan juga rambut cepak dengan celana panjangnya yang ketat, “Hei! Ini baru hari pertama dan kalian sudah mau berkelahi? Kalau mau keroyokan ada baiknya di luar sekolah!” ejek pria ini sembari mendorong pria berkulit putih itu kebelakang. Beberapa pasang mata memperhatikan pria ini dan kemudian pergi menjauh. Pria ini bernama Lucky, entah menggapa anak-anak itu takut dengan sosok pria dengan perawakan kecil dan juga matanya yang tajam seperti elang ini.
#Bersambung
Diubah oleh mayhard20 04-01-2017 16:52
regmekujo memberi reputasi
1