Jauh hari dalam sebuah kenangan lama..
hari di saat serangakaian kasus rumit menjadi hal yang ditunggu-tunggu masyarakat..
ya.. semua orang di TKP,bersalah ataupun tidak bersalah..
semuanya merasa enggan pergi dari sana..
tidak sampai keempatnya datang.


"Beres sidangnya? gimana rasanya jadi saksi ahli untuk pertama kalinya?" tanya Arya yang menyambut 2 temannya yang baru saja datang ke ruangan mereka,yakni Raka dan Karina.
"Apaan? aku hampir saja ngamuk di depan persidangan gara-gara pengacara sialan itu.. beraninya main-main denganku" jawab Raka sewot.
"itulah rasanya jadi bahan pertaruhan di persidangan" balas Jessica tak simpati sedikit pun.
"ya dia ngeselin setengah mati,gila.. aku sampe nggak mikirin apa-apa lagi selain mukulin orang itu" jawab Raka lagi menjelaskan kondisinya,namun masih direspon sama oleh Jessica.
"untung dia inget buat makan pillnya,kalo nggak dia mungkin udah berubah jadi dirinya yang satu lagi tadi" kata Karina yang kelihatan masih kelelahan setelah kegiatannya seharian tadi.
"walaupun manjur,obatmu itu aneh.. kamu buat pakek apa sih?" kata Raka sudah duduk di sofanya sambil melepas dasi dari kerah kemeja pendeknya.

"pakek CINTA~" jawab Karina sempat meledek dengan manjanya.
"wueekkk.. Cintamu rasanya pait,nggak enak" balas Raka balik meledek dengan pura-pura jijik.
"awas kalo kamu minta dibuatkan lagi! nggak aku kasih" balas Karina.
"terus gimana denganmu? lancar?" tanya Arya lagi kini untuk Karina.
"nggak,terdakwanya mati duluan sebelum giliranku mulai, heheeh" jawab Karina tertawa lucu dikiranya.
"..!!"

"hahaa.. itu lumayan buat obat stressku tadi,kenapa nggak semua perkara saja terdakwa yang bersalahnya mati begitu yah" komentar Raka ikut tertawa juga.
"penyebab kematiannya apa?" tanya Arya kemudian serius.
"......"

si duo temannya pun hanya bisa saling melirik saat ditanya demikian.
"aku nggak tau,itu kelihatannya mati alami sih.. hehee" jawab Karina memang tidak ahli kecuali di bidangnya sendiri.
"kamu nggak periksa dia,Raka?" tanya Arya sedikit kesal kini mencari penjelasan dari Raka.
"nggak ada yang mencurigakan,paling dia mati karena serangan jantung mendadak, makannya aku nolak buat periksa lebih lanjut.. aku lebih suka nanganin kasus pembunuhan" jawab Raka.
"harusnya kamu periksa,bodoh!" kata Arya dengan nada jengkel.
"ngapain!? tugasku meriksa kondisi luar mayat,kalau menurutku nggak ada yang janggal ya sudah selebihnya itu tugasmu sebagai dokter buat periksa kondisi bagian dalamnya" jawab Raka.
"....."

keempatnya sempat diam untuk sementara waktu.
"kita udah berurusan dengan puluhan kasus dan selalu berhasil.. kamu tau sendiri kalau kita udah punya 5 kasus yang gagal kan" kata Jessica ikut berbicara.
Raka pun kini tersadar akan sesuatu yang dibicarakan Jessica tadi.

"kita sedang berurusan dengan pembunuh profesional di luar sana,kamu harus ingat kalau semua korban mereka mati dengan cara nggak wajar" kata Arya sudah kembali tenang.
"korban dari aksi mereka mati secara aneh dan mencolok,beda sama terdakwa di persidangan tadi" balas Raka masih melawan walau menyadarinya.
"maksudmu kalian berdua curiga kalau kematian terdakwa di persidangan hari ini karena perbuatan mereka?" tanya Karina tak berfikir sampai sana,bahkan untuk membenarkannya pun masih sangat sulit.
"kenapa tidak? kita bahkan nggak tau penyebab kematian korban" jawab Jessica.
"sehebat itu kah? maksudku.. dia benar-benar terlihat seperti orang yang mati secara alami di tempat duduknya,bersender lalu memejamkan mata lalu berhenti bernapas" masih perkataan Karina.

"Raka ada untuk memeriksa apakah ada tanda-tanda kematian secara fisik dari luar,kamu ada untuk memeriksa apa korban terkena kontak langsung dengan zat berbahaya.. dan kalau kalian berdua sependapat bahwa nggak ada kecurigaan apapun,artinya dia mati karena salah satu atau lebih dari organ dalamnya gagal berfungsi" jelas Arya panjang.
"itulah kenapa aku bilang kematian alami" balas Karina terdengar memenangkan perdebatan mereka.
"nggak juga,seorang dokter yang handal sudah cukup untuk membuat jantungmu berhenti bekerja seakan itu sebuah kematian alami.. aku yakin ada jejak kematian yang nggak wajar di dalam tubuh mayat itu" balas Arya membuka kemungkinan lain tentang kematian orang yang mereka bicarakan.
"jangan berperasangka aneh begitu,ah" kata Karina terus menolaknya.





