Kaskus

Story

dasadharma10Avatar border
TS
dasadharma10
Yaudah, gue mati aja
Yaudah, gue mati aja

Cover By: kakeksegalatahu


Thank for your read, and 1000 shares. I hope my writing skill will never fade.





Gue enggak tau tulisan di atas bener apa enggak, yang penting kalian tau maksud gue



emoticon-Bettyemoticon-Betty emoticon-Betty



----------




SECOND STORY VOTE:
A. #teambefore
B. #teamafter
C. #teamfuture

PREDIKSI KASKUSER = EMIL



----------



PERLU DIKETAHUI INI BUKAN KISAH DESPERATE, JUDULNYA EMANG ADA KATA MATI, TAPI BUKAN BERARTI DI AKHIR CERITA GUE BAKALAN MATI.



----------


Spoiler for QandA:


WARNING! SIDE STORY KHUSUS 17+



NOTE! SIDE STORY HANYA MEMPERJELAS DAN BUKAN BAGIAN DARI MAIN STORY


Spoiler for Ilustrasi:


Cerita gue ini sepenuhnya REAL bagi orang-orang yang mengalaminya. Maka, demi melindungi privasi, gue bakalan pake nama asli orang-orang itu. Nggak, gue bercanda, gue bakal mengganti nama mereka dengan yang lebih bagus. Dengan begitu tidak ada pihak yang merasa dirugikan. Kecuali mata kalian.


Spoiler for INDEX:
Diubah oleh dasadharma10 06-01-2017 18:49
JabLai cOYAvatar border
mazyudyudAvatar border
xue.shanAvatar border
xue.shan dan 10 lainnya memberi reputasi
11
1.1M
3.5K
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread51.9KAnggota
Tampilkan semua post
dasadharma10Avatar border
TS
dasadharma10
#3286
PART 104

Enggak cuma bantu koh Wahyu pindahan, di minggu ujian gue juga menyempatkan diri buat bantu-bantu yang lainnya. Karena Sintya ngidam pengin masak, jadi gue dengan sukarela bantuin dia buat masak.

Aneh? Biasa juga ngidam makan buah yang asem, kalo enggak gitu paling ngidam megang kepala orang botak. Gimana ceritanaya ngidam mau masak? Selain itu, aturan juga suaminya yang berusaha, bukannya orang lain.

“Yang, aku mau masak!” pinta Sintya.
“Yaudah, kamu boleh masak deh. Tapi biar aku aja yang cari bahan-bahannya.”
“Enggak!”
“Tapi kamu enggak boleh banyak aktifitas, Yang. Aku ajalah yang beli,” koh Wahyu mengiba.
“Aku maunya Dawi yang beli!”
“Kok jadi aku? Itu kan anak koh Wahyu, kenapa aku jadi ikutan kena.”
“Bayinya minta dibantuin sama orang ganteng!” jelas Sintya.
“Ga-ganteng?” Saking bahagianya dibilang ganteng, gue jadi hilang kendali, “Kapan mau dibantuin? Mau masak apa? Ayok sekarang! Sekarang!”

Gara-gara kesenengan dibilang ganteng, akhirnya gue pergi ke supermarket buat beli bahan masakan. Berhubung Sintya disarankan jangan banyak aktifitas sama dokter, jadi gue beli bahan masakan sendirian.

Gue tau bahan masakan yang dimaksud sama Sintya? Enggak. Terus gimana cara gue tau kalo bahan itu adalah bahan yang dimaksud Sintya? Kita video call. Iya, gue paham kalo itu rada aneh. Kalo Sintya enggak ngidam, gue juga enggak bakalan mau.

Gue menunjukkan salah satu sayuran ke layar hape, ‘Brokoli yang ini, kan?’
‘Iya, itu brokoli. Kamu beli seperempat kilo aja cukup, Wi.’
‘Apalagi?’ tanya gue lewat layar hape.
‘Bawang bombai, butuh dua kilo.’
‘Bawang yang gede itu?’ bentar kayaknya gue tadi sempat lihat.’
Gue tunjukkan rak berisikan bawang bombai ke layar hape.
‘Bener! Kamu pilih yang gede terus baunya harum!’

Gue pegang salah satu bawang bombai dengan ukuran besar.

‘Jangan yang itu! Belakangnya agak penyok.’
Gue tunjukkan bawang bombai yang lainnya.
‘Kayaknya mending sebelahnya, Wi.’
Gue ambil bawang yang disebelahnya sesuai permintaan Sintya, ‘Yang ini?’
‘Nah, yang itu. Sekarang coba kamu cium, harum enggak? Baunya kayak apa?’
‘Baunya kayak apa? Ya kayak bawanglah.’

Tanpa gue sadari sudah banyak pengunjung lain yang memperhatikan gue memilih bawang bombai sambil ngomong sama hape.

=======================

Enggak berhenti disitu, gue juga bantuin pasangan yang rencananya nikah bulan depan buat cari barang seserahan. Kayak nyamuk? Enggak cuma berasa kayak nyamuk, gue emang cuma nyamuk diantara mas Roni dan mbak Irma. Lebih parahnya lagi gue cuma dibeliin minuman tanpa merk yang berwarna merah. Udah bener-bener kayak nyamuk lagi ngisepin darah.

“Yang, kita beli kan batik dulu aja,” pinta mbak Irma manja.
“Biar searah gitu kan maksud kamu?”

Gue lihat dari kaca tengah mobil, mbak Irma lagi meluk mas Roni.