"liat keluar tuh.." suruh Raka yang membuka jendela kaca ruangan mereka.

"dia orang yang waktu itu kan?" kata Karina ikut memperhatikan dua orang yang sedang berbicara di kejauhan.
"...." sementara Arya tetap diam walau dia juga menyadari hal yang sama dengan kedua temannya itu.
"memangnya dia siapa?" tanya Jessica memang tak tau soal pemuda yang sedang mereka amati tersebut.

"si Nugroho,aku lupa nama depannya" kata Raka masih mengingat wajah pemuda yang sedang dibicarakannya.
"dia Bagas yang waktu itu ketemu kita bertiga yah" balas Karina sudah mengingatnya dengan jelas laki-laki tersebut.
"hehh,dia beneran mau gabung ke divisi 1? hahaha" kata Raka tertawa.


......
"tolong terima saya di sini! saya memang tidak mempunyai latar pendidikan apapun di bidang kepolisian.. tapi saya punya kemampuan di bidang lain,anda harus biarkan saya mencobanya" kata Bagas di luar.
"kami di sini untuk pekerjaan yang berat nak,kami tidak main-main soal ketenaga kerjaan" jawab seorang atasan yang tak lain adalah pak Adam pada saat itu.

"saya dengar pengganti Divisi 1 sudah ada lagi.. mereka seumuran denganku kan? aku ingin mencobanya"
"mencoba? aku sudah bilang kalau kami sangat serius dalam hal keterampilan menyidik.. kami,kepolisian juga tidak main-main soal perekrutan anggota"
"saya bisa membantu,saya janji!"
"mereka punya keterampilan!"
"saya juga punya,pak!"
"....."
"saya bersedia mengikuti semua peraturan yang ada"
"heh,siapa yang bilang aku mau menerimamu"
......


"Kayaknya dia datang mau bawa-bawa masalah" kata Raka setelah memperhatikan cukup lama.
"siapa? Bagas? kamu in-" tangkis Karina yang kemudian dibantah langsung oleh Raka.
"bukan dia,liat kesana!" potong Raka mencubit pipi Karina dan mengarahkan wajahnya ke arah lain.
"adu-duh.. sakit!" protes Karina hanya bisa mengiklaskan pipinya ditarik begitu,perhatian dirinya kini tertuju pada pria dewasa yang sudah pernah dilihat sebelumnya.
"ngapain si pengacara sialan itu datang kesini?" kata Raka mengomentari seseorang lagi yang kemudian datang ke tempat dimana Bagas sedang berbincang dengan pak Adam.

"firasatku mungkin benar" balas Arya.
"nggak,belum tentu.. liat cara dia mengamati sekitar,dia mencoba nyembunyiin sesuatu dari semua orang" komentar Raka yang masih belum melepaskan cubitannya.
"aku mungkin sependapat sama Arya" kata Jessica ikut menilai.
"tentang?" tanya Raka singkat saat dirinya masih serius mengamati si pengacara yang berjalan terburu-buru menuju atasan mereka di sana.

"terdakwa di persidangan pagi ini mati karena terbunuh" jawab Jessica.
"heeii,kamu nggak liat secara langsung,jadi pendapatmu nggak bisa disamakan akurasinya sama pendapat kami.. yah kalo pun benar,kita udah telat 1 jam.. si Christ sama Andini pasti udah ambil alih duluan" balas Raka.
"hey,nggak begini caranya bilang suka sama perempuan,lepasiin" protes Karina geram yang akhirnya berbuah hasil.



"Christ sama Andini udah cukup bagus buat kasus-kasus sulit,tapi si pria itu datang kesini.. pasti dia mencari kita" kata Arya.
"aku lupa kapan terakhir kali aku nangani kasus-kasus biasa.. yang jelas kalau Christ nggak sanggup dan lempar kemudi,itu artinya kasusnya punya kita" balas Raka tersenyum mengingat fakta tersebut.
"jangan anggep Christ kayak filter begitu dong,dia juga udah bekerja keras" balas Karina membela sesama anggota di divisi yang sama.

"kerja keras nggak ada artinya kalau nggak membuahkan hasil,itu sama aja nggak berguna" kata Raka lagi yang kini sudah berbeda dengan sebelumnya.
{ dia tiba-tiba ganti lagi ke versi ini.. padahal sedari tadi aku pikir nggak ada pemicu buat dia berganti kepribadian.. kenapa bisa begini? } batin Karina menyadari kalo Raka kembali ke versi aslinya.



"keluarga korban nggak butuh kerja keras kita,mereka cuma butuh tau siapa yang menghabisi nyawa anggota kerluarga mereka" kata Raka lagi masih belum beranjak dari tempatnya di depan jendela kaca bersama tiga temannya.

{ kami berempat nggak punya kursi kosong lagi buat satu manusia.. kami butuh hantu } kata Raka dalam hati saat memperhatikan Bagas yang sudah ditinggal sendirian oleh kedua orang yang tadi bersamanya.