“Ih, kok ngerti banget sih! Jadi makin sayang deh!”
“Apa sih yang enggak buat kamu.”
“Ih, so sweet!”
“Wi? Denger apa kata Irma? Kita ke toko batik dulu,” kata mas Roni yang duduk di kursi tengah.
“Iya mas, iyaaaa….” jawab gue yang duduk di kursi depan sendirian.

Tanpa gue sadari baju gue berubah jadi kostum nyamuk.

=========================

Minggu ujian gue rata-rata tiap mata kuliah lancar-lancar aja, sama sekali enggak ada kendala yang berarti. kecuali mbak-mbak salah satu penjaga ruang ujian yang cakepnya minta ampun. Tatapan matanya tajam, menyelidik dan penuh dengan maksud. Apalagi kalo ada salah satu mahasiswa yang mencurigakan, pasti langsung dia tatap tajam-tajam.

Menurut kabar yang gue dengar, dia adalah alumni kampus gue. Dulunya dia adalah seorang mahasiswi yang cukup terkenal, bahkan dia juga sempat menjadi asisten salah satu dosen killer di kampus gue. Enggak cuma punya tatapan mata yang tajam, muka yang cantik, tapi dia juga punya body yang hot. Pepy aja sampe sering mimisan waktu dijagain sama dia. Dan menurut kabar yang gue dengar, dia masih single. Jomblo? Bukan, dia terlalu sempurna buat dipanggil kayak gitu.

“Kamu kenapa enggak pernah nyontek?” tanya dia lembut
“Eh? Anu… nyontek kan dosa. Aku enggak mau dosa.”
“Terus maunya apa?”
“Halalin kamu.” ucap gue tanpa ragu.
Dia tersipu malu, “Padahal aku ngarepnya kamu nyontek, nanti kan aku bisa merhatiin kamu terus.”
“Eh? Se-seriius?”

Tapi sayang, percakapan yang barusan cuma terjadi di khayalan gue doang. Semua itu sebatas angan-angan yang enggak akan pernah terjadi, karena realitanya.

“Heh!” bentaknya.
“Eh? A-apa mbak?”
“Ngapain ngeliatin kayak gitu? Kalo ujian jangan melamun! Udah yakin bakalan dapet IPK empat?!”
“Ma-maaf, mbak.”
“Maaf? Kayak gini nih yang bakalan kena drop out semester pertama.”

Miris? Enggak terlalu. Gue udah terlalu sering kena omel cewek, terutama mbak Irma. Enggak cuma kena omel sih sebenernya, kena suruh buat kemana-mana juga.

=======================================

Setelah dua minggu penuh ujian, akhirnya mata kuliah penutup diujikan. Selesai mengerjakan soal mata kuliah terakhir, gue, Arya, dan Pepy keluar dari ruang ujian dengan senyum lebar. Strategi kita buat tukeran materi ujian berhasil. Gue belajar materi dari buku A, Arya belajar dari buku B dan Pepy belajar dari buku kamasutra. Enggak, dia belajar dari buku C. Setelah kita paham buku masing-masing, kita bakalan presentasi materi buku masing-masing. Agak ribet, tapi dengan kayak gitu bakalan lebih cepat paham. Dan buktinya, kita bertiga bisa senyum-senyum waktu keluar dari ruang ujian.

“Gimana ujian lo, Wi?” tanya Pepy sambil senyum-senyum. “Sempet buka buku?”
Sambil senyum-senyum gue menggeleng .
“Lo sendiri gimana, Pep?” tanya Arya sambil senyum-senyum juga.
Pepy juga menggeleng sambil senyum-senyum.
“YANG BARUSAN KAN UJIAN OPEN BOOK!” Gue nginjek lantai kenceng-kenceng, “KENAPA KITA ENGGAK BUKA BUKU!”
Arya mukul-mukul tanah, “KITA INI SEBENERNYA KELEWAT JENIUS APA MURNI BEGO, SIH!”
“MAAFIN PEPY, MAH! MAAFIN PEPY, PAH!” kata Pepy sambil jedotin kepalanya ke tembok. “PEPY SUDAH BERGAUL DENGAN ORANG YANG SALAH!”

============================

“Gimana ujian?” tanya Emil. “Lancar, kan?”
“Lancar jaya deh pokoknya.”
“Yaudah, kamu siap-siap sekarang. Kamu jangan lupa kalo kereta kita besok pagi-pagi banget.
“Iya… iya…. Aku enggak bakalan lupa, ini juga mau beres-beres kamar dulu.”

Ujian selesai, tiket udah dapet, dan liburan telah tiba. Gue dan Emil beres-beres kamar berdua supaya sewaktu kita tinggal lama enggak terlalu berantakan.

Hal pertama yang gue bersihkan adalah meja belajar, setelah gue amati ternyata berantakannya minta ampun. Gue baru sadar kalo gue belajar brutalnya sampe kayak gini. Kalo emang bener istilah ‘Buah enggak jatuh dari pohonnya’ itu nyata, berarti bokap atau nyokap gue salah satunya ada yang kalo belajar berantaknnya minta ampun. Itu bukan pembelaan gue, kan itu emang beneran dibikin istilah.

“Itu sih pembelaan kamu.”
“Tapi itu kan dibikin istila–”
“No comment.”
“Tap kan–”
“No comment.”
Diubah oleh dasadharma10 22-12-2016 23:49
JabLai cOY
JabLai cOY memberi reputasi
1
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